Sunan Muria adalah Wali Qutub (Wali Pemimpin Wali) yang lebih memilih mendakwahkan Islam ditempat berbeda dengan wali yang lain yakni di Puncak Gunung Muria. Beragam versi sejarah Sunan Muria mengundang ketertarikan Tim Travelling Journalism (Ekstrainer Peserta Training Jurnalistik Lapmi Cabang Semarang) bersama Tim Redaksi Majalah Bersuara untuk memverifikasi tentang Sejarah Sunan Muria dengan narasumber yang merupakan salah satu Keturunan Sunan yakni Bapak K.H. Mastur (62) Ketua Dewan Pembina Yayasan Masjid Makam Sunan Muria periode 2013-2018 pada 14/1/2014 lalu. Berikut hasil wawancara kami dengan beliau.
Bagaimanakah silsilah Sunan Muria, karena ada beberapa sumber yang
mengatakan Sunan Muria adalah keturunan langsung dari Sunan Kalijaga dan versi
lain mengatakan Sunan Muria bukan keturunan langsung dari Sunan Kalijaga?
Karena tidak ada referensi yang
mendukung atau yang akurat memang perbedaan itu sebagai khazanah saja, untuk
silsilah memang seperti pendapat pak Solihin Salam mengatakan Sunan muria
adalah bin sunan Ngudung dan beberapa versi mengatakan bin sunan Kalijaga.
Kalau menurut kepercayaan saya, meskipun apapun yang terjadi saya tetap percaya
asal itu dibuktikan dengan pendekatan yang ilmiah, mungkin sampai genealogi
nanti insyaallah akan percaya, tetapi kalau di sini ada silsilah bin Sayyid
Karomat dan Nyi Ageng Maloka itu ada tertulis dulu di dinding makam dan
sekarang disimpan sebagai kekayaan sejarah.
Sunan Muria dikenal dengan nama Umar Said, apakah juga ada versi lain?
Umar Said memang nama Sunan Muria
dan memang tidak terbantahkan, tidak ada versi lain. Ada sumber yang mengatakan
Umar Said memang asli bermukim di puncak gunung Muria meskipun bukan penduduk
asli Muria, kemudian mengajarkan agama Islam di puncak Gunung Muria, sampai
sekitar Pati, Juwana, Rembang dan sebagainya maka beliau terkenal dengan Sunan
Muria, sedangkan Muria sendiri adalah nama sebuah gunung. Beliau Umar Said
dinisbatkan untuk bermukim di puncak gunung Muria.
Apakah ada bukti keberadaan sunan Muria di Gunung Muria baik dari
cerita rakyat, pelaku sejarah, atau petilasan-petilasan yang ditinggalkan oleh
beliau tentang tahun kelahiran Sunan Muria?
Tidak ada artefak yang
menunjukkan kapan Sunan Muria lahir. Sampai sekarang para penulis buku ketika
masuk di waktu kelahiran sunan Muria
berhenti karena tidak ada catatan hanya ada beberapa tulisan purba yang ditemukan di bekas masjid yang
menunjukkan sekitar tahun 1660-an dan diperkirakan merupakan bagian dari
renovasi masjid waktu itu. Jadi menurut saya beliau hidup pada abad 15-16
berdasarkan legenda yang berkembang di sekitar masyarakat Muria serta ketika
masih muda saya pernah bertemu dengan tokoh atau sesepuh yang bernama Mbah
Ismail Tunggoyono juga keturunan dari Mbah Sunan Muria. Saya pernah diceritakan
bagaimana kronologi jalannya Sunan Muria sampai ke Gunung Muria bahwa Sunan
Muria bukan asli penduduk Gunung Muria dan mempunyai Istri benama Raden Ayu
Sujinah yang merupakan adiknya Sunan Kudus. Raden Ayu Sujinah adalah anaknya Sunan
Ngudung tetapi ada juga yang mengatakan Sunan Murialah yang anaknya Sunan Ngudung.
