Gerakan Revolusi Budaya melawan ”Marketisme”
Upaya mewujudkan Masyarakat Berkeadilan
Oleh Tim LK 2 HMI Cabang Semarang
Di tengah perkembangan dunia global dan kemudahan informasi, dunia telah terpetakan dalam proses Neokolonialissasi (penjajahan model baru) di berbagai belahan dunia. Sosok manusia ditempatkan sebagai penghuni yang paling berkuasa di muka bumi.posisi inilah yang menentukan arah hidupnya, dengan berbagai fasilitas yang dimiliki. Terhampar dihadapan manusia untuk memiliki, menikmati dan menundukkan seluruhnya untuk manusia (QS.22:65). Apakah berwujud alam nabati, alam hewani atau bahkan manusia itu sendiri ? akan tereksploitasi jika tidak saling mewaspadai.
Dalam sejarah peradaban ummat manusia, Jika dikehendaki akan terbagi dalam babak sejarah baru menginformasikan segala tingkatan yang dapat mengantarkan pada tingkatan eksistensi mazhab materialisme yang kokoh dan utama . Charles Darwin membahasakan dengan “Survival Of The Fittest” siapakah yang kuat itulah yang akan menentukan peta bumi untuk berkuasa berdasarkan kepentingan pribadi, kelompok, dan mengesampingkan kebersamaan kemanusiaan.
Hukum rimba berlaku searah dengan efektifitas manusia menguasai alam sekitar dengan tanpa kompromi, menjadikan alat manusia sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan. Nilai (value) dalam masyarakat telah terabaikan, tertutup dengan gaya materialisme yang berlebihan, kepemilikan bendawi akan lebih dihargai oleh masyarakat, tentu yang akan berkuasa dalam kebijakan tanpa mempertimbangkan kebijaksaanaan. Sikap mulia yang diwujudkan dalam interaksi social. Tidak akan ada fungsinya jika atribut kepemilikkan materi tidak ada. Maka nonsense arti sebuah kemanusiaan.
Terciptanya penghargaan yang lebih terhadap materialisme, Francis Fukuyama (2001) memberikan indikasi positif atas kehancuran materialisme dalam masyarakat dengan mengacu hilangnya (Modal Capital :Nilai) yang hilang dari setiap individu melakukan beberapa pemenuhan eksistensi kebutuhan sehari-hari.
Secara historis klasik di kisahkan dari contoh pergulatan Qobil-Habil putera Adam yang memperebutkan materialisme bergaya kapitalisme, dalam mengidentifikasi superioritas manusia berkuasa atas yang lain. disimbolkan dengan perebutan anak manusia dengan keinginan individu yang tak terkendali, akhirnya salah satu harus ada yang dicampakkan dalam korban atas keberingasan manusia lain.
Seiring dengan berkembangnya zaman, cara efektif (mudah) digunakan oleh manusia modern-global dimulai dari satu abad ke belakang. Negara ekonomi maju telah membuat perubahan ke dalam apa yang disebut ” Masyarakat Informasi” atau Era Post Industrial. Alvin Toffler membahasakan dengan transmisi gelombang ketiga . mengisyratkan bahwa manusia pada akhirnya akan menjadi sekuensi dengan gelombang sebelumnya yang saling terkait, dari masyarakat Pemburu- Pengumpul- Petani- Industri – Kolonialisme-Neo-kapitalisme- Informasi- Market Kultur Nation (Neo- liberalisme)-dan menuju Revolusi Budaya di tengah arus global. Tentu mengajak negara-negara berkembang mengevaluasi secara kedirian. Sejauhmana potensi yang dimiliki baik SDM-SDA yang ada dalam negeri tersebut.
Awal sejarah perkembangan masyarakat bertatanan global dimulai sejak Colombus menemukan benua Amerika dan diikuti oleh bangsa-bangsa yang mencari tanah-tanah baru di Amerika dan Asia, tak bisa berjalan sendirian. Ia juga disertai oleh strategi ekonomi kapitalis. kiranya Lenin benar ketika mengatakan bahwa Imperialisme dan Kolonialisme (baca : Globalisasi) adalah anak dari kapitalisme. Maka di Abad 18 para kolonialis mencari daerah-dearah jajahan demi menghadapi naluri kapitalisme liberalnya. Di Abad 21 ini, mereka bergerak berdasarkan hasrat Neo-liberalismenya.
Globalisai merupakan alat untuk melakukan proses perluasan dan pengintegrasian dan hubungan masyarakat dari berbagai penjuru dunia. Dalam hubungan global tersebut sebuah peristiwa yang terjadi di wilayah atau kelompok masyarakat tertentu dipengaruhi bahkan dibentuk oleh peristiwa-peristiwa di wilayah atau kelompok masyarakat belahan bumi lainnya dan begitu pula sebaliknya. Ranah ekonomi menjadi sangat superior karena Negara terpetakan dengan Negara maju dan berkembang yang tingkat ukurannya ada dalam ekonomi dan politik. Untuk mengindentifikasi kesejahteraan dalam suatu Negara.
