This is default featured slide 1 title

Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

This is default featured slide 2 title

Foto Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

This is default featured slide 3 title

Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

This is default featured slide 4 title

Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

This is default featured slide 5 title

Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

Jumat, 06 November 2009

ILCI AR-RASYID SYUKURAN DAN ORASI BUDAYA


SEMARANG; Sekretariat di Jln. Sri Rejeli Utara 7 No. 4 begitu rame dan santai, ternyata dibalik itu semua ada agenda yang sangat membuat seseorang tidak akan melupakan suasana tersebut. Bahkan akan membuat mereka serperti berlari-lari bersama angin dan terbang melayang bagaikan malaikat kecil dengan kibasan sayapnya.

Sekitar hampir 30 orang lebih menghadiri acara syukuran dan orasi budaya ILCI Ar-Rasyid. Acara ini terselengara berkat kerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Semarang, Institut Pemikiran pimpinan Lukman Wibowo dan Lingkar Studi Alternatif (LaStA) Semarang. Acara ini hanya sekelumit cerita dai kegiatan Kibar Budaya untuk Negeri di Simpang Lima Semarang.
Perwakilan dari Institut Pemikiran saudara Lukman Wibowo mengatakan; bahwa setiap manusia membutuhkan tempat, salah satu tempat yang memedahi aspresiasi yaitu sebuah sanggar yang dapat membangun kemandirian dan kreatifitas.

Acara berlanjut dengan orasi budaya tentang keberagaman potensi manusia dan nasionalisme terhadap budaya indonesia. Pada titik akhir dari orasi budaya tersebut, santap syukuranpun dimulai. Tampak rame dan bersaja para pejuang melahap habis makanan dan minuman yang telah disediakan oleh panitia.

Di sela-sela makan bersama pimpinan ILCI Ar-Rasyid, Lukni Maulana; berpesan kepada khalayak pejuang umat untuk dapat ikut berpartisipasi menerbitakan buletin dengan mengirimkan hasil karyanya berupa puisi, cerpen, budaya, esai, opini (pokoknya yang berhubungan dengan seni dan budaya). Hasil karya tersebut dapat dikirim lewat email; valex_arrasyid@yahoo.co.id atau luknima@gmail.com.

Demo konflik Kisruh DPRD abaikan kepentingan masyarakat; Dewan Dikasih Replika Cotton Buds


SEMARANG; 6 November 2009, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Semarang dan Puluhan aktivis yang tergabung dalam FORMIPA (Forum Masyarakat Islam Peduli Anggaran) mengelar aksi menuntut DPRD Kota Semarang untuk segera menjalankan tugas fungsi dan penuntasan agenda yang molor hampir empat bulan akibat kisruh perebutan Kursi Komisi. Aksi menutup mata ini dilakukan mulai pukul 09.00 dengan start dari Bundaran Tugumuda Semarang. Sebelum melakukan long march massa aksi menutup mata mereka dan satu diantaranya menuntun dari depan mengarahkan jalan menuju kantor DPRD dijalan pemuda. Mereka berbaris bersab kebelakang berjalan sambil membawa replika cotton buds (pembersih telinga) sekitar 1,7 meter.

Aksi yang berlangsung tertib tersebut setelah tiba didepan gedung DPRD mereka melakukan orasi sambil meneriakkan yel-yel yang mengkritisi kondisi internal dewan yang terjadi saat ini. Tepat di kantor DPRD kota semarang sejumlah aksi melakukan teaterical berjalan merangkak menutup mata dengan kain berwarna hitam sembari sempoyongan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk simbolisasi dimana anggota dewan telah melakukan tindakan yang merugikan kepentingan masyarakat.

Setelah sekitar lima belas menit melakukan mediasi dan komunikasi akhirnya massa dapat masuk ke ruang dewan dan melakukan audiensi. Bahkan saat masukpun massa masih menutup mata. Baru setelah dibuka secara formal dialog dengan dewan kemudian secara simbolis massa aksi dengan dikomandoi salah satunya melepas tutup mata. Ini sebagai bukti bahwa dewan mau menerima runtutan mereka.

Dari beberapa perwakilan massa aksi secara teratur menyampaikan aspirasi melalui forum dialog. Ketua umum HMI Cabang Semarang Agus Thohir sesaat yang mewakili ketika menyampaikan aspirasinya memberikan gambaran atas kondisi yang semakin berlarut lama dimana anggota dewan ribut sendiri berebut jatah wilayah yang dianggap “basah” sehingga mengakibatkan banyak agenda yang harusnya bisa selesai tapi malah molor. Bahkan adanya keterlambatan terkait dengan mekanisme prosedur didewan dalam melakukan penganggaran jelas berdampak pada semua aspek penganggaran yang ada. Jelas ini akan merugikan masyarakat.