Jadi kalau memang benar, berarti Sunan Muria itu adalah anak menantu dari Sunan
Ngudung. Sunan Muria datang ke Gunung Muria yang waktu itu belum ada pemukiman
atau pedesaan yang ada hanya hutan. Ada beberapa versi yang mengatakan Sunan
Muria datang dengan membawa Kerbau dan berhenti duduk di daerah Petoko (tempat
yang agak tinggi), 6 km sebelah selatan Makam Sunan Muria untuk mendirikan
masjid di sana tetapi akhirnya tidak jadi karena melihat tempat yang lebih
tinggi di daerah Colo. Ada juga versi mengatakan kerbau itu berhenti di daerah
Petoko hanya sejenak, belum sempat mendirikan masjid kerbau sudah bergerak
menuju ke daerah Colo dan merumput di sini sampai selanjutnya lahan atau tanah
untuk merumput menjadi tanah kesunanan milik Sunan Muria untuk mendirikan
Masjid.
Apakah ada keterkaitan dengan hal-hal yang Mistis dalam pendirian
Masjid seperti misalnya Kisah Sunan Kalijaga di Gua Kreo yang mencari Kayu Jati
untuk dibawa ke Demak Bintoro tetapi terhalang oleh dua bukit kemudian segerombolan
kera-kera tertarik dan berkeinginan untuk membatu?
Memang menurut legenda sering
digambarkan seperti itu untuk pendirian masjid di Gunung Muria tetapi hal ini
bukan mistis yang tidak masuk akal, bahkan sebelum mendirikan masjid Sunan
Muria sudah diinterupsi oleh Sunan Kudus karena merupakan ipar dari Sunan Muria
yang menentang Sunan Muria mendirikan masjid di puncak gunung dan di tengah
hutan. Sunan Muria kemudian menjawab bahwa memang sekarang daerah ini puncak
gunung dan tengah hutan tetapi dikemudian hari nanti akan dikunjungi
orang-orang dari seluruh penjuru. Hal ini terbukti sekarang meskipun dulu orang
datang ke Sunan Muria susah, dan hanya beberapa yang datang setiap selapanan.
Setelah mendapat kritikan akhirnya sunan Muria tetap membangun masjid dan
kemudian mendapat pujian dari para wali yang lain karena masjid yang didirikan
bagus tetapi kemudian beliau merasa tidak enak dengan pujian itu karena
mendirikan masjid dengan niat lillahi ta’ala untuk menyebarkan agama islam
berjuang untuk menanamkan tauhid kepada masyarakat bukan untuk mendapat pujian
dari manusia dan akhirnya masjid itu di bakar habis dan beliau kemudian
mendirikan lagi masjid yang sederhana.
Bagaimanakah metode atau manhaj yang dikembangkan sunan Muria dalam
mendakwahkan islam untuk masyarakat terpencil di puncak gunung yang berbeda dengan metode Sunan Kalijaga
yang lebih menjangkau ke dataran rendah?
Sunan Muria adalah wali Allah
penyebar agama islam yang pasti diutus dan diatur oleh Allah meskipun bukan
nabi untuk diamanahi menyebarkan agama islam di daerah pelosok. Kebetulan Sunan
Muria tugasnya untuk mengislamkan atau mentauhidkan orang-orang kampung pelosok
desa dengan kendaraan beliau yakni kuda putih yang sampai sekarang pelana
kudanya masih ada, kemudian khodamnya atau penjaganya berwujud harimau yang
disesuaikan dengan kondisi daerah puncak gunung.
Apakah metode dakwah Sunan Muria juga melakukan akulturasi dengan
budaya lokal, seperti peninggalan beliau berupa air berkah dan kayu apakah ini tidak
dikatakan mempertahankan budaya syirik?
