This is default featured slide 1 title

Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

This is default featured slide 2 title

Foto Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

This is default featured slide 3 title

Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

This is default featured slide 4 title

Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

This is default featured slide 5 title

Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

Minggu, 23 Mei 2010

LOKAKARYA PERKADERAN KPC HMI SEMARANG

BANYU MANIK - Bertempat di gedung komplek al-azhar Semarang ada acara hajatan besar oleh Korp Pengader Cabang (KPC) Semarang. Hajatan tersebut merupakan upaya rekonstruksi baru arah perkaderan di wilayah HMI Cabang Semarang. Memformat kembali sesuai dengan kekuatan lokalitas yang dimiliki dan upaya membangun kultur baru pada dataran nilai yang sesuai dengan arah perkembangan zaman. Acara tersebut merupakan Lokakarya Perkadera yang dihadiri para anggota KPC di Semarang. Dengan adanya Lokakarya tersebut diharapkan menemukan kembali format yang ideal sebagai arah perkaderan yang mampu menciptakan iklim yang dinamis seiring tuntutan kampus yang cenderung paragmatis. Akan tetapi upaya tersebut bukannya mengikuti perkembangan zaman, tapi bagaimana mampu menyaring dan dapat menjadikan ikon perkaderan HMI dapat di terima dikalangan kampus khusunya para mahasiswa islam sebagai generasi intelektual dan spiritual. Ketua umum KPC Ukhti Haryanti mengatakan bahwa Lokakarysa Perkaderan ini merupakan progaram yang sudah menajdi kesepakatan untuk mendapatkan format baru pada arah perkaderan di wilayah ke-semarangan.

kader semarang ikut Training Politik


JAKARTA - Politik merupakan salah satu dari ikatan peradaban yang menguatkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Politik dilandsi untuk mencari format terbaik dalam ketatanegaraan dan pemerintahan. Namun jika membeincang politik ada beberapa pemaknaan yang negatif, ada yang beranggapan bahwa politk itu kotor. Karena politk menjadi alat untuk mencari kekuasaan. Indonesia telah menjadi labhan basah untuk menjadi ajang politik para pengusaha dan politikus untuk merebutkan satu kekuasaan yang disebut kepuasan. Dalam hal inilah demi sebuah perkaderan dan pembelakaln kepada kader untuk memahami dunia politik mengirim kadernya untuk mengiikuti Training Politk yang diadakan oleh Komisi Politik PB HMI. Mereka berjumlah 9 orang dari berbagai komisariat di semarang. Sebut saja Muhaz, Sigit, Tian, Saiful, Megan, Puput, Ali, dan kader ahwat satu satunya ukti Ningsih Semoga denga pelatihan terebut kader semakin termitivasi dan dapat memhami dinamika politk kebangsaan yang di kuasau oleh politk kartel. Memahami politik bukan sebuah persaingan untuk merebut kekuasaan tapi pemahaman untuk menjaid negara dan bangsa yang lebih beradab

SILATUHRAHMI KE BOGOR DAN HMI CABANG BOGOR


BOGOR- Beberapa kader dari semarang yang berjumlah empat orang sedang berjalan menuju waktu untuk silahturahmi ke Kanda Wawan yang tinggal di Perum Depag Bogor. Disana mereka mendapatkan beberapa pelajaran tentang perkaderan dan perjuangan tentang eksistensi diri di zaman yang dipenuhi dengan pergolakan zaman. Keempat kader tersebut yakni Muhaz, Huda,, Lukni dan Puput, mereka sangat menikmati hal tersebut Selanjutnya perjalanan dilanjutkan ke HMI Cabang Bogor, diteng malam yan gkebetulan lampunya mati mereka tetap bersemangat untuk menyambung ikatan silahturahmi. Sungguh mulyannya jika kita memulyakan malam. Dua piring makanan dihabiskan ditemani secangkir kopi dan makanan ringan menjadikan nikmatinya malam. Semoga dengan tali ikatan keluarga menjadi yang terbaik untuk menjalin ikatan ulul albab

Sabtu, 22 Mei 2010

(Refleksi Hari Buruh Internasional 1 Mei 2010) Narasi Baru Gerakan Kaum Buruh


Oleh Lukman Wibowo
Sumber : Artikel ini telah dimuat di Harian Joglosemar, 1 Mei 2010.
(sumber ditulis, agar tiada tuduhan praktik artikel ganda bertujuan profit)

Empat tahun yang lalu, penulis terlibat dalam aksi massa yang melibatkan sekitar seratus ribu buruh yang berpusat di depan Gedung DPR-RI. Demonstrasi tersebut adalah bagian dari refleksi Hari Buruh Internasional pada tanggal 1 Mei 2006. Hampir seperti biasanya, mobilisasi massa berakhir rusuh. Pintu gerbang halaman gedung parlemen dirobohkan. Sebelum massa dibubarkan secara paksa, sebuah jembatan penyeberangan kondisinya sudah setengah terbakar. Delapan orang buruh ditangkap, lalu dibawa ke Polda Metro Jaya dan ditahan sampai dua minggu kemudian.
Saya bukanlah aktivis buruh, saya hanya “kebetulan” berada dalam lingkaran mereka. Pada saat itu, saya adalah seorang fungsionaris Ormas (baca: PB HMI) yang bersimpati dengan suara serta gerakan mereka. Bagi saya, ini merupakan “kenangan terindah” yang pernah saya peroleh bersama gerakan kaum buruh di Indonesia.

Kesejahteraan versus Keterasingan
Hari ini—hampir di semua negara—kita akan merefleksikan kembali momentum May Day. Di tiap kota, aparat keamanan sudah disiagakan untuk mencegah sekaligus melibas dari kemungkinan terjadinya anarkisme gelombang massa buruh yang berdemonstrasi secara serentak.. Khusus di Ibukota Jakarta, pengamanan berlapis terjadi di area-area pusat pemerintahan (seperti Istana Negara, Istana Presiden/Wapres, dan gedung DPR) serta kantor-kantor perwakilan internasionalisme (seperti Kedubes AS, China, Korea, maupun lembaga mutilateral PBB dengan ILO-nya). Di kota-kota besar semacam Semarang, Solo, atau Yogyakarta, disinyalir massa akan tumpah ruah di depan gedung DPRD serta kantor Walikota.
Massa akan bergerak serentak. Namun, narasi apa yang sesungguhnya perlu disampaikan oleh gerakan buruh, selain soal kesejahteraan? Posisi yang sulit bagi kaum buruh, lantaran mereka sudah jauh terperangkap dalam lingkaran setan kapitalisme.
Buruh sesungguhnya merupakan fenomena by product industrialisasi sebagai salah satu varian perubahan sosial. Kelas buruh muncul dalam logika pembagian kerja (division of labour) dari konsekuensi industri yang dipacu oleh kapitalisme. Suatu teori umum yang dapat kita ketahui, bahwa pemilik modal berhajat terjadinya produksi massal dengan motif efisiensi sehingga memurahkan biaya produksi dan naiknya besaran keuntungan.
Menurut Karl Marx—sebagaimana dikutip Daniel Sparringa (2004)—kelas bukanlah fenomena umum dalam masyarakat. Kelas adalah hasil ciptaan sejarah, khususnya kapitalisme. Hubungan kelas semacam ini, senantiasa bersifat eksploitatif dan berdampak pada lahirnya konfliktual dua kepentingan yang berbeda di antara kelas yang berkuasa dengan kelas yang tersubordinasi.
Tesis Marx telah memenuhi narasi “penderitaan” buruh dewasa ini. Ketika kaum kapitalis kian besar, pihak-pihak yang tak memiliki modal terpaksa menjual tenaganya (wage workes) semata-mata demi bertahan hidup.
Buruh menjual tenaganya, lalu pada saat yang sama mereka kehilangan kontrol atas hal yang amat esensial sebagai manusia; karena sepenuhnya telah dimekanisir oleh pemilik alat produksi. Maka terjadilah—sebagaimana yang ditulis oleh para sosiolog Kiri—“keterasingan diri” (alienasi) bagi kaum buruh.
Kaum buruh kehilangan harkatnya sebagai manusia (human species being) sebab menjadi terasing bukan saja dari proses produksi (karena bekerja sebagai sekrup kecil dari satu mesin besar) tapi juga teralienasi dari tetesan karyanya. Buruh layaknya alat mekanis, tak mendapat pujian kecuali upah yang dibayarkan padanya.
Pemosisian buruh dalam kerja yang bersifat repetitif (berulang-ulang dan berjam-jam melakukan pekerjaan yang sama) menjadikan dirinya kehilangan kemampuan adaptasi karena hanya merespon tugas secara pasif. Pikirannya tidak dipakai sama sekali, hanya tenaganya saja yang dimanfaatkan. Kondisi semacam ini, menurut Marx, tak ubahnya mengondisikan manusia menjadi binatang; human being animal (Terj. Das Kapital, 1999).