Filosofi ekonomi liberal menganggap individu memiliki individualitas dan kebebasan. kedua hal itu, mereka bisa bersaing dalam sistem pasar di belantara pasar bebas yang diciptakan oleh negara-negara maju untuk negara-negara berkembang. Dengan instansi yang dapat memberikan angin segar pembebasan dari negara yang terbatas dengan memakai sistem pasar yang berlaku. Terbagi dalam blok pasar yang merupakan perpanjangan tangan prinsip ekonomi global yang berbentuk kesepakatan internasional berwujud “ Marketisme Global “ atau mazhab ideologi baru yang dibahasakan dengan pembentukan pasar makro, di tingkat internasional seperti GATT (General Agreement On Tariff And Trade) Menjadi tonggak awal dimulainya globalisasi di bidang ekonomi.
Di Asia dibentuk AFTA (Asean Free Trade Area), di Asia pasifik dibentuk Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), di kawasan Eropa dibentuk Single European Market (SEM) dan di Negara-negara atlantik utara di bentuk North America Free Trade Area (NAFTA). Lembaga pasar internasional dan mekanisme Perdagangan global tersebut dilandasi motivasi utama untuk memaksimalkan keuntungan dan kekuasaan pasar sebagai penggerak peradaban baru pasca runtuhnya negara-negara berkembang di dunia (Adi Sasono: 2008).
Semua institusi global yang bercirikan pasar melatar belakangi Filosofi Neo-liberal yang meradikalkan anggapan dasar untuk meletakkan nilai ekonomis pada setiap konsep hak, kewajiban dan relasi sosial. Maka keajiban pemerintah untuk memberikan pelayanan publik mulai dari air minum, listrik, transportasi pada masyarakatnya. Semua di dekati pada nilai ekonomisnya.. Persoalannya menjadi sejauhmana kewajiban pemerintah dari hak masayarakat itu bernilai ekonomis dan sejauhmana andil partisipasi politik untuk mensejahterakan negara ?
Mana yang selera ekonomi menguntungkan, penyediaan air minum, listrik atau pun yang lain disediakan oleh pemerintah, swasta, asing?, maka andil pemerintah untuk tetap konsisten membela kepentingan rakyat masih ada atau hilang mendukung kepentingan asing demi memuaskan laku kelompok atau individu. Peta-peta itulah yang mengidentifikasi baju globalisasi mulai dipakai aktor yang peduli atau tidak peduli pada kedirian bangsanya. Kesadaran tentang waktu dan bersantai dihitung secara ekonomis, istilah waktu adalah uang atau bersantai di café menjadi makin popular apalagi peran untuk tetap mempertahankan bahwa kekayaan anak negeri tetap menjadi prioritas mensejahterakan bangsa sendiri adalah logika sosial yang harus dipertanyakan secara terus menerus agar sikap memiliki terhadap bangsa akan selalu hadir.
Dengan meletakkan nilai ekonomis dan politis global pada hampir segala kehidupan, maka perusahaan Multinasional dan Transnasionalisasi juga menciptakan strategi baru dalam menguasai dunia bermula dari bank dunia (WB), World Trade Organization (WTO), International Monetary Fund (IMF), Multinasional Cooporation (MNCs), Transnasional Coorporation (TNCs) dan lain-lain sebagai aktor pengganti dari peran negara yang semakin semakin kedaulatannya akibat dari peran strategis yang dimainkan oleh institusi besar ini.
Mereka membagi bumi dalam wilayah dominasi ekonomi mereka .mereka membagi bumi menjadi maju dan berkembang dan diciptakan untuk menjadi wilayah yang membutuhkan bantuan dan teknologi dari yang maju. Bantuan atas nama social digelontorkan kepada rakyat atas nama kesejahteraan namun sebenarnya sekedar bentuk utangan lunak yang akan ditanggung oleh rakyat denga memakai system subsidi silang dalam pengalokasiaan berbagai macam krisis yang melanda perekonomian bangsa seperti kenaikan pajak, BBM, kesempatran kerja kecil berimbas pada pengangguran. Hal itu disebabkan kontak praktek politik yang hanya berkutat pada idealisme demokrasi namun dapat dibahasakan sangat jauh panggang dari api, prinsip liberalisasi hadir yang diciptakan adalah kepentingan individu dan kelompok dengan diperkuat oleh intervensi Asing.
Semua yang dicita-citakan hanya sebuah retorika kenegaraan yang hanya menitik beratkan pada mainstream positivisme. Dengan dasar yang punya uang yang akan digerakkan. Menghancurkan nilai dalam sebuah tatanan masyarakat. Maka perombakan dari segala aspek kehidupan mulai digerakkan dalam mencandra sebuah lokalitas keindonesiaan yang perlu diselamatkan karena ketimpangan terus akan menimpa nasib negeri yang terlonta-lonta karena ideologi liberal asing terus menghinggapi dalam mainstream kita memandang kehidupan menjadi materialistik an sich. Bagaimana melawan globalