Selasa, 18 Maret 2014

SINDIKASI MATERI WAWASAN ILMU Oleh : Kanda Singgih Prabowo

Korps Pengader (KP) HMI Cabang Semarang adakan Sindikasi Materi LK-1 Wawasan Ilmu di rumah Kanda Singgih Prabowo pada Jumat (10/1/2014) lalu. Sindikasi merupakan aktifitas pengayaan materi LK 1 di lingkup Korps Pengader HMI Cabang Semarang berupa eksplorasi materi dari anggota KP sesuai dengan materi yang didalaminya atau yang menjadi sindikatnya. Sindikasi kali ini dilakukan untuk merefresh kembali pemahaman para anggota KP HMI Cabang Semarang tentang materi wawasan ilmu dengan pembicara Kanda Singgih Prabowo. Berikut ini ulasan materi Sindikasi Wawasan Ilmu oleh Kanda Singgih Prabowo.

Ilmu untuk mendekatkan dengan Sang Pencipta
Kita diberi ilmu yakni kemampuan dan pemahaman semakin banyak,  justru semakin mendekatkan kita dengan pencipta kita. Hal ini seperti yang digambarkan  Al Quran  tentang karakter ulil albab itu orang-orang yang berpikir. Jadi kalau penciptaan segala sesuatu itu di tangan orang-orang yang berpikir, maka penciptaan segala sesuatu itu akan selalu kembali ke Allah.

Ilmu pengetahuan selalu berbicara masalah kebenaran, yakni pertama, kebenaran dalam perspektif korespondensi, menurut teori ini sesuatu dikatakan benar jika pernyataan sesuai dengan kenyataan. Misalnya kita mengatakan rasa teh ini manis, kemudian kita coba ternyata manis maka berarti benar. Hal ini juga bisa berlaku subjektif ketika ada orang yang indera pengecapnya terganggu dia tidak bisa merasakan manis dan asin, ketika dia minum ternyata tidak merasakan manis tetapi asin. Jadi korespondensi punya kelemahan disitu pada sisi verifikasi atas pernyataan dan kenyataan yang sangat subjektif. Sedangkan biasanya yang dianggap benar adalah yang objektif dengan tingkat kesalahan atau margin error adalah nol koma… (0,xxx) artinya jika diantara 100 orang ada 99 orang yang mengatakan teh itu rasanya manis maka dianggap benar, dan 1 orang yang mengatakan tidak manis dianggap margin error yang sesuai kaidah ilmiah yang dipakai.
Kemudian setelah korespondensi itu ada teori koherensi adalah konsistensi antara statement terdahulu dengan yang sekarang. Jadi kalau di dalam teori ini dikatakan jika sudah ada penyataan teh itu rasanya manis maka ketika ada statement berikutnya teh itu tidak manis artinya dianggap tidak benar karena sudah teruji sebelumnya. Jadi, alat verifikasinya adalah statement atau pernyataan yang sudah teruji sebelumnya.
Teori kebenaran yang ketiga adalah pada asas manfaat, kalau tidak manfaat itu dikatakan tidak benar. Artinya ilmu pengetahuan itu harus ada manfaatnya. Misalnya pengetahuan tentang menyupir itu tidak membantu seseorang untuk bisa menyupir itu dianggap tidak berguna, artinya tidak benar. Pada kenyataannya kita mungkin bisa tahu tentang cara berenang, cara berkuda, kita tahu cara naik sepeda motor tetapi pada sisi pengetahuan atau “ke-tahu-an” seseorang itu tidak menjamin “ke-bisa-an” atau prakteknya. Disinilah titik tekan dalam materi Wawasan Ilmu diharapkan setiap muslim itu dari pengetahuan dan prakteknya tidak ada jarak.

Pengetahuan dan prakteknya tidak ada jarak
Kalau kita mengetahui tentang halal dan haram, maka dalam prakteknya juga harus dijalankan, yang haram ditinggalkan dan yang halal ditegakkan. Disitulah letak konsep Iman-Ilmu-Amal, pengetahuan-pengetahuan dalam islam menganut barangsiapa sudah mengetahui hukum tetapi dia melanggarnya artinya itu dosa besar di dalam islam. Hal ini merupakan kaidah yang saintifik artinya kita tahu dan kita lakukan, dalam bahasa Al Qurannya adalah sami’na wa tho’na. Kalau kita menjumpai di dalam Al Quran ajaran-ajaran kebaikan maka harus dijalankan, apapun itu resikonya. Ketika hal itu dijalankan maka akan muncul integritas, kita akan dikenal sebagai sosok yang berintegritas, berkarakter karena teguh dalam memegang keyakinan dan prinsip-prinsip. Jadi konsep wawasan ilmu adalah ilmu pengetahuan yang kita miliki tidak berjarak dengan amal yang akan kita laksanakan, jika kita tahu tentang kejujuran maka kita laksanakan sikap jujur.

Al Quran sebagai sumber kebenaran
Dalam khittah perjuangan dijelaskan tentang wawasan imu, sedangkan dalam ilmu pengetahuan yang dianggap benar adalah sesuatu yang sudah terverifikasi dilalui melalui metode ilmiah, tetapi tidak menggunakan agama dan wahyu sebagai sumber kebenaran, Al Quran dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan. Kitab-kitab agama yang lain juga dianggap tidak benar karena merupakan kepercayaan bukan merupakan ilmu pengetahuan. Hal inilah yang akan dibongkar melalui wawasan ilmu dalam khittah perjuangan bahwa Al Quran itu juga ilmu pengetahuan, kebenarannya juga objektif dan bisa kita rasakan karena kebenarannya itu menginspirasi.

Dalam sains modern, Al Quran dan kitab-kitab agama tidak diakui sebagai sumber kebenaran. Jadi apa yang dinyatakan dalam kitab-kitab agama contohnya di islam itu tidak dianggap kebenaran, sementara ilmu pengetahuan itu dianggap sebagai instrumen untuk mengatasi kendala-kendala, persoalan-persoalan yang pertama sifatnya hakikat, hakiki, filosofis dan yang kedua adalah persoalan praktis dalam kehidupan sehari-hari yang kemudian dari persoalan praktis maka munculah teknologi. Kalau dulu dalam persoalan peperangan kemudian muncul teknologi peperangan misalnya meriam, dalam persoalan globalisasi muncul teknologi komunikasi, dalam politik dan hukum muncul teknologi penyadapan.

Dalam wawasan ilmu kita akan memastikan, mengajak, meyakinkan bahwa Al Quran sebagai sumber dari kebenaran karena kelemahan mendasar dari ilmu pengetahuan adalah keragu-raguan yang dibangun dari sesuatu yang tidak pasti, kebenaran ilmu pengetahuan bisa dipatahkan dengan kebenaran yang lain. Misalnya dulu ada teori matahari dan bulan mengelilingi bumi, ternyata itu bisa dimentahkan yang mengatakan terbalik bahwa bumi yang mengelilingi matahari. Sehingga ilmu pengetahuan bisa dianulir oleh penemuan-penemuan yang terbaru tetapi kalau di dalam Al Quran tidak yang bisa dianulir semuanya benar karena dalam Al Quran banyak berbicara tentang nilai-nilai, kerangka-kerangka etik, prinsip-prinsip seperti kejujuran, ikhlas, penolong, serta ayat-ayat tentang wawasan ilmu yang sudah dirangkum dalam khittah perjuangan.

Ilmu tidak bebas nilai
Wawasan ilmu menitikberatkan ilmu pengetahuan, teknologi merupakan instrumen untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh manusia sehingga kegunaan ilmu itu adalah untuk kemaslahatan. Jadi, ketika ilmu digunakan tidak untuk kemaslahatan maka terjadi penyimpangan yang disebut ilmu bebas nilai. Dalam wawasan ilmu menekankan bahwa ilmu itu tidak bebas nilai, tetapi ilmu itu terikat oleh nilai dalam arti ilmu adalah instrumen untuk lebih memudahkan untuk membawa kemaslahatan sehingga dikatakan satu amal yang tidak terputus itu adalah ilmu yang bermanfaat.

Harmonisasi dengan alam
Berbicara khittah perjuangan tidak lepas dari tiga entitias yakni Allah, Manusia dan Alam sedangkan ilmu pengetahuan selalu berbicara tentang alam dan manusia. Hal ini bisa dikritik karena manusia pada awalnya inferior dengan alam karena dianggap menyengsarakan manusia ketika alam marah atau murka. Dalam mitologi Yunani atau mitologi hindu itu ada penguasa-penguasa, kekuatan-kekuatan alam, misalkan di gunung itu ada dewa gunung, kekuatan topan ada dewa angin. Perlawanan filosof-filosof yunani pada saat itu dengan pemikiran seperti itu adalah memunculkan figur yang namanya hercules. Hercules adalah manusia yang mempunyai kekuatan dewa, yang bisa mengalahkan dan memerangi dewa-dewa yang merupakan simbol dari alam,  jadi  sampai sekarang manusia itu cenderung mengalahkan atau mengeksploitasi alam. Hal ini berbeda dengan yang diinginkan islam, yakni harmonisasi, karena alam itu adalah salah satu elemen atau entitas yang harus dikelola oleh manusia yang merupakan tujuan penciptaan manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi artinya manusia adalah pemimpin, pengelola, wakil Allah di muka bumi. Jadi alam bukan untuk dieksploitasi tetapi untuk diajak koordinasi atau berharmonisasi sehingga seiring sejalan.

Konsep ilmu pengetahuan sekarang, banyak yang mengeksploitasi alam, mulai dari laut, mineral, logam-logam mulia dan lain sebagainya semuanya di keruk sampai terjadi penggundulan hutan yang efeknya bisa mempengaruhi lapisan ozon dan efek rumah kaca. Aspek-aspek ini yang tidak diinginkan oleh islam, karena sejarah panjangnya manusia selalu berada di bawah cengkraman alam selama ini  sehingga begitu ada kesempatan bagaimana mengendalikan alam itu dilakukan oleh manusia.  Jadi, secara alam bawah sadar manusia itu ingin menundukan alam karena alam itu selama ini menguasai manusia. Hal inilah alam pemikiran ilmu pengetahuan yunani sampai sekarang.

Wawasan ilmu mencoba mendudukan bahwa ada entitas Allah, pengatur alam semesta, pencipta alam semesta yang mengelola, memberi arahan bagaimana manusia bersikap dengan alam, bagaimana alam itu harus dikelola oleh manusia.

Anggota Korps Pengader HMI Cabang Semarang ikuti Sindikasi Wawasan Ilmu

0 komentar:

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com