Membangun Narasi Kemanusiaan
Kritik demi kritik yang dilontarkan gerakan buruh beserta mazhab Kiri, faktanya telah membuat kapitalisme melakukan koreksi dari dalam (self correction) secara berangsur-angsur. Tidak mudah memang menerka, apa itikad dari kaum kapitalis dalam koreksi tersebut. Satu hal yang pasti, kesejahteraan buruh akan membaik. Jika buruh sebagai mesin dan alat produksi (manusia mekanis-robotis), maka buruh harus sejahtera, sehat dan kuat agar hasil produksi selalu meningkat (surplus product). Namun, apakah keterasingan buruh juga akan diperhatikan? Kapitalisme memang culas dan licik.
Perjuangan organisasi buruh, seyogianya tidak saja mengaspirasikan hak-hak ekonomi semata, melainkan juga hak politik dan hak kemanusiaannya. Resistensi dari kaum kapitalis pasti akan muncul, namun bangunan narasi kemanusiaan (humanity) buruh merupakan faktor kunci yang menjelaskan kemenangan nasib buruh secara keseluruhan.
Sebuah hal yang amat vital adalah terbentuknya visi, struktur, dan jejaring gerakan buruh yang independen dari pengaruh kekuasaan, pemerintah, dan pemilik modal: Sebuah gerakan yang bukan hanya secara efektif sanggup mewadahi aspirasi kaum buruh, melainkan pula mampu memberikan tekanan pada sistem untuk menghasilkan kebijakan-kebijakan yang bisa menghentikan terjadinya eksploitasi buruh serta menegakkan hak-hak manusiawi mereka.
Gerakan May Day telah berlangsung sejak 1 Mei 1886. Selama 124 tahun, gerakan buruh sedunia sudah “berperang” kendatipun dengan skor kekalahan lebih banyak. Kini kita kembali merefleksi itu semua.
Kelas buruh adalah fenomena yang tak mungkin terhindarkan. Memperbaiki nasib buruh, bukan berarti memutus mereka dari alat produksi dan pemilik modal; tetapi meniadakan penindasan, serta kesenjangan sosial yang menderanya selama ini. Lebih dari, buruh harus diposisikan menjadi manusia sejati; manusia seutuhnya!

Lukman Wibowo; Ketua Komisi PTK PB HMI 2005-2007
(Source : http//www.harianjoglosemar.com. 1-5-2010)

Rabu, 05 Mei 2010

PERNYATAAN SIKAP HMI CABANG SEMARANG Menyambut Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2010 “ KEMBALIKAN RUH PENDIDIKAN SEBAGAI PENCERDAS BANGSA”


Semua bangsa di dunia pasti menempatkan pendidikan pada posisi yang tinggi. Nyaris tak ada suatu bangsa yang melecehkan pendidikan bagi bangsanya sendiri. Mereka sangat menyadari kemajuan bangsa ditentukan oleh kepandaian generasi baru dari bangsa itu sendiri. Pendidikan dalam pandangan kontemporer seharusnya diartikan sebagai sebagai tulang punggung (read:sistem nilai) bangsa dan negara untuk mencapai visi besar bangsa. Demikian pula dengan Indonesia yang pada dasarnya menempatkan pendidikan di level tinggi, Hal ini terbukti bahwa bangsa ini secara teoritis menempatkan pendidikan sebagai alat ideal mencapai tujuan bangsa. Kita bisa melihat makna dalam UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 pasal 1 yakni “untuk mengembangkan peserta didik secara aktif dalam mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta kerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan bangsa”. Jelas sekali paradigma pendidikan (read:ruh) kita menggambarkan betapa esensi pendidikan merupakan entitas yang sangat komprehensif menyangkut berbagai dimensi perkembangan individu dalam kaitannya dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.Realitas yang terjadi di masyarakat, seharusnya menempatkan hubungan yang serasi antara pemerintah, pelaku pendidikan dan objek pendidikan. Dalam hal ini dibuktikan dengan keseriusan pemerintah dalam menyelesaikan problematika pendidikan yang selama ini sudah menjamur dengan menghadirkan solusi yang tepat, pelaku pendidikan dengan menyelenggarakan pendidikan berdasarkan sebagaimana tertuang dalam pasal 19 ayat (1) PP 19/2005 tentang Standar Nasional pendidikan, dan peserta didik berlomba-lomba dalam peningkatan mutu. Dalam budaya akademik modern pun mestinya ada tiga hal penting yang harus diperhatikan. Pertama, ku-rikulum program studi harus berbasis mutu dan silabus dari kurikulum tersebut harus terus dikaji apakah sudah sesuai dengan kebutuhan dunia kerja atau belum. Kedua, proses pembelajaran yang terkendali. Ketiga, standar output yang terjamin.
Dinamika ini mestinya menjadi refleksi pendidikan sehingga membuat kita mampu menilai potret pendidikan nasional kita, semakin mendekati visi/ tujuan nasional pendidikan atau bahkan keluar jalu pendidikan nasional. Pertama, UU BHP telah diputuskan oleh MK dengan dasar bertentangan dengan UUD 1945 karena ketentuan-ketentuan yang diatur UU BHP yang dinilainya merupakan penyeragaman bentuk tata kelola, Penyeragaman itu terjadi karena UU BHP membuat penyelenggara pendidikan harus berbentuk BHP. Hal ini yang sejak awal terbentuknya ditentang mahasiswa, baru terealisasi kemarin dan bahkan belum disiapkan konsep ideal penggantinya. Kedua Kapitalisasi perguruan tinggi sebagai cara baru (read:neo liberalisme) yang dirasakan dunia pendidikan sekarang ini adalah terjadinya pengurangan subsidi pendidikan. Perguruan tinggi negeri harus menjadi badan yang mandiri. Subsidi yang dulu dilakukan terhadap SPP mahasiswa semakin berkurang. Subsidi dan campur tangan pemerintah di hampir semua sektor memang tidak disukai neoliberal akhirnya Beberapa PTN favorit untuk kepentingan penggalian sumber dananya dengan membukaj alur non -SPMB dengan menetapkan sumbangan puluhan juta sebanyak-banyaknya yang artinya pula sumber pendapatannya banyak. Kemudian yang terjadi terjadi privatisasi sekolah dan universitas. Itu sangat sesuai dengan semangat neoliberal persaingan bebas yang dalam hal ini pemerintah tutupi dengan menurunkan 20% APBD untuk pendidikan, namun realisasinya tidak jelas.Ketiga profesionalisme tenaga kependidikan berpegang pada idealisme dan progresifitas menuju tercipanya nuansa pndidikan yang harmonis, menyediakan sumber belajar, membenahi guru dan tenaga kependidikan lainnya dengan tetap mewujudkan manajemen pendidikan yang proffesional, penyelenggaraan evaluasi pendidikan baik proses maupun hasil secara obyektif, komprehensif, dan berkesinambungan. Keempat problematika UN yang menjadi satu-satunya indikator mutu (read:kelulusan) telah menunjukan kgagalannya, Dengan kata lain, UN tidak mampu meningkatkan kinerja pendidikan dalam konteks makna pendidikan atau terjadi simplifikasi kinerja pendidikan. Dalam konteks proses pembelajaran, UN telah mereduksi makna pembelajaran dari situasi pembelajaran yang seharusnya terwujud dalam pendidikan. Tentu saja cara makna pendidikan yang sesungguhnya yakni proses perwujudan pendidikan menyeluruh menjadi terreduksi, menyempitkan makna pendidikan dan dapat mengarah kepada suatu pola pikir intelektual-elitis, yaitu memandang kesuksesan dari sudut in-telektual/kognitif dengan alat ukur UN an sich. Kelima belum meratanya orang-orang yang merasakan pendidikan, apalagi kaum miskin. Kesempatan orang kaya memilih perguruan tinggi memang selalu lebih banyak dari pada orang miskin. Dengan adanya model seleksi yang target sebenarnya adalah mendapatkan sumber dana sebesar-besarnya, maka mereka yang berasal dari keluarga kaya meskipun prestasi akademiknya tidak bagus memiliki kesempatan yang besar, sedangkan yang dari keluarga miskin meskipun kecerdasannya mumpuni, tetap saja terpenjara dalam kemiskinannya.
Sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Departemen Pendidikan Nasional berkewajiban mencapai visi pendidikan nasional sebagai berikut. "Ter wujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah".
Diharapkan, ada kebijakan baru dalam menangani problematika pendidikan. Pertama, ini diawali dengan dibentuknya komitmen politik yang kuat dan tangguh dari pemerintah untuk menengok dan memedulikan persoalan pendidikan sampai akar rumput. Kedua, keseriusan pemerintah pusat maupun daerah untuk merealisasikan anggaran pendidikan minimal 20%, baik dari APBN maupun APBD, bukan hanya di atas kertas, melainkan dalam bentuk kerja nyata. Ketiga, perlunya dibentuk aparatus pendidikan di elite pemerintahan yang berjiwa bersih, suci, dan jujur demi pemenuhan pendidikan murah meriah dan gratis bagi rakyat miskin. Ini sangat menjadi pijakan utama agar pemerintah mampu mempermudah dilahir-kannya kebijakan-kebijakan pendidikan pro rakyat miskin.
Oleh karena itu HMI Cabang Semarang mengambil sikap :
1.Segera tentukan sistem ideal pendidikan tinggi sebagai pengganti BHP
2.Hapus UN sebagai alat penentu kelulusan tunggal
3.Realisasikan pemerataan yang proporsional untuk fasilitas pendidikan berdasar pengembangan keilmuan dan pengetahuan di sekolah negeri maupun swasta
4.Tetapkan UMR bagi GTT sebagai bukti keseriusan perhatian pemerintah secara adil terhadap nasib guru
5.Maksimalkan anggaran 20% APBD pendidikan dan sosialisasikan transparansinya
6.Wujudkan pendidikan murah bagi rakyat miskin dengan tetap bervisi kualitas
7.Optimalkan caracter building di semua sektor pendidikan
8.Optimalisasi sistem sertifikasi sebagai indikator kualitas pendidik







Sindi Setiyadi
Ketua HMI Cabang Semarang

“ Resolusi Tata Ruang Kota menuju kesejahteraan kaum miskin”


Sindi Setiyadi (Ketua Umum HMI Cabang Semarang)
Perkembangna konsep dualistik ang terjadi khususnya di negar-negara berkembang
mengalami dinamika ang seringkali menimbulkan permasalahan-permasalahan
dalam negara-negara tersebut, terlebih di perkotaan
(Lincolyn, 1992:208)

Pemanfaatan ruang kota sebagai arah dan pedoman dalam pengembangan dan pembangunan kota mengalami perubahan paradigma, yaitu dari skala keseragaman menuju keberagaman, dari lahan sebagai sekedar wadah aktifitas menjadi bagian dari investasi dan pemberdayaan kandungan lokal. Perubahan paradigma ini memberikan konsekuensi logis bagi kota untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dikandungnya. Lebih dari itu, diperlukan pengembangan antar kawasan yang bertumpu pada keselarasan antar sinergisitas dengan wilayah sekitar. Dengan demikian diharapkan kebijakan tata ruang akan terhindar dari segala benturan kepentingan ego regional masing-masingwilayah pengembangan. Kegiatan pembangunan infrastruktur perkotaan memiliki peran yang sangat signifikan terhadap keberhasilan pemanfaatan ruang. Berpijak pada Perda Nomor 1 Tahun 1999, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang, konsep dasar pembangunan sarana dan prasarana dasar perkotaan berorientasi pada pemenuhan pelayanan infrastruktur perkotaan yang mampu mendukung terwujudnya pola perkembangan kota metropolitan yang aman, tertib, lancar, asri dan sehat. Implementasi konsep tersebut di atas memiliki banyak tantangan, hal ini disebabkan karena kondisi infrastruktur perkotaan yang terbangun telah mengalami penurunan kualitas dan fungsi yang cukup tajam, sehingga membutuhkan biaya pemeliharaan yang cukup besar.

Untuk menjawab tantangan yang demikian maka diperlukan prioritas program yang proporsional sehingga dapat menciptakan infrastruktur yang berdaya dukung pada segala aktifitas perkotaan secara efektif dan efisien.Disisi lain, sumber daya alam merupakan potensi yang dapat memacu percepatan pembangunan, sebab merupakan sumber daya yang sudah tersedia secara alami. Namun demikian, kuantitas sumber daya alam yang tersedia sangat berbeda satu dengan lainnya, di satu sisi ada yang berlimpah sedang yang lainnya relatif terbatas. Pada sumber daya alam yang relatif terbatas, perlu kajian yang lebih mendalam untuk pemanfaatannya, agar dalam pengembangan potensinya masih tetap dalam ambang batas terciptanya daya dukung lingkungan yang handal. Potensi sumber daya alam yang sangat berlimpah ternyata belum dimanfaatkan secara optimal, contoh sumber daya air, yang karena lemahnya pengelolaan sumber daya tersebut, belum memberikan nilai tambah pada masyarakat seperti untuk kebutuhan air bersih, tetapi justru menjadi masalah yang sangat merepotkan, yaitu dengan adanya bencana banjir dan rob. Terlepas dari keterbatasan dana dan kemampuan pengelolaan, sudah sepantasnya masalah sumber daya air yang berlimpah tersebut diubah sebagai potensi yang menjanjikan bagi perkembangan kota. Oleh karena itu, konsep pemanfaatan sumber daya air sebagai primadona pembangunan kota, mulai patut untuk dikedepankan pada era pembangunan kali ini. Sebagai gambaran permasalahan utama bidang tata ruang, infrastruktur dan sumber daya alam dalam kajian ini adalah sebagai berikut : Kurang konsistennya pengendalian pemanfaatan ruang; Kurang lengkapnya perencanaan tata ruang kawasan (RTRK); Belum optimalnya penanganan perkampungan kumuh, bangunan dan hunian liar; Adanya kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan rumah layak huni; Belum meratanya penyebaran fasilitas perumahan& lingkungan permukiman (fasum & fasos); Belum optimalnya penanganan banjir dan rob; Kurang optimalnya penanganan kebersihan kota; Belum optimalnya pelayanan infrastruktur dasar kelompok miskin;· Belum optimalnya pelayanan infrastruktur serta sistem transportasi internal dan eksternal perkotaan;· Belum memadainya prasarana transportasi udara, laut & darat yang mendukung fungsi kota metropolitan;· Belum optimalnya pengelolaan dan estetika ruang publik; Kurangnya area hijau kota; Kurang optimalnya pengendalian Air Bawah Tanah; Belum optimalnya pengelolaan irigasi dan Daerah Aliran Sungai (DAS); Lemahnya pengendalian penambangan bahan Galian Golongan dan belum optimalnya pengendalian pencemaran lingkungan.

