INSAN ULIL ALBAB: HARAPAN MASYARAKAT INTRNATIONAL
Oleh : Tasropi, S.Kel*
Era globalisasi selalu ditandai dengan keterbukaan dan arus informasiyang sebegitu cepat. Perubahan yang terjadi di suatu pelosok negeribisa diketahui oleh masyarakat dunia dalam hitungan waktu yang cepat.Hal ini dikarenakan perkembangan teknologi dan komunikasi sedemikianpesatnya. Dunia seakan berada pada satu "global village" yangmenghilangkan sekat-sekat antar negara. Ini terutama karenaperkembangan teknologi informasi telah menjadi konsumsi wajib bagiwarga dunia.
Hilangnya batas negara pun sangat dirasakan dalam bidangekonomi. Arus modal sedemikian liarnya merwambah ke seluruh pelosokdunia tanpa ada pengendali yang mampu memegang tali kekangnya. Liarnyaarus modal ini menjadikan masyarakat dunia berada pada 'rimba'pertarungan bebas, dimana yang kuat memakan yang lemah dan yang lemahseakan semakin lemah tinggal menunggu seleksi alam untuk disingkirkan,seakan membenarkan teori Darwin tentang "survival of the fittest".Bayangkan saja pendapatan seorang terkaya di dunia bisa mengalahkanpendapatan satu negara miskin. Hingga hiperinflasi yang terjadi diZimbabwe seakan peristiwa yang tak terlalu mengejutkan, sepotong rotidi Zimbabwe bisa seharga 10 Miliyar Dolar Zimbabwe (10.000.000.000,-ZWD).
Liarnya arus modal asing dan pertukaran mata uang yangspekulatif memungkinkan terjadinya fenomena tragis ini.Adanya fenomena semacam ini, bukanlah suatu kejadian yang berdirisendiri. Masih banyak fenomena-fenomena lain yang seakan mengundangtanya "Ada Apa Dengan Dunia?". Jika kita mau melihat lebih jernih adaapa di balik fenomena-fenomena itu, kita akan menemukan neumena yangsebenarnya. Kita mungkin bisa mengatakan ini akibat "paradigma duniayang menyesatkan". Dus.
Kapitalisme selalu menjadi lakon utama dalamkita membincangkan masalah dunia. Wjah dunia bagaimana pun akan tetapberubah, tapi perubahan itu yang mesti kita control. Jangan samapiperubahan yang terjadi semakin menempatkan manusia pada jurangkehancurannya, dehumanisasi. Manusia seakan bukan lagi manusia, disatu sisi dia berlaku seperti robot, yang hanya deprogram untukmenjadi sekrup-sekrup system superindustri global, di sisi lainmanusia berlaku seperti hewan yang bersaing satu sama lain tanpamemperhatikan nilai-nilai kemanusiannya. Akibatnya terjadi dekadensimoral, hilangnya nilai etika dan simulacra wujud manusia. Dimanamanusia akan kehilangan jati dirinya.
Dunia tak slamanya suram selama masih ada orang-orang yang memikirkannasibnya dan berusaha menubahnya kearah yang lebih baik. Keresahan iniakan melanda kaum intelektual di manapun di seluruh dunia. Orang-oranginilah yang diharapkan sebagai "creative minority" dalam memberikansolusi alternative untuk menjawab persoalan yang dihadapi olehmasyarakat dunia saat ini. Dalam terminology Al Quran inilahorang-orang yang disebut sebagai Ulil Albab, orang yang selalu resahmemikirkan nasib dunia dan seisinya.