Dalam lanjutan penjelasannya sungguh harusnya DPRD harus bertugas dan berwenang untuk mensejahterakan masyarakat. Tapi malah justru sebaliknya, maka diperlukan tuntutan untuk bisa memperbaiki kinerja Dewan menjadi lebih bertanggung jawab terhadap masyarakat kecil. Karena DPRD adalah institusi yang diharapkan menjadi representasi dari kepentingan masyarakat, selain itu juga diharapkan mampu menjadi penyambung lidah aspirasi masyarakat yang terejawantahkan dalam fungsi legislasi, penganggaran dan pengawasan.

Sesuai dengan UU No.27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD pasal 343 ayat (1). Akan tetapi dari fungsi lembaga perwakilan rakyat tidak terjadi dalam institusi DPRD kota Semarang 2009-2014. Fungsi DPRD kota Semarang seolah “mati” yang tercermin dari mandegnya proses tahapan perencanaan pembangunan ditandai belum terbahasnya APBD perubahan 2009 dan terkatung-katung tahapan APBD 2010.

PERMENDAGRI 25 tahun 2009 tentang pedoman penyusunan APBD 2010 menyebutkan bahwa dalam rangka memberikan pelayanan pada masyarakat secara lebih optimal dan sebagai wujud tanggung jawab pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, agar PEMDA dapat menyusun dan menetapkan APBD tahun anggaran 2010 secara tepat waktu. Akibat konflik yang berlarut lama antar fraksi menjadikan semua dokumen belum terbahas.

Diharapkan dewan dapat menjadi contoh dan meneladani bagi masyarakat terkait sikapnya, dan tidak ada alasan lain karena semua jelas bahwa egoisme kelompok baik partai, golongan atau bahkan kepentingan pribadi akan memporakporandakan tradisi musyawarah. Akibatnya kisruh akan mengerucut pada tidak konsistenya peran dan fungsi dewan dan lebih jauh akan membawa mosi tidak percaya. Menurut thohir dalam beberapa argumentasi yang disampaikan jelasnya ia menilai bahwa aksi ini dilakukan sebagai perhatian dan tanggungjawab kita untuk mengawal dan mengawasi bahkan menegur atas ketidakkonsistennya tugas, karena mengalami kemoloran.

Ia menambahkan bahwa dewan akan didukung terus selama mereka menjalankan tugasnya, tapi bila sebaliknya teledor dengan tugas dan kewenangannya maka tidak segan-segan akan mengerahkan massa dan menggalang kekuatan untuk meluruskan tujuan.

Setelah dialog sekitar 90 menit mereka menyampaikan semua uneg-uneg yang simpang-siur dan menuntut segera tiga hal terkait yang harus diperbaiki dalam kinerja DPRD Kota Semarang; pertama, segera menuntaskan agenda-agenda tahapan penganggaran daerah kota Semarang. Kedua, memberikan waktu 1 minggu tertanggal mulai dikeluarkan tuntutan ini agar DPRD Kota Semarang segera menyelesaikan pembahasan APBD Perubahan tahun 2009. Ketiga, Segera menjalankan tugas, fungsi dan kewajiban DPRD Kota Semarang sebagai mana yang diamanatkan UU No. 27 Tahun 2009.

Sebelum usai audiensi salah satu aktivis memberikan Cotton Buds sebagai bentuk simbolisasi bahwa anggota dewan untuk segera membuka telinganya dan mau mendengarkan aspirasi masyarakat. Jika kuping mereka masih tertutup maka berarti anggota dewan telah menyelewengkan kewajibannya sebagai perwakilan rakyat yang semestinya memperjuangkan hak kesejahteraan bukannya penindasan dengan bentuk lain seperti yang ditegaskan Agus Thohir. Lukni Maulana (Wartawan LAPMI HMI Cabang Semarang)

HMI Tampil dalam Pentas Budaya Nasional di Semarang


SEMARANG—Sekitar 40 kader HMI Cabang Semarang berpartisipasi dalam acara “Kibar Budaya Untuk Negeri” pada hari Minggu 1 November 2009, di Lapangan Pancasila (Bundaran Simpang Lima). Acara pentas seni dan budaya ini diselenggarakan dalam rangka memeriahkan ulang tahun Radio Gajahmada FM.

Sebanyak 21 kader HMI tampil sebagai penari latar dan pasukan bendera. Sisanya bekerja sebagai kru. Kader-kader tersebut tampil dengan mengatasnamakan berbagai komunitas seni budaya. Sebut saja komunitas itu bernama: Sanggar Ilmu & Cinta (Sang Ilci; pimpinan Lukni “Jay” Maulana), Komunitas Widya Buana (asuhan Mbah Darmo), dan Kenduri Hani (garapan Kang Lukman). Kader-kader yang “eksis” tersebut berasal dari Komkom IKIP PGRI, Widya Buana, IAIN Walisongo, dan Unnes.