Arah Kebijakan Kebijakan penataan ruang kota merupakan basis dari segala kebijakan pengembangan fisik kota, sebab hampir semua aspek pemanfaatan ruang kota harus berpijak pada tata ruang kota yang telah ditetapkan. Mengingat strategisnya aspek kebijakan ini bagi perkembangan fisik kota, maka diharapkan kebijakan ini seyogyanya mampu mengakomodasi semua potensi kota baik secara internal maupun eksternal, sehingga arah pembangunan kota tidak meninggalkan elemen potensi dalam setiap tahap pembangunan. Berlandaskan kajian tata ruang kota tahun 1995 & ndash; 2005 makapemanfaatan ruang kota dalam kebijakan tata ruang ini diarahkan: Keselarasan pemanfaatan ruang yang mampu mengembangkan fungsi setiap kawasan; Terciptanya hubungan sinergis antara wilayah kota Semarang dengan wilayah/ daerah sekitar; Pengembangan sumber daya lokal dan berdaya dukung lingkungan yang berkesinambungan.

Problematika utama yang dialami kota Semarang diantaranya adalah cara penanggulangan banjir/rob yang belum menemukan cara yang ideal. Hal ini tidak hanya terjadi di daerah-daerah pinggiran saja melainkan di pusat kota dan di pasar yang notabenenya sebagai pusat terjadinya interaksi sosial dalam bentuk jual beli dalam masarakat. Ini tentu tidak hanya berkaitan dengan drainase saja tetapi juga karena bangunan-bangunan pencakar langit yang semakin banyak ditambah penghijauan mengalami stagnasi apalagi budaya masyarakat ang membuang sampah sembarangan. Ini disinyalir yang menjadi sebab dari tidak terselesaikannya problem banjir hingga memunbulkan isu untuk pemindahan ibu kota jawa tengah ke Yogyakarta karena kondisi semarang yang dirasa sudah tidak representatif untuk jadi ibukota jawa tengah.

Hal yang tidak kalah penting adalah berkaitan dengan pembangungan dan perbaikan pemukiman, prasarana kota, yang tujuan utamannya adalah meningkatkan harkat dan martabat masyarakat sebagai warga kota pantai metropolitan. Prioritas dalam hal ini adalah pemenuhn kebutuhan papanmasyarakat kurang mampu, baik berupa lahan maupun berupa rumah layak huni dan terjangkau. Fasilitas pun menjadi entitas yang tak kalah penting bagi masyarakat luas diantaranya; pengadaan infrastruktur air bersih oleh PDAM, pengadaan MCK umum yang bersih dan sehat, dan masalah yang berkaitan dengan PKL. Keberadaan PKL dapat mendukung kegiatan formal di lokasi tersebut, tetapi kenyataan yang ada justru cenderung termarginalkan baik dari segi lokasi danruang, maupun regulasi/hukum pengaturannya. Fenomena sektor informal pedagang kaki lima ini pada dasarnya merupakan bentukpengkondisian dari pembangunan yang tidak memadai kapasitasnya, baik dari strategi dankebijakan yang diterapkan maupun perlakuan pemerintah sendiri yang tidak sungguh-sungguh memperhatikan sektor ini (Rachbini, 1994: 81). Sampai dengan saat ini, penanganan masalah sektor informal pedagang kaki lima di perkotaan masih belum berubah dari pola lama, yaitu penggusuran demi kebersihan, keamanan, dan kenyamanan kota. Beberapa regulasi mengenaipedagang kali lima dapat dikatakan belum aspiratif karena masih berupa penggusuran penggusuran. Seperti ang sering terjadi, para PKL di sekitar lokasi dagang mereka digusur karena alasan kebersihan dan penertiban dalam rangka menyongsong lomba Adipura misalkan. Parahnya lagi, ternyata dari pihak Pemkot tidak mempunyai rencana lokasi baruuntuk relokasi PKL tersebut. Hal inilah, yang kemudian menimbulkan protes dari pedagang kaki lima tersebut karena merasa diperlakukan tidak adil (Kedaulatan Rakyat, 17 Februari 2006).

Upaya untuk menata visi kebijakan yang pro poor diantaranya dengan penataan bangunan, guna menjembatani kesenjangan antara rencana tata ruang dengan implementasi pemanfaatan ruang. Hal ini disebabkan oleh karena perencanaan tata ruang kota belum mampu sebagai arahan detail dalampemanfaatan ruang. Untuk itu, setiap kawasan strategis kota sudah selayaknya dilengkapi Rencana Tata Bangunan danLingkungan. Perwujudan program ini melalui kegiatan penyusunan Rencana Tata Ruang Kota, Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTRK, RTBL), pengendalian dan evaluasi bangunan. Kemudian upaya ang lain adalah dengan konservasi Lahan Pemenuhan kawasan hijau sebagai media penyelaras akan kecenderungan degradasi ketersediaan udara bersih dan sehat. Dengantersedianya ruang terbuka hijau yang cukup diharapkan mampu menurunkan tingkat polusi udara kota, sekaligus sebagai media resapan air hujan yang pada akhirnya berfungsi sebagai media pencegah bahaya banjir. Implementasi ini dilakukan melalui penyusunan rencana kawasan konservasi dan pengendalian atas implementasi peruntukan lahan serta konservasi lahan kritis.
Tentunya dari realitas yang sudah terlihat, kemudian menjadi jelas langkah mana yang harus dijadikan strategi yang di prioritaskan. Kesejahteraan rakyat lah yang menmpati posisi pertama dalam orientasi penetapan kebijakan, bukan kepada orientasi status quo yang tendensius dengan mengambil hak rakyat secara formal kelembagaan.

LALU LINTAS IDEAL KOTA SEMARANG


Oleh : Sugiharti*

Polusi dan kemacetan lalu lintas sepertinya telah menjadi pemandangan sehari-hari di kota Semarang yang panas ini. Di jalan-jalan tertentu, khususnya pada jam-jam kerja sudah dipastikan jalanan akan macet. Tidak adakah alternatif untuk menyelesaikan permasalahan ini? Bukan tidak mungkin masalah kemacetan ini dapat diatasi, tentu saja, semua ini memerlukan dukungan dan kesadaran dari berbagai pihak baik masyarakat, pemerintah dan aparat lalu lintas.
Faktor kemacetan
Masalah kemacetan lalu lintas di Semarang terjadi karena beberapa faktor; pertama, penggunaan kendaraan pribadi selain menyebabkan bertambahnya polusi udara dan suara juga menyebabkan kapasitas jalan raya terkesan sempit, walaupun sebenarnya di beberapa jalan utama seperti di Kalibanteng dan di sepanjang jalan Peterongaan memang tergolong sempit sehingga sering terjadi kemacetan yang luar biasa tidak hanya pada jam-jam sibuk saja. Kedua, belum tersedianya lahan parkir khusus. Beberapa tempat parkir saat ini belum dikelola secara maksimal dan belum cukup memadai untuk menampung banyaknya kendaraan sehingga tempat-tempat parkir masih memanfaatkan bagian tepi jalan raya yang memicu semakin sesaknya jalan, jalanan menjadi tidak rapi dan mengganggu pemandangan. Parkir kendaraan di pinggir jalan khususnya mobil, menghabiskan hampir separuh jalan, maka selain menyebabkan macet juga membuat jalanan menjadi sesak. Ketiga, zebra cross dan jembatan penyeberangan yang belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para pejalan kaki. Umumnya mereka masih memilih menyeberang di tempat yang dikehendaki sehingga menambah lalu lintas semakin semrawut.
Perlu solusi
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menangani masalah kemacetan lalu lintas. Langkah solutif dapat meminimalisasi kondisi lalu lintas di Semarang yang padat dan rawan macet.
Mengurangi problem kemacetan di Semarang, salah satunya bisa melalui peningkatkan kualitas layanan transportasi umum. Hingga kini, angkutan umum di Semarang belum bisa dikatakan cukup layak sebagai transportasi yang memanusiakan manusia. Barangkali, hal ini tidak hanya terjadi di Semarang saja, tetapi hampir di seluruh kota di Indonesia. Banyak transportasi umum sering memuat penumpang secara over load sehingga penumpang tidak mendapatkan kenyamanan, belum lagi ketika kernet bis memberlakukan tarif secara berlebih kepada penumpang (red-ngentol). Keadaan demikian membuat masyarakat akhirnya banyak yang memilih menggunakan kendaraan pribadi yang dirasa lebih efisien. Namun, banyaknya pemakaian kendaraan pribadi justru berpotensi menyebabkan kemacetan.
Kehadiran BRT (Bus Rapid Transit) Semarang merupakan satu inovasi dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan transportasi umum. Namun, kehadiranya belum dikelola secara maksimal. Dibanding dengan trans Jogja, trans Semarang masih perlu peningkatan dalam berbagai aspek, khususnya manajemen, SDM dan operasianal. Kenyamanan dan efisiensi menjadi hal terpenting dalam pelayanan terhadap penumpang, karena kedua hal itu menjadi daya tawar untuk menarik masyarakat agar beralih ke penggunaan transportasi umum sehingga pemakaian kendaraan pribadi akan berkurang. Rute BRT juga harus strategis, sehingga menjangkau masyarakat di berbagai wilayah di Semarang. Bila BRT sudah difungsikan secara optimal, memungkinkan dapat mengurangi pemakaian kendaraan pribadi, sehingga dapat mencegah kepadatan lalu lintas. Selain itu, untuk mencegah agar para penyeberang jalan tidak menyeberang di tempat yang tidak semestinya, maka traffic light tidak hanya di pasang di perempatan atau pertigaan jalan saja, tetapi di tempat-tempat zebra cross berada. Demi ketertiban lalu lintas, selalu dielu-elukan bahwa di setiap zebra cross, kendaraan harus mendahulukan penyeberang jalan, tetapi realitas yang terjadi sebaliknya. Para penyeberang jalan biasanya mendahulukan pengguna kendaraan karena saking banyaknya kendaraan yang melaju kencang walaupun terdapat zebra cross. Maka, demi keselematan, para penyeberang jalan terpaksa menunggu lama untuk kendaraan lewat hingga jalan benar-benar aman untuk menyeberang.
Di Negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, traffic light diberlakukan di setiap zebra cross, bahkan di jalan satu arah sekalipun. Traffic light biasanya dikontrol sendiri oleh penyeberang jalan karena di tiap tiang traffic light diberi tombol yang ketika di pencet maka dalam 10 detik traffic light akan menyala merah, sehingga penyeberang jalan dapat menyeberang dengan aman tanpa menunggu lama hingga kendaraan habis. Cara demikian akan lebih efektif dan efisien karena tanpa perlu dielu-elukan bahwa penyeberang jalan harus didahulukan, secara otomatis mereka sudah didahulukan, karena traffic light dikendalikan sendiri oleh penyeberang jalan.
Membudayakan jalan kaki di area pusat kota seperti simpang lima, barangkali bisa menjadi solusi alternatif untuk mengurangi pemakaian kendaraan pribadi. Hal ini bisa dimulai dengan meningkatkan perbaikan di area “city walk” khususnya di sepanjang jalan Pandanaran, kawasan Simpang Lima, Johar serta tempat-tampat tertentu yang strategis. Di sepanjang trotoar bisa dibuat agar para pejalan kaki merasa nyaman dengan ditanami pepohonan di setiap sisi-sisinya, sehingga dapat menciptakan kerindangan. Selain itu, beberapa pedagang kaki lima yang masih menggunakan trotoar untuk berdagang bisa menggunakan tempat yang lebih sesuai demi ketertiban dan keindahan. Trotoar hanya diperuntukan oleh para pejalan kaki saja. Berjalan kaki, Selain dapat mengurangi polusi, kemacetan lalu lintas, juga dapat mengurangi kepadatan lahan parkir. Selain itu, berjalan kaki juga menciptakan tubuh lebih bugar dan sehat serta bebas polusi.
Tidak ada salahnya, berkaca dengan Negara tetangga baik Singapura maupun Malaysia yang telah beberapa langkah lebih maju kondisi lalu lintas serta jalanan umumnya. Tidak hanya, lalu lintasnya yang tertib, tetapi kawasan “city walk” di sana juga berfungsi secara optimal. Maka, tidak menutup kemungkinan bahwa di kota Semarang yang tercinta ini dapat menjadi kota yang nyaman dengan lalau lintasnya yang teratur. Tentu saja, dengan kerja sama berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat dan aparat.

* Pemerhati masalah lingkungan, tinggal di Semarang.

DINAMIKA SEJARAH ISLAM



Sindi Setiyadi al Barobisyi
(Ketua Umum HMI Cabang Semarang)

Pendahuluan

Sejarah eksternal tradisi religius sering tampak terpisah dari alas an yang paling utama (raison d’)kepercayaan. Pencarian spiritualitas adalah sebuah perjalanan batin yang bersifat ruhaniah. Apalagi dalam Islam, sejarah ini lebih bersifat sebagai peletak dasar aqidah yang tentunya terbungkus dalam agama. Agama tentu saja juga mencakup kehidupan diluar ruhani yang berfungsi komprehensif sebagai sebuah way of life. Pemahaman ini hanya akan menjadi jargon saja jika saat ini tidak difahami secara totalitas yang pada akhirnya menjadi sebuah kepercayaan yang lengkap. Inilah yang menjadi titk awal dari aqidah.
Secara kebahasaan (etimologi) kata “peradaban” adalah terjemahan dari kata arab al hadlaraah atau al madaniyah, dan civilization dalam bahasa inggris. Kata peradaban sering dikaitkan dengan kata kebudayaan yang dipersamakan dengan kata al tsaqafah dalam bahasa arab, dan cultre dalam bahsa inggris.
Lalu apa bedanya kebudayaan dengan peradaban?, peradaban adalah bentuk kebudayaan yang paling ideal dan puncak, sehingga menunjukan keadaban (madaniyah), kemajuan (taqaddum), dan kemakmuran (umran) suatu masyarakay. Jika kebudayaan bersifat konsep-konsep abstrak seperti sains murni, maka peradaban adalah lebih dari itu sebagai hasil penerapan nya seperti teknologi dan produk-produknya. Ada beberapa periodesasi yang telah diupayakan sejarawan untuk menentukan waktu peradaban berlangsung. Diantaranya adalah Masa Awal (570–660 M), Perkembangan Islam (661-935 M, Puncak kejayaan (935-1500 M), Kemenangan Islam (1500-1750M), Degradasi Besar Umat Islam (1750-2000 M).