Dunia dalam masa globalisasi inisemuanya serba global, ada kapitalisme global, pemanasan global,informasi global, krisis keuangan global dan lain-lain. Intinya segalasesuatu sifatnya bisa menjadi global, oleh karenanya akan dirasakanakibatnya oleh masyarakat di seluruh dunia. Seperti krisis keuanganglobal saat ini, yang semula hanya sejumlah kecilperusahaan-perusahaan besar di Amerika ternyata berimbas juga keEropa, Afrika dan Asia. T
entu Indonesia termasuk negara yang beradadalam keresahan ini, sampai-sampai harus mengemis kembali ke IMF danWorld Bank.Kembali ke Ulil Albab, terminology yang menjadi jargon kebanggan HMI.Karakter cita ideal yang ingin dicapai untuk kader-kadernya. Tentunyaharus melalui usaha yang sungguh-sungguh untuk mencapainya, sehinggakarakter : mujahid, muabid, mujadid, mujtahid dan mubaligh bukansesuatu yang utopis dan hanya bisa dicapai di alam mimpi.Karakter-karakter itu memang suatu yang normative dan perluinterpretasi yang rigid untuk bisa menjadi sesuatu yang fungsional.
Maksudnya karakter-karakter itu diejowantahkan oleh kader dalampribadi yang dinamis dan bisa menjawab persoalan apapun yang menjaditanggung jawabnya. Tentu ini perlu penafsiran cerdas untuk bisamenjawab persoalan kontemporer yang dihadapi manusia (masyarakatinternasional) saat ini, jika terminology ulil albab ini memangdimaksudkan ke arah sana. Misalnya mujahid kita artikan sebagaipribadi yang berani dan berintegritas, muabid pribadi yangberdedikasi, mujadid pribadi yang inovatif, mujtahid pribadi yangsolutif, dan mubaligh adalah pribadi yang dinamis dan progresif.
Oleh karena terminology ulil albab bersumber dari istilah "berbau"agama maka unsur utama pembangun karakter ini adalah keberimanan.Dimana unsur keberanian, inofvasi dan daya kritis semua bersumber danbermuara pada keberimanan itu sendiri. Segala sesuatunya mestidipertanggung jawabkan kepada Tuhan.Melihat persoalan dunia yang kita hadapi saat ini dengan kondisi HMIyang juga menhadapi berbagai macam persoalan terutama internalnya,memang bukan perkara mudah untuk mencapai "cita-cita suci" ini. Olehkarenanya kita mentasbihkan diri sebai organisasi perjuangan danperkaderan. Dinamakan perjuangan karena hal yang ingin dicapai masihterlalu jauh dan dikatakan perkaderan karena mesti ada orang-orangyang mesti kita didik, kita persiapkan dan kita arahkan untuk mencapaicita-cita ini. Ulil albab adalah 'man of the future' yang akanmenjawab persoalan-persoalan saat ini dengan melihat jauh ke depan,bukan melulu berorientasi pada masa lalu (romantisme) dan berkeluhkesah dengan apa yang dihadapi saat ini (pragmatisme). Kejayaan masalalu boleh kita anggap sebagai pemacu semangat bukan tujuan dan masakini sebagai modal dalam mengahadapi persoalan di masa depan.
Selalu saja menjadi sorotan bahwa HMI mendidik orang menjadi pemimpinyang berorientasi pada kekuasaan. Libido politik memang selalumenggiurkan dan banyak orang yangterjebak di dalamnya. Akan tetapikeinginan untuk berada pada inner circle kekuasaan, tanpa ditopangkemampuan yang mumpuni dan integritas moral yang cukup hanya akanmenjadikan lahirnya pemimpin-pemimpin yang menopang peradaban rapuhini. Lebih baik menajadi pemimpi, jika mimpinya adalah mengubahperadaban daripada menjadi pemimpin tapi menopang peradaban kapitalisdan hanya menjadi sekrup-sekrup dari system global yang ada.Ulil albab mungkin hanya akan berperan layaknya sebongkah batu yangakan menjadi pondasi bagi peradaban masa depan, atau juga sebutirpasir yang menyusun tembok peradaban Tauhid (Islami) bagi kehidupanmanusia yang akan datang. Maka "The End of Capitalisme" bukan teriakanpepesan kosong orang-orang yang sedang ngelindur.
* Ketua Korp Pengader Cabang (KPC) HMI Cabang Semarang 2007-2008
0 komentar:
Posting Komentar