Acara yang berlangsung pagi hingga petang itu, diisi oleh sejumlah kegiatan seperti Jalan Sehat, Pentas Musik, Tari, Barongsai, dan sebagainya. Kegiatan berlangsung cukup meriah, dan dihadiri oleh sekitar 4000 penonton.

Menurut Asst. II Sutradara, Lukman Wibowo, tampilnya anak-anak HMI di publik budaya bisa dibilang yang pertama kali dalam beberapa tahun terakhir ini. Tampilnya pun hanya sebagai partisipan, tapi yang penting HMI bisa lebih eksis di masyarakat luas. Bukan sekedar “jago kandang” atau “seperti katak dalam tempurung”. Dan yang terpenting, kader-kader muda HMI memiliki kesempatan menimba ilmu maupun memperluas jaringan dari situ, demikian tambah Lukman.

Pagelaran budaya ini didukung oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Dewan Kesenian Semarang, dan sejumlah paguyuban seni; Disutradarai oleh seniman Yogyakarta, Kenyut Qubro dan dibantu oleh Darmo Budi Suseno beserta kru dari Yogya dan Semarang. (Hanafi/LAPMI).

Senin, 02 November 2009

HMI Menuntut Hentikan Kriminalisasi KPK;

Semarang, 02, November 2009. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Semarang bersama sejumlah Aktifis CICAK di Jawa Tengah menggelar aksi dukungan terhadap KPK. Aksi puluhan aktifis dilakukan dengan tutup mulut. Aksi tutup mulut tersebut dilakukan berkaitan dengan penyikapan terhadap dua penahanan pimpinan KPK non aktif Bibit Samad Riyanto dan Chandra M. Hamzah yang tak jelas status hukumnya.
Aksi dilakukan dengan bergandengan tangan memanjang mengintari Bundaran Videotron Air Mancur di jalan Pahlawan Semarang. Kemudian dilanjut berjalan bersama menuju Kantor POLDA Jawa Tengah dengan menaburkan bunga disepanjang jalan yang dilalaui sebagai bentuk keprihatinan terhadap kasus polemik antara POLRI dan KPK yang tak kunjung usai.
Sambil membagikan pita hitam sebagai simbol bentuk berkabung sebagai dukungan. Kepada pengguna jalan beberapa massa aksi juga melakukan pengikatan pita langsung ke lengan tangan kepada beberapa pejalan kaki yang melintasi jalan Pahlawan.
Menurut Ketua Umum HMI Cabang Semarang, Agus Thohir, Aksii tersebut dilakukan bersama-sama untuk membuktikan bahwa HMI sebagai bagian dari masyarakat. HMI harus turut mengawal, mendukung dan menuntut pembebasan atas penahanan dua penahanan pimpinan KPK Non aktif Bibit Samad Riyanto dan Chandra M. Hamzah dari segala tuntutan.
Dia juga menambahkan untuk segera hentikan segala bentuk kriminalisasi terhadap KPK oleh POLRI. Bahkan kalau bisa KPK sebagai lembaga independen yang ada di Indonesia harus didukung dan dikuatkan untuk bisa memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya tanpa pandang bulu. Bukan malah dikebiri dalam menjalankan perannya. Ini bisa menjadi ancaman serius bagi demokrasi indonesia.
Dalam penjelasan lebih lanjut, Thohir menegaskan harusnya presiden berani segera mengambil sikap dengan mereformasi undang-undang kepolisian sehingga terbentuk polisi sipil yang akuntabel dan kredibel. Bahkan ia menambahkan pimpinan POLRI harus lebih tanggap dengan rasa keadilan yang mengalir dimasyarakat dan terusik akibat kasus kriminalisasi KPK. Kalau perlu bagi mereka yang terlibat dalam rekayasa kriminalisasi terhadap KPK harus dinonaktifkan bahkan dipecat.
“Bila ini dibiarkan terus tanpa akhir tidak jelas jeluntrungnya, maka bisa dipastikan kedepan korupsi menjamur dan kredibilitas lembaga kepolisian akan hancur apabila polisi tidak segera mengambil langkah cepat dan tepat untuk damage control. Oknum korup bila tidak dieksekusi maka lama kelamaan akan merajalela sehingga demokrasi akan terancam. Karena mereka yang berduit bisa membeli kebijakan dan kekuasaan” tandasnya.
Aksi tersebut diakhiri dengan menaburi bunga didepan kantor POLDA. Massa aksi langsung berjalan lagi menuju patung kuda Dipenegoro UNDIP pleburan dan Setelah itu membubarkan diri.n
Muhammad Hanafi (Direktur LAPMI HMI Cabang Semarang)
sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com