Dinamika Perkembangan Islam

a. Masa Rasulullah
Masyarakat Arab, pada khususnya Makkah mengalami perkembangan yang pesat dalam hal perdagangan, bahkan sampai-sampai Makkah disebut sebagai Kota Perdagangan, tetapi karena desakan kemakmuran, beberapa nilai kesukuan yang lama terbangun sedikit demi sedikit memudar. Orientasi materi serta nafsu kekuasaan membuat Masyarakat Quraisy hanya berkonsentrasi mencari uang dengan mengorbankan keluarga atau kelompok yang lebih miskin. Keresahan spiritual juga telah melanda Makkah dan seluruh jazirah arab. Bangsa arab tahu bahwa agama Kristen dan yahudi yang dianut oleh di Kekaisaran Byzantium dan Persia hanya bernilai tradisi menyembah berhala mereka. Ditengah kondisi seperti inilah lahir seorang penerang dunia yang diberikan tugas besar untuk memberikan petunjuk hakikat hidup yang seharusnya, dialah Muhammad bin Abdullah yang lahir pada 12 Rabiul Awal 570 M. Setelah masa kenabiannya di tahun 610 beliau memulai untuk mendakwahkan Islam kepada khalayak umum, namun baru di mulai di tahun kedua kenabiannya dengan cara (memperkenalkan tauhid kepada Allah sebagai pondasi kehidupan dalam arti menyeluruh). Dilanjutkan dengan pembangunan masjid sebagai tempat peribadatan dan pembinaan umat islam di madinah setelah berdakwah selama 10tahun di mekkah yang pada akhirnya harus ditinggal karena derasnya tekanan dari internal mekkah. Di madinah beliau melanjutkan dakwah serta melakukan pembentukan system social yang didiplomasikan berbentuk piagam madinah yang pada intinya menitik beratkan kepada system keadilan. Tahapan selanjutnya adalah beliau meletakkan dasar politik, ekonomi dan social untuk masyarakat baru. Namun dari upaya ini menghasilkan perlawanan dari golongan yahudi (musyrikin dan kafirin) karena mereka melanggar perjanjian yang telah disepakati didalam piagam madinah, yang pada akhirnya berujung kepada peperangan (badar, uhud, handaq, khaibar, mut’ah, penaklukan makkah, hunain, tabuk) setelah perjuangan panjang menyampaikan misi illahiyah (tersampaikannya wahyu Allah secara bertahap selama 23 tahun) sampailah pada akhir perjuangan yang tentunya menjadi awal bagi umat islam yang sebelumnya diakhiri denga haji wada, sebagai pertanda perpisahan nabi dengan umatnya. Rasulullah mengakhiri pesan dengan surat al maidah ayat 5. Beliau wafat pada 12 Rabiul Awal 632 M setelah menyempurkan agama Allah.

b. Masa Khulafaur Rasyidin
Sepeninggal nNabi Muhammad beliau digantikan oleh keempat orang sahabat dekat beliau yakni bu Bakar, Umar, Usman dan Ali, yang kemudian dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin. Masa Khulafah al-Rasyidin mulai oleh Abu Bakar yang berkuasa tahun 632-634 M. Pemerintahan Abu Bakar yang singkat habis untukmenyelesaikan persoalan dalam negeri, terutama tantangan yangditimbulkan oleh suku-suku Arab yang tidak mau tunduk pada Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dilakukanhanya dengan Nabi, sehingga secara otomatis batal dengan meninggalnya Nabi. Abu Bakar menyelesaikan ini dengan apa yangdikenal sebagai perang riddah (perang melawan kemurtadan). Pemerintahan yang dijalankan Abu Bakar mengikuti apa yangterjadi pada masa Nabi, bersifat sentralistik, dimana kekuasaan legislative, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Abu Bakar sendiri yang diangkat khalifah dengan baiat menyebut dirinya sebagai khalifah al-nabi (pengganti nabi). Umar ibn Khathab(634-644 M) menggantikan Abu Bakar lewat penunjukan langsung,. Masa ini ekspansi Islam pertama terjadi. Syiria, Palestina, sebagian besar Persia dan Mesir jatuh dalam kekuasaan Islam. Luasnya wilayah kekuasaan memaksaUmar untuk membangun system pemerintahan dan administras inegera. Dalam hal ini, ia mencontoh adiministrasi yang berkembang di Persia.
Administrasi pemerintahan dibagi menjadi 8 propinsi:Makkah, Madinah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina dan Mesir.Departemen-departemen ditingkat pusat juga dibentuk, seperti keuangan, pekerjaan umum dan pengadilan. Umar yang menyebut dirinya sebagai amir al-mukminin (komandan orang beriman) juga membentuk bait al-mal, menempa mata uang dan menciptakan tahunhijrah, menerapkan system gaji dan pajak tanah. Dalam bidang
hokum, untuk pertama kalinya system ghanimah (pembagian hartarampasan perang sesuaidengan ajaran al-Qur’an dan Sunnah) tidak diberlakukan dan diganti dengan system gaji. Ustman ibn Affan(644-655 M) yang berkuasa setelah Umar dipilih dengan system formatur yang terdiri atas 6 orang; Utsman, Ali, Thalhah,Zubair, Sa’ad ibn Abi Waqash dan Abd Rahman ibn Auf. Pada paruhpertama kekuasaannya yang panjang, tahun, Ustman meneruskan politik Umar melakukan ekspansi ke luar. Menaklukkan Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes dan yang tersisa dari wilayah Persia.Dalam keilmuan, Utsman pertama kali yang membukukan al-Qur’an yang dikenal dengan mushaf utsmani sampai sekarang, untukmembakukan system pembacaan al-Qur’an yang mulai berbeda-bedasaat itu sesuai dialek wilayah masing-masing.Akan tetapi, setelah itu, Utsman tampak mulai tidak dapat mengendalikan ambisi politik keluarganya (Bani Umaiyah) dan mengangkat mereka sebagai pejabat-pejabat penting dan “basah”.Parahnya, Utsman juga mengklaim diri sebagai khalifah Allah(pengganti Allah) bukan khalifah al-nabi sebagaimana Abu Bakar, sehingga memberi kesan dictator dan berkuasa penuh. Perubahan politik Ustaman ini kemudian menimbulkan kekecewaan danketidakpuasan di kalangan shahabat dan kebanyakan masyarakat,sehingga melahirkan pemberontakan dan berpuncak pada terbunuhnya Utsman. Ali ibn Abi Thalib (655-660 M) yang dibaiat setelah Utsman berkuasa tahun. Masa pemerintahan Ali penuh dengan gejolak sebagai warisan dari system sebelumnya dan dampak kebijakan radikal yang diterapkan Ali. Ali memecat para gubernur yang diangkat Utsman, menarik kembali tanah-tanah yang dihadiahkan Utsman dan mengembalikan kepada negara, menerapkan system pajak tahunan dan menghilangkan tunjangan shahabat. Gejolak pertama adalah pemberontakan yang dilakukan Aisyah, Zubair dan Thalhah, sedang yang kedua pemberontakan yang dilakukan oleh Muawiyah ibn Abi Sofyan, keluarga dan gubernur Syiria yang diangkat Utsman. Dua pemberontakan ini memberikan dampak teologis yang serius. Ketika Aisyah bertempur melawan Ali, sebagian shahabat seperti Abd Allah ibn Umar tidak dapat mengambil sikap dan menyerahkankeputusannya kepada Allah, karena keduanya adalah keluarga Nabi.Aisyah adalah istri Nabi yang berarti ummul al-mukminin (ibunya orang mukmin) sedang Ali adalah menantu dan orang yang sangat dekat dengan Nabi. Sikap abstain sebagian shahabat inilah yang kemudian berkembang menjadi Murjiah. Sementara itu,pertempuran Ali melawan Muawiyah melahirkan tiga aliran teologibesar dalam Islam. Mereka yang membela Ali kemudian menjadi Syiah, yang mendukung Muawiyah menjadi Jama’ah atau Sunni,sedang yang tidak puas dengan keduanya menjadi Khawarij.

