This is default featured slide 1 title

Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

This is default featured slide 2 title

Foto Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

This is default featured slide 3 title

Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

This is default featured slide 4 title

Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

This is default featured slide 5 title

Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

Kamis, 03 Juli 2014

HMI-ISME: PENUHI JANJI-JANJIMU*

 Oleh: Ibnu Himawan (Kom. Syariah IAIN Walisongo)
Himpunan Mahasiswa Islam merupakan organisasi mahasiswa tertua di Indonesia saat ini, meski sebelumnya telah ada Persatuan Mahasiswa Yogyakarta yang didominasi oleh partai sosialis, organisasi ini berdiri pada tanggal 5 Februari 1947M bertepatan dengan 14 Robiul Awal 1366H, diprakarsai oleh mahasiswa STAI Jogjakarta (sekarang UII) yaitu Lafran Pane. Filosofi berdirinya organisasi ini ada 2 penyebab yaitu mempertahankan serta mempertinggi derajat bangsa indonesia dan menegakkan serta mengembangkan ajaran islam, karena HMI lahir paska kemerdekaan serta tiada keleluasaan bagi para pemeluk agama islam untuk menjalankan ajarannya.
Semangat HMI terhadap perkembangan ajaran islam ini  mestinya menjadi pembelajaran pemuda muslim, meski dari awal 90-an sampai tumbangnya periode orde lama beberapa dari anggota harus menjadi buronan dari birokrasi serta kroni-kroninya karena mempertahankan idealism akan keislaman mereka, hingga kemudian mereka menjadi embrio dari HMI-MPO (Majelis Penyelamat Organisasi). HMI-MPO merupakan sempalan dari HMI terdahulu yang menjadi pewaris semangat idealismenya, bahkan kiblat berfikir HMI-MPO pun mengacu pada pejuang islam dalam teologi pembebasannya  seperti; Imam Khomaeni, Ali Syariati, Ismail Raji Alfaruqi, Jalaluddin Al-Afghani dsb. Yang tetap istiqomah dengan islamnya, ini merupakan upaya sebuah organisasi supaya menjadi agent social of change yang berdasar pada hadits “من راي منكرا فاليغير بيده---الخ”, maka HMI harus terus bergerak tuk wujudkan perubahan ke arah positif.
Saking pentingnya semangat islam bagi HMI, maka salah satu  materi inti dalam latihan dasarnya  adalah  “keyakinan muslim”, bahkan materi itu menjadi bahasan utama dalam khittah perjuangan dari HMI-MPO, dalam khittoh telah terang relevansi antar asas, usaha hingga tujuannya ketika asas itu islam,  jelas adanya bahwa hmi merupakan wadah aktualisasi islam bagi para kadernya, wadah sebagai upaya para kader mencari jatidiri kemuslimannya. Islam dalam HMI mempunyai arti luas dan tak harus sama antar kadernya, ini dapat dilihat dari salah satu kader HMI yaitu Nurcholis Madjid yang dalam bukunya-Islam Dokrin dan Peradaban- menyatakan bahwa “islam merupakan ketundukan kepada tuhan sang pencipta seru sekalian alam, hingga terkadang islam ditemukan justru pada pemeluk agama lain”, meski ia dianggap tokoh liberal.
HMI-isme atau sifat HMI ini seharusnya terus menjadi warisan yang tiada habis-habisnya bagi kadernya, hingga nantinya terdapat kata HMI-is-me (HMI adalah saya), meskipun dalam khittoh perjuangan HMI disebutkan bahwa HMI bukanlah hanya output dari organisasi baik berupa kader yang tangguh maupun karya dari HMI, setidaknya kader menjadi part of HMI, karena HMI menuntut kadernya agar menjadi pribadi yang independent, tak bergantung pada siapapun tanpa terkecuali, ia hanya boleh mentransendensikan dirinya pada tuhannya.
