{Sabtu, 24 Oktober 2015}. HMI cabang
Semarang melaksanakan Training Perkaderan. Kegiatan ini merupakan salah satu
bagian dari agenda HMI cabang Semarang bidang Pembinaan Komisariat dan
Pengembangan Organisasi (PKPO). Kegiatan ini termasuk bagian dari model
perkaderan sebagaimana termaktub dalam Konstitusi HMI, yakni Pendidikan Pelatihan
Khusus. Acara yang dilaksanakan di obyek wisata hutan tinjomoyo ini
dilaksanakan selama 2 hari (24- 25 Oktober 2015).
Sebelum lebih jauh pembahasan pada materi- materi
yang akan disampaikan, Sebagai agenda awal terlebih dahulu dilakukan bedah tema
training perkaderan tersebut. Yang sebelumnya dilakukan pembukaan oleh ketua
cabang, akhi Saeful Rozak
Tema dalam traning perkadera itu sendiri
yaitu : “ Melalui Training Perkaderan, Kita Tingkatkan Daya Manajemen
Organisasi Hmi Untuk Mewujudkan Perkaderan Yang Strategis.”
Acara tesebut diikuti oleh 17 peserta dari
delegasi komisariat- komisariat se- cabang Semarang, yakni komisariat UNDIP, IKIP
VETERAN, PBS, MIPATI, TARBIYAH Dan FSEI UIN Walisongo Semarang.
“Acara ini dilatarbelakangi oleh mulai
menurunnya kuantitas dan kualitas di kalangan kader komisariat- komisariat di cabang
Semarang. Dilihat dari beberapa komisariat saat melaksanakan Latihan Kader (LK)
1 jumlah pesertanya semakin menurun. Dari segi kualitas, dalam hal kewacanaan
dan manajemen organisasi pun mulai lemah.” Terang akhi Ulil Albab selaku Kepala
Bidang PKPO.
Namun yang bersangkutan enggan mengatakan komisariat-
komisariat yang terindikasi tersebut. Dia hanya memberikan penjelasan agar
kegiatan ini menjadi refleksi bagi semua komisariat untuk terus meningkatkan
kualitas dan kuantitasnya. Sehingga
keberlangsungan HMI MPO di Semarang dapat terus terjaga. Pungkasnya
Dengan dilaksanakannya training perkaderan
ini diharapkan kualitas dan kuantitas kader- kader di komisariat makin
meningkat melalui srategi- strategi dan pola- pola masing- masing komisariat.
Dalam kesempatan malam tersebut sebelum
acara penutupan dimulai, diadakan pula rapat pembentukan panitia LK II. Dimana
acara tersebut akan diagendakan dalam waktu dekat ini. Seusai rapat pembentukan
panitia LK II, acara pun diakhiri dengan upacara peneutupan.@@_mujib.
pemberian tanda ucapan terimakasih oleh KABID PKPO kepada pemateri |
suasana forum training perkaderan oleh pemateri dan peserta |
1 komentar:
Salam wa rahmah
Dialog pria muslim
Jawapan:
"Pembaharuan vs. Penghapusan Sunnah Rasulullah SAW"?
1. Bukan semestinya setiap 100 tahun ada seorang mujaddid.
2. Dan pengertian "mujaddid" bukanlah dalam konteks menghapuskan sebahagian Sunnah Rasulullah SAW.
3. Sehingga melakukan sebahagian Sunnah Rasulullah SAW dikira bidaah pula?
4. Menziarah kubur Nabi SAW dikira bidaah oleh Wahabi. Sedangkan ia adalah tidak. Fatimah Zahra' telah menziarahi kubur bapanya.
5. Tidakkah para sahabat menziarahi kubur Nabi SAW, Abu Ayyub al-Ansari meratap dan bertawassul di kubur Nabi SAW?
6. Hadis mengenai tajdid adalah hadis yg lemah (dha'if).
7. Ia tidak ada dalam Sahih al-Bukhari dan Muslim.
8. Kenapa mereka tidak menyebut Imam Ali, Imam Hasan, Imam Husain sebagai "mujaddidun" selepas Rasulullah saw?
9. Ini disebabkan "mereka" bukan"mujaddidun" (mufrad mujaddid).
10. Mereka adalah muslihuun.
11. Justeru, mana-mana pembaharuan dalam Islam tidak boleh menyalahi al-Qur'an dan Hadis.
12. Menurut Khalifah Ali AS bahawa Khalifah-khalifah sebelumnya, mereka telah mengubah Sunnah Rasulullah dengan sengaja.
13. Justeru, ia bukan pembaharuan namanya, malah ia adalah penghapusan Sunnah Rasulullah SAW itu sendiri.
14. Khalifah Ali AS telah berkata: Khalifah-khalifah sebelumku telah mengubah Sunnah Rasulullah SAW dengan sengaja, sila rujuk:
https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWY0dEVk9UekR1c0E/view?usp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWejJIMF9JMXE5blE/view?usp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWdXZubUJzRHllXzQ/view?usp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWNkFHUnRNYld6N1k/view?usp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/1VekxM-_yYqUhFQnSRynylmHKBg65OSnx/view?usp=drivesdk
almawaddah.info
Posting Komentar