Korps Pengader (KP)
HMI Cabang Semarang adakan Sindikasi Materi LK-1 Wawasan Ilmu di rumah Kanda
Singgih Prabowo pada Jumat (10/1/2014) lalu. Sindikasi merupakan aktifitas
pengayaan materi LK 1 di lingkup Korps Pengader HMI Cabang Semarang berupa
eksplorasi materi dari anggota KP sesuai dengan materi yang didalaminya atau
yang menjadi sindikatnya. Sindikasi kali ini dilakukan untuk merefresh kembali
pemahaman para anggota KP HMI Cabang Semarang tentang materi wawasan ilmu
dengan pembicara Kanda Singgih Prabowo. Berikut ini ulasan materi Sindikasi
Wawasan Ilmu oleh Kanda Singgih Prabowo.
Ilmu untuk mendekatkan
dengan Sang Pencipta
Kita diberi ilmu yakni kemampuan dan pemahaman semakin
banyak, justru semakin mendekatkan kita
dengan pencipta kita. Hal ini seperti yang digambarkan Al Quran
tentang karakter ulil albab itu orang-orang yang berpikir. Jadi kalau
penciptaan segala sesuatu itu di tangan orang-orang yang berpikir, maka
penciptaan segala sesuatu itu akan selalu kembali ke Allah.
Ilmu pengetahuan
selalu berbicara masalah kebenaran, yakni pertama, kebenaran dalam
perspektif korespondensi, menurut
teori ini sesuatu dikatakan benar jika pernyataan sesuai dengan kenyataan.
Misalnya kita mengatakan rasa teh ini manis, kemudian kita coba ternyata manis
maka berarti benar. Hal ini juga bisa berlaku subjektif ketika ada orang yang
indera pengecapnya terganggu dia tidak bisa merasakan manis dan asin, ketika
dia minum ternyata tidak merasakan manis tetapi asin. Jadi korespondensi punya
kelemahan disitu pada sisi verifikasi atas pernyataan dan kenyataan yang sangat
subjektif. Sedangkan biasanya yang dianggap benar adalah yang objektif dengan
tingkat kesalahan atau margin error adalah nol koma… (0,xxx) artinya jika
diantara 100 orang ada 99 orang yang mengatakan teh itu rasanya manis maka
dianggap benar, dan 1 orang yang mengatakan tidak manis dianggap margin error
yang sesuai kaidah ilmiah yang dipakai.
Kemudian setelah korespondensi itu ada teori koherensi adalah konsistensi antara
statement terdahulu dengan yang sekarang. Jadi kalau di dalam teori ini
dikatakan jika sudah ada penyataan teh itu rasanya manis maka ketika ada
statement berikutnya teh itu tidak manis artinya dianggap tidak benar karena
sudah teruji sebelumnya. Jadi, alat verifikasinya adalah statement atau
pernyataan yang sudah teruji sebelumnya.
Teori kebenaran yang ketiga adalah pada asas manfaat, kalau tidak manfaat itu dikatakan tidak benar.
Artinya ilmu pengetahuan itu harus ada manfaatnya. Misalnya pengetahuan tentang
menyupir itu tidak membantu seseorang untuk bisa menyupir itu dianggap tidak
berguna, artinya tidak benar. Pada kenyataannya kita mungkin bisa tahu tentang
cara berenang, cara berkuda, kita tahu cara naik sepeda motor tetapi pada sisi
pengetahuan atau “ke-tahu-an” seseorang itu tidak menjamin “ke-bisa-an” atau
prakteknya. Disinilah titik tekan dalam materi Wawasan Ilmu diharapkan setiap
muslim itu dari pengetahuan dan prakteknya tidak ada jarak.
Pengetahuan dan
prakteknya tidak ada jarak
Kalau kita mengetahui tentang halal dan haram, maka dalam
prakteknya juga harus dijalankan, yang haram ditinggalkan dan yang halal
ditegakkan. Disitulah letak konsep Iman-Ilmu-Amal, pengetahuan-pengetahuan
dalam islam menganut barangsiapa sudah mengetahui hukum tetapi dia melanggarnya
artinya itu dosa besar di dalam islam. Hal ini merupakan kaidah yang saintifik
artinya kita tahu dan kita lakukan, dalam bahasa Al Qurannya adalah sami’na wa
tho’na. Kalau kita menjumpai di dalam Al Quran ajaran-ajaran kebaikan maka
harus dijalankan, apapun itu resikonya. Ketika hal itu dijalankan maka akan
muncul integritas, kita akan dikenal sebagai sosok yang berintegritas,
berkarakter karena teguh dalam memegang keyakinan dan prinsip-prinsip. Jadi
konsep wawasan ilmu adalah ilmu pengetahuan yang kita miliki tidak berjarak
dengan amal yang akan kita laksanakan, jika kita tahu tentang kejujuran maka
kita laksanakan sikap jujur.
Al Quran sebagai sumber
kebenaran
Dalam khittah perjuangan dijelaskan tentang wawasan imu,
sedangkan dalam ilmu pengetahuan yang dianggap benar adalah sesuatu yang sudah
terverifikasi dilalui melalui metode ilmiah, tetapi tidak menggunakan agama dan
wahyu sebagai sumber kebenaran, Al Quran dianggap tidak benar oleh ilmu
pengetahuan. Kitab-kitab agama yang lain juga dianggap tidak benar karena
merupakan kepercayaan bukan merupakan ilmu pengetahuan. Hal inilah yang akan
dibongkar melalui wawasan ilmu dalam khittah perjuangan bahwa Al Quran itu juga
ilmu pengetahuan, kebenarannya juga objektif dan bisa kita rasakan karena
kebenarannya itu menginspirasi.