c. Dinasti Umayyah
Setelah khulafaur Rasyidin memimpin umat islam, pemerintahan umat muslim berada di bawah dinasti Umayyah (661-750 M) yang berpusat di Damaskus, Syiria. Pendirinya adalah Muawiyah bin Abd Syam, tokoh Quraisy pada masa jahiliyah yang masuk islam pada fatkhul Makkah. Pemerintahan Bani Umayyah berumur 90 tahun, dengan khalifahnya berjumlah 14 orang, dimulai dengan Muawiyyah bin Abu Sufyan, dan diakhiri oleh Khalifah Marwan II. Khalifah-khalifah yang paling besara pengaruhnya adalah Muawiyyah (661-680 M), Abdul Malik bin Marwan (685-705 M), Walid bin Abdul Malik (705-720 M), Umar bin Abdul Aziz (717-720 M), dan Hasyim bin Abdul Malik (724-743 M). Wilayah kekuasaan bani umayyah sangat luas. Daerah-daerah yang berhasil dikuasai meliputi spanyol, afrika utara, syiria, palestine, jazirah arab, irak, sebagian asia kecil, persia, afganistan, pakistan, uzbek, dan kirgis di asia tengah (Yatim, 1993:44). Berbeda dengan khalifah-khalifah sebelumnya, khususnya Muawiyyah lebih banyak memasukan unsur pemerintahan dan adminstrasi dari persia, contohnya diterapkannya sistem monarki absolut dan sistem administrasi pembagian lembaga-lembaga, pakaian kebesaran seperti kaisar-kaisar persia, kurang merakyat. Penggunaan bahasa arab dan pengubahan nama mata uang Byzantium dan Pesia menjadi dinar. Sistem pemerintahan pun sudah menggunakan peran gubernur, Qadi, Shahih al Haraj dll. Namun dalam strata sosial Umayyah membagi membagi menjadi 4 yakni muslim arab, muslim non arab, non muslim dan budak (padahal ini adalah sesuatu yang R asulullah hapus, malahan dihidupkan kembali oleh Umayyah) Dalam konteks politik pun sudah dilancarkan pemaksaan pembaiatan Yazid kepada rakyat, hal inilah yang membuat rakyat merasa dipebudak oleh Muawiyyah. Terlebih dengan dihembuskannya paham Jabariah (semua telah ditentukan Allah) dengan tujuan bahwa pembaiatan Yazid sudah ditentukan jadi rakyat harus mentaati keputusan itu. Dengan adanya paham Jabariah maka muncul pula paham yang berfikir sebaliknya yakni Mu’tazilah yang menitik beratkan pada akal fikiran manusia yang akan menentukan. Dalam sisi agama Muawiyyah memerintahkan untuk memunculkan hadist yang mengunggul-unggulkan utsman agar selalu bisa diingat, keputusan ini yang kelak menyebabkan maraknya hadist palsu (oleh karenanya Muawiyyah sangat bertanggung jawab dengan banyaknya hadist palsu yang tersebar luas). Dari cabang agama yang lain yakni fiqh juga dimunculkan namun dengan tujuan untuk menciptakan hujjah masing-masing sesuai dengan harapannya (fiqh politis). Hal inilah yang pada akhirnya menjadi penyebab runtuhnya dinasti umayyah selain beberapa penyebab dintaranya yang paling benar-benar berpengaruh adalah Munculnya gerakan baru yang dipelopori oleh keturunan Al Abbas bin Abdul Muntalib yang telah mendapat dukungan dari Bani Hasyim, Syi;ah serta kaum mawali yang merasa dinomorduakan pemerintahan Bani Umayyah. Inilah akhir dinasti Umayyah.

d. Dinasti Abbasyiah
Penerus Dinasti Umayyah adalah Dinasti abbasyiah, Perwakilan dari kekhilafahan Islam yang terbesar dan terpanjang dalam sejarah islam klasik. Dinasti yang didirikan di Baghdad oleh Abu Al Abbas al saffah, keturunan Al Abbas paman Nabi Muhammad, sejak 750 M dan mengalami kejatuhan pada 1258 M. Sejumlah khalifah yang mampu membawa Dinasti Abbasyiah ke arah keemasanya adalah Al Mahdi (775-785 M), Al Hadi (785-786 M), Harun Ar Rasyid (786-809 M), Al Makmun (613-833 M), Al Mu’tasim (833- 842 M), Al Watsiq (842-847 M), dan Al Mutawakkil (847-861 M). Pembentukan dinasti ini sebagai bentuk perlawanan terhadap paham yang diciptakan muawiyyah (militeristik dan sekularistik) sedangkan pemerintahan Bani Abbasyiah adalah bercorak pluralistic-etnist, etnis, scientific dan religius. Sumbangan utama Bani Abbas dalam sejarah peradaban Islam, berbeda dengan Bani Umaiyah yang lebih mengedepankan aspekpolitik, adalah dukungannya yang besar terhadap perkembangan keilmuan, filsafat dan sains. Secara umum, kebanyakan khalifah Bani Abbas adalah orang yang gandrung ilmu dan hikmah, dan memberikan dukungan besar pada bidang ini. Al-Makmun (811-833M) adalah khalifah yang mempelopori proses penterjemahan filsafatYunani ke dalam Islam, yang kemudian didukung oleh penggantinya,Harun al-Rasyid, dengan didirikannya Bait al-Hikmah, perpustakaan besar dan pusat penelitian. Hasil terjemahan-terjemahan filsafat dan pemikiran Yunani kemudian memberikan kontribusi besar bagi perkembangan filsafat, pemikiran dan sains Islam. Bukti bahwa pada dinasti ini memunculkan khasanah baru bagi dunia islam dintaranya adalah Silih berganti orang- orang yang membawa perubahan besar diantaranya adalah Imam Madzhab Imam Hanifah ( 690- 767 M), Imam Maliki (716-796 M), Imam Syafi’i (767- 820 M), Imam Hambali (780-855 M) inilah diantaranya penggagas fiqh. Serta dari golongan rasionalis islam yakni Al Farabi (1153-1191 M), Ibn Sina (980-1037M), Al Kindi (691-878 M ) dll. Dalam perihal hadist pun berasal pada dinasti ini yakni Bukhari (w.870 m) dan Muslim (w.878 M) Penyebab jatuhnya dinasti abbasyiah diantaranya masuknya dominasi kekuatan luar dalam pusat pemerintahan baghdad, sehingga menjadikan khalifah boneka, pada periode 950 – 1050 M, banyak wilayah yang dipimpin oleh para gubernur-gubernur dari pusat Baghdad melepaskan diri, kesulitan ekonomi, ketidakjelasan sistem pergantian khalifah, dan muncul grerakan pemberontakan. Dan faktor eksternalnya adalah serangan Hulagu Khan pada 1258 M (ini yang jadi alasan paling tepat tentang jatuhnya abbasyiah) yang perlu diingat adalah pada saat negara islam menyerang negara islam yang lain adalah masalah politik, bukan masalah agama.

e. Masa Disintegrasi Politik Islam
Ketika Dinasti Abbasyiah ini mengalami kemunduran dan kemunduran, tentu pengaruhnya sangat besar terhadap konstelasi politik serta kehidupan yang lain di dunia islam. Disamping itu masa panjang kekhalifahan Abbasyiah, masa keemasannya yakni hanya di awal periode (750-950 M), berikutnya adalah masa disintegrasi (950-1050 M), kehancuran (1050-1250 M) sisanya adalah masa stagnasi. Masa disintegrasi ini ditandai dengan munculnya dinasti-dinasti kecil di barat mauoun di timur baghdad yang berusaha melepaskan diri ataupun meminta otonomi, perebutan kekuasaan oleh dinasti buwaih dari persia dan dinasti seljuk dari turki di pusat pemerintahan Bani Abbasyiah di baghdad, dan lahirnya perang salib antara pasuan islam dan pasukan salib (3 periode selama 1095-1291 M) dari Eropa. Kemudian setelah itu Dinasti Fatimiah di mesir muncul menjadi dinasti besar, dan dilanjutkan dengan dinasti murabithun di afrika utara. Kekuasaan Islam di spanyol menunjukan sebagai pengaruh islam yang luas terhadap renaisance eropa.dari 756-1031 M). Dan dilanjutkan dengan kerajaan Islam, Utsmani di turki dan kerajaan safawi di persia. Dan Kerajaan Mughal di Indi sebagai simbol minoritas muslim dalam mayoritas umat hindu-budha.