Namun ini menjadi pekerjaan rumah yang tak mudah, jika dilihat dari keaadaan sekarang bahwa tiada lagi sekat bagi seluruh rakyat indonesia untuk mengimplementasikan segala ajaran yang dianut -meski nilai lebih dari HMI adalah tiadanya pengkotak-kotakan antar paham satu dan lainnya- yang menjadikan berkurangnya semangat perjuangan, hingga HMI tak semenarik dahulu dalam setiap perkaderannya, mungkin disini teori spirit of kepepet berlaku. Atau justru ketidak sadaran para kader akan arti keterjajahannya, seperti yang dikatakan Abul A’la Maududi bahwasannya tiada negara islam ataupun mayoritas islam yang tak tejajah baik secara politik maupun ideologi, kader yang hidup di negeri yang terhegemoni oleh ideologi barat ini tak sadar betapa prinsip-prinsip mereka selalu dicincang-cincang tiap hari oleh sifat hedonisme.
Bahkan islam sekarang hanya dimaknai secara simbolis semata, siapa yang bergamis, bersorban, rajin ke masjid, rajin dalam majlis pengajian mereka yang suci, bersih dan beriman, sedang mereka yang jauh dari itu semua adalah najis, musrik dan kafir. Bagaimana islam akan dikenal secara kaffah jika demikian adanya pemaknaan islam, amar ma’rufnya hanya dalam tempat peribadatan semata sedang nahi munkar selalu berbentuk anarkis -baik bakar tempat perjudian, pukuli pelaku zina dilokalisasi dan hancurkan semua sarana maksiat-, lantas dimana rahmatan lil ‘alamin islam ? bukankan ketika nabi tersakiti ketika hendak berdakwa hanya berdoa “اللهم اهد قومي فانهم لايعلمون” - ya Allah berilah hidayah kaumku karena sesungguhnya mereka tidak tahu- ketika ditawari jibril untuk membumi hanguskan kafir Quraisy pada saat itu.
Bukan lagi waktu yang tepat untuk selalu menikmati romantisme sejarah yang menggetarkan hati atas perjuangan para pendahulu, kita tak hidup dalam angan, kita tak hidup untuk kagum semata, kita hidup untuk berjuang karena setiap kita akan dimintai pertanggung jawabannya. Kita harus mempunyai semangat hidup mulya atau mati syahid ! sesuai dengan sabda rasulullah pada kaumnya “اعمل لدنياك كانك تعيس ابدا واعمل لاخرتك كانك تموت غدا” –berbuatlah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup untuk selama-lamanya dan berbuatlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati esok hari.
Sekarang saatnya untuk bangkit bagi kaum muslim terutama para kader HMI, tegakkan bendera rahmatan lil’alamiin sebagai jargon islam, selamatkan semua mahluk dari kesesatan yang mulai tak kasat mata lagi. Penuhi janji-janjimu seperti tujuan organisasimu, binalah mereka menjadi insan yang kenal tuhannya, insan yang taat, insan yang bertanggung jawab akan lingkungan sekitarnya, penyelamat alam. Penuhi tugasmu sebagai kholifah, tegakkan panji-panji keadilan pada siapapun itu tanpa pandang bulu, hunus pedangmu pada kemungkaran, selamatkan kaum mustadl’afien dari para imprealisnya, lindungi hak setiap insan. 
Kini HMI menunggumu wahai kader pilihan, merindukan akan setiap langkah ikhlasmu memperjuangkan kehendak keadilan, membutuhkan fayakun berasaskan islammu, jangan tunggu semua orang menyuruhmu, sampaikan dari rosulmu walau satu ayat, kau harus jadi teladan sebagaimana rosulmu dahulu, “ابدا بنفسك” mulailah dari dirimu!!!!!

* Tulisan dibukukan dalam "HMI-ISME, HMI-MISS-ME, HMI-IS-ME" diterbitkan LAPMI Cabang Semarang
sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com