Dalam sains modern, Al Quran dan kitab-kitab agama tidak
diakui sebagai sumber kebenaran. Jadi apa yang dinyatakan dalam kitab-kitab
agama contohnya di islam itu tidak dianggap kebenaran, sementara ilmu
pengetahuan itu dianggap sebagai instrumen untuk mengatasi kendala-kendala,
persoalan-persoalan yang pertama
sifatnya hakikat, hakiki, filosofis dan yang kedua adalah persoalan praktis dalam kehidupan sehari-hari yang
kemudian dari persoalan praktis maka munculah teknologi. Kalau dulu dalam
persoalan peperangan kemudian muncul teknologi peperangan misalnya meriam, dalam
persoalan globalisasi muncul teknologi komunikasi, dalam politik dan hukum
muncul teknologi penyadapan.
Dalam wawasan ilmu kita akan memastikan, mengajak,
meyakinkan bahwa Al Quran sebagai sumber dari kebenaran karena kelemahan
mendasar dari ilmu pengetahuan adalah keragu-raguan yang dibangun dari sesuatu
yang tidak pasti, kebenaran ilmu pengetahuan bisa dipatahkan dengan kebenaran
yang lain. Misalnya dulu ada teori matahari dan bulan mengelilingi bumi,
ternyata itu bisa dimentahkan yang mengatakan terbalik bahwa bumi yang
mengelilingi matahari. Sehingga ilmu pengetahuan bisa dianulir oleh
penemuan-penemuan yang terbaru tetapi kalau di dalam Al Quran tidak yang bisa
dianulir semuanya benar karena dalam Al Quran banyak berbicara tentang
nilai-nilai, kerangka-kerangka etik, prinsip-prinsip seperti kejujuran, ikhlas,
penolong, serta ayat-ayat tentang wawasan ilmu yang sudah dirangkum dalam
khittah perjuangan.
Ilmu tidak bebas
nilai
Wawasan ilmu menitikberatkan ilmu pengetahuan, teknologi
merupakan instrumen untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh
manusia sehingga kegunaan ilmu itu adalah untuk kemaslahatan. Jadi, ketika ilmu
digunakan tidak untuk kemaslahatan maka terjadi penyimpangan yang disebut ilmu
bebas nilai. Dalam wawasan ilmu menekankan bahwa ilmu itu tidak bebas nilai, tetapi
ilmu itu terikat oleh nilai dalam arti ilmu adalah instrumen untuk lebih
memudahkan untuk membawa kemaslahatan sehingga dikatakan satu amal yang tidak
terputus itu adalah ilmu yang bermanfaat.
Harmonisasi dengan
alam
Berbicara khittah perjuangan tidak lepas dari tiga entitias
yakni Allah, Manusia dan Alam sedangkan ilmu pengetahuan selalu berbicara
tentang alam dan manusia. Hal ini bisa dikritik karena manusia pada awalnya
inferior dengan alam karena dianggap menyengsarakan manusia ketika alam marah
atau murka. Dalam mitologi Yunani atau mitologi hindu itu ada
penguasa-penguasa, kekuatan-kekuatan alam, misalkan di gunung itu ada dewa
gunung, kekuatan topan ada dewa angin. Perlawanan filosof-filosof yunani pada
saat itu dengan pemikiran seperti itu adalah memunculkan figur yang namanya
hercules. Hercules adalah manusia yang mempunyai kekuatan dewa, yang bisa
mengalahkan dan memerangi dewa-dewa yang merupakan simbol dari alam, jadi sampai
sekarang manusia itu cenderung mengalahkan atau mengeksploitasi alam. Hal ini
berbeda dengan yang diinginkan islam, yakni harmonisasi, karena alam itu adalah
salah satu elemen atau entitas yang harus dikelola oleh manusia yang merupakan
tujuan penciptaan manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi artinya manusia
adalah pemimpin, pengelola, wakil Allah di muka bumi. Jadi alam bukan untuk
dieksploitasi tetapi untuk diajak koordinasi atau berharmonisasi sehingga
seiring sejalan.
Konsep ilmu pengetahuan sekarang, banyak yang
mengeksploitasi alam, mulai dari laut, mineral, logam-logam mulia dan lain
sebagainya semuanya di keruk sampai terjadi penggundulan hutan yang efeknya
bisa mempengaruhi lapisan ozon dan efek rumah kaca. Aspek-aspek ini yang tidak
diinginkan oleh islam, karena sejarah panjangnya manusia selalu berada di bawah
cengkraman alam selama ini sehingga
begitu ada kesempatan bagaimana mengendalikan alam itu dilakukan oleh manusia. Jadi, secara alam bawah sadar manusia itu
ingin menundukan alam karena alam itu selama ini menguasai manusia. Hal inilah
alam pemikiran ilmu pengetahuan yunani sampai sekarang.
Wawasan
ilmu mencoba mendudukan bahwa ada entitas Allah, pengatur alam semesta,
pencipta alam semesta yang mengelola, memberi arahan bagaimana manusia bersikap
dengan alam, bagaimana alam itu harus dikelola oleh manusia.
Anggota Korps Pengader HMI Cabang Semarang ikuti Sindikasi Wawasan Ilmu |
0 komentar:
Posting Komentar