Untuk peninggalan beliau yang
paling utama adalah pengimaman atau mihrab dalam masjid yang lebih mencirikan
pada budaya islam. Adapun orang menjustifikasi bahwa peninggalan sunan Muria
adalah syirik itu silahkan karena pemahaman orang mungkin hanya sampai itu,
tetapi Sunan Muria tidak mengajarkan syirik. Peninggalan kedua yakni gentong,
menurut saya adalah petunjuk bahwa Sunan Muria bermukim di Gunung Muria karena
waktu itu orang berumah tangga butuh gentong untuk menampung air bahkan sampai
sekarang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Hanya saja sekarang langsung
dari keran, atau sumur maka tidak membutuhkan gentong. Setiap orang memang
punya gentong tetapi bedanya yang mengambil air dari gentong tersebut adalah
keluarga dari pemilik gentong sendiri. Berhubung ini gentongnnya sunan Muria
yang seorang wali qutub (wali pemimpin wali) maka orang-orang lain datang
mengambil air dari gentongnya. Beberapa masyarakat ketika bertemu dengan wali
atau habib di daerahnya seperti di Kudus Gus Ulin, di Semarang Habib Umar, di
Pekalongan Habib Lutfi mereka datang dan ingin mencium tangan ketika bertemu karena
begitu hormatnya dan takzimnya dengan orang yang dekat dengan Allah. Ketika ingin
dekat dengan Allah karena Sunan Muria adalah seorang wali yang sedemikian
keramatnya, mereka mencari apa yang ditinggalkan, mau salaman tidak bisa maka
ketika tahu gentong adalah peninggalan Sunan Muria akhirnya cukup dengan air
gentongnya saja, tetapi bukan berarti syirik air ini bisa menyembuhkan dan
harus diluruskan untuk meminta hanya kepada Allah jangan kepada Sunan Muria.
Ibarat kita ingin menelpon maka kita harus mencari tempat yang sinyalnya kuat
agar bisa langsung nyambung maka ketika datang ke Makam Sunan Muria bukan
meminta kepada Sunan Murianya tetapi ibarat kita datang untuk menelpon di
tempat yang sinyalnya atau auranya kuat yang tetap masih terjaga sampai
sekarang dengan banyaknya orang datang karena kuatnya aura Sunan Muria. Selain gentong, ada juga masyarakat yang
menginginkan bunga yang sudah kering, bahkan kelambu makam pun ingin dimiliki,
disamping itu tanaman parijoto itu karena ingin aura atau barokahnya sunan
muria, tetapi memang boleh percaya atau tidak.
Apakah sunan muria adalah tokoh yang anti pati terhadap kekuasaan atau
penguasa pada saat itu?
Kalau dilihat dari silsilah
beliau juga membantu penguasa atau pemerintah meskipun tidak secara langsung
dengan mengajarkan tauhid, akhlak, dan budi pekerti berarti konstibusinya
terhadap negara sangat besar. Kalau dilihat dari silsilah memang biasanya yang
berkuasa di Indonesia seperti keturunan Ken Arok yang kebanyakan berasal dari
Solo. Dilihat dari silsilah Sunan Muria memang ada dua jalur silsilah yakni
jalur birokrasi seperti kepala desa dan jalur kerohanian seperti imam masjid
guru madrasah.
Apakah ada silsilah yang jelas Sunan Muria ke bawah atau ada yang masih
hidup dan terlacak?
Untuk silsilah ke bawah jelas ada
catatannya tetapi untuk silsialh ke atas memang ada berbagai macam versi tetapi
semua versi memang benar mengarah pada sunan Muria. Kalau memang catatannya
betul banyak keturunan Sunan Muria, bahkan sampai tahun 90an mayoritas keturunan
adalah orang Colo, karena beliau bermukim di Colo dan menurunkan keturunan.
Sunan Muria tergolong ningrat dengan nama panggilan Raden Umar Said, dan kalau
catatan itu betul saya masih melihat kakek saya di tulis dalam silsilah Sunan
Muria. Sejak masjid di makam membutuhkan imam yang rutin maka yang menjadi imam
masjid pertama untuk sholat Jumat di awal tahun 1900an, kemudian setelah kakek saya
meninggal akhirnya dilanjutkan pak dhe saya meskipun itu diangkat oleh pengurus
yayasan sendiri, sampai dilanjutkan kakak sepupu saya dan kebetulan sampai
tahun 2018 imamnya adalah saya. Jika memang tulisan itu benar, saya masih keturunan
sekitar ke 15 dari Sunan Muria.
2 komentar:
Mf kyai, saya dr malang,kalau boleh sya minta catatan silsilah keturunan beliau?
mun hoyong terang mah ameng k karawang
Posting Komentar