f. Masuknya Penjajahan Barat ke Islam
Sentuhan Barat ke dunia Islam sudah mulai merebak, adalah pada saat kekuasaan Islam menduduki Spanyol, perkembangan Islam yang sangat berarti dengan kemajuan peradabanya. Inilah juga yang mempengaruhi renaisance eropa. Karena dengan sumbangsih islam kota cordova sebelum dikuasai islam, telah disulap menjadi kota cantik yang penuh dengan keindahan.Peradaban yang sangat berkembang dan tentunya dengan Umat Muslim yang sangat kuat, memunculkan kecemburuannya, dan bergulirlah isu dari pihak nasrani di palestina yang mengatakan terjadi perlakuan buruk terhadap umat nasrani disana yang disampaikan kepada Raja Ferdinand dan Ratu EIsabela yang telah berada di spanyol, Hal ini yang membuat raja Ferdinand geram dan memulai untuk menghancurkan Islam yang berhasil pada tahun 1492 M. Dan usahanya berhasil menumbangkan Islam di spanyol sampai sekarang lenyap tanpa sisa padahal dulu telah menguasai sejak 756-1031 M. Bangsa portugis pun mulai turut serta yang diawali dengan mendirikan kerajaan komersial eropa pertamanya yang bertujuan juga untuk mengurangi penguasaan Islam (menguasai perdagangan, ekonomi), Said Pasya, gubernur mesir memberikan konsesi terusan suez kepada Prancis, dan menrima hutang luar negerinya yang pertama di tahun atara 1854-1856 M dan karena tidak mampu membayar hutang itu maka terusan suez di jual ke Inggris, Pemberontakan India pun berkembang karena ingin melawan kekuasaan Inggris, sekali lagi kekuasaan Islam di India tumbang oleh barat. Sir Sayyid Ahmad Khan mendesak dilakukannya reformasi Islam dengan cara Barat dan mengadopsi budaya Inggris. Di Iran Syah Reza mengkonsesi tembankau dan minyak ke Inggris. Penguasaan Inggris di iran juga sangat besar, apalagi pada saat kudeta Syah Reza dengan intelegen inggris dan CIA Mengenai berdirinya negara yahudi pun tidak lepas dari Inggris yang berdasarkan deklarasi balfour diberikan izin untuk mendirikan negara yahudi, ini dilancarkan dengan sebuah misi rahasia yang dihasilkan pada Konferensi Zionis pertama di Basel. Di Mesir pun terjadi penandatanganan perjanjian damai (Camp David) antara israel dan mesir,
dampak dari hal ini adalah Anwar Sadad sebagai presiden Mesir ditembak oleh seorang ekstrimis muslim ysng mengecam perlakuan tidak adil dan kekerasan presiden terhadap rakyat mesir serta karena penandatanganan perjanjian damai itu.

g. Perlawanan Mujahid terhadap pengaruh Barat
Peran mujahid Islam juga tidak kalah besar mengartikan peran barat. Barat dalam perspektif perkembangan peradaban telah memberikan alam pemikiran yang ilmiah, serta pengkajiannya terhadap kebebasan berfikir, meskipun literatur yang mereka dapatkan juga dari islam pada saat penghancuran kerajaan islam di spanyol. Di satu sisi ada kelompok yang ingin menjaga kemurnian Islam dengan menolak seluruh pandangan barat tanpa terkecuali. Munculnya Ikhwanul Muslimin pimpinan Hasan Al Bana membawa angin segar perjuangan yang mengarah kepada kekuatan politik terbesar di Mesir memunculkan harokah-harokah oposisi pemerintah dan ingin mengembalikan umat islam pada hakikat islam. Dia memandang ketimpangan yang telah terjadi di tengah umat memerlukan solusi islam selain reformasi illahiah. Dia membuat sekolah islam, klinik, pelatiha generasi muda dll Syeikh Ahmad Yassin menghadirkan gerakanislam modern di GazaPertama kali yang menyerukan ijtihad untuk menunjukan bahwa umat islam harus merdeka di bawah panji Qur’ani adalah Jalaludin Al Afgani (1839-1897 M) seorang aktivis Iran yang selalu mengumandangkan persatuan negara islam dalam melawan Eropa, kembali kepada tradisi Rasulullah yakni islam. Dari rekan perjuangannya, adalah ilmuan mesir Muhamad Abduh yang lebih sistematis dan mendalam, dalam fikirannya negara islam bisa menrapkan apa yang dalam barat disebut sebagai pengkajian ilmiah, namun yang beliau selali dengan rekannya yang seorang jurnalis mesir adalah ”syariah malah yang harus mengikuti zaman”. Kondisi intelektualitas barat membuat orang islam mencela islam sendiri karena mengekang keinginan umatnya dengan ditutupnya pintu ijtihad. Ridha lah yang pertama kali mengusulkan modernisme islam, tetapi sangat islami dengan berdasarkan syariah reformasi. Di India pun muncul seorang penyair dan filsuf Muhamad Iqbal (1876-1938 M) menyatakan bahwa islam sama rasionalnya dengan barat. Bahkan islam lebih rasional dan paling maju diantara semua kepercayaan. Penekanan Iqbal pada semangat empiris membuatnya mencela sufisme, dia mengajukan sistem baru yang jauh dari mistik yang sudah lazim di sunia muslim serta rasionalisme modern dianggap satu-satunya cara untuk maju. Abu A’la al Maududi (1903-1979M) mendirikan jamaah Islam dengan harapan diterapknnya syriah islam yang lebih ketat di India agar mempu memberikan pelawanan terhadap gempuran inggris yang menjadi inspirasi bagi soerang fundamental islam suni Sayyid Qutb (1906-1966 M) yang sangat menentang bentuk sekulerisme barat. Sekulerisme Naseer yang kejam menyebabkan Qutb mendukung bentuk islam yang berbeda dari masa Rasulullah, beliau meminta umat muslim meneladani Muhammad dengan kaffah (seperti hijrah seperti hijrah dari mekkah ke madinah sangat pemerintah membahayakan spiritualitas umat muslim). Perjuangan yang lain adalah Revolusi Iran (1978-1979 M), selama tahun 1960an, Ayatullah Ruhollah Khomeini (1902-1989 M) memimpin rakyat Iran untuk turun ke jalan memprotes kebijakan yang kejam dan tidak konstitusional dari Syah Muhamad Reza. Perlawana seperti inilah yang seharusnya mampu dimunculkan umat muslim sekarang agar kemurnian islam dan perjuangannya tidak tergeser dengan pengaruh barat yang ingin menghancurkan ISLAM.

h. Penutup
Pemahaman sejarah yang akaffah akan semakin mempekuat statement bahwa Islam lah satu-satunya peradaban yang mampu memberikan pencerahan aqidah dan hubungan dengan manusia yang lain. Dengan fikiran yang tetap berpegang pada Al Qur’an niscaya kita akan berani menjadi penerus Rasulullah yang mewarisi semangat juang luar biasa terhadap islam. Perang yang dilakukan selama berlangsungnya masa keemasan Islam bukan karena semangat untuk membunuh dan menyerang umat manusia yang lain, melainkan karena kecintaan islam akan umat islam yang lain yang merasa disakiti oleh orang yahudi, kafir quraisy dan pihak yang tidak memperlakukan islam sebagai agama dan bahkan memerangi dengan alasan politik dan benturan agama. Rasulullah hanya ingin memberikan pencerahan islam agar umat manusia mengetahui esensi dia hidup di bumu Allah. Totalitas aqidah sebagai misinya semoga mampu kita laksanakan dan amalkan
Pilihannya hanya BERJIHAD n SYAHID (,,selamat berjuang sahabatQ,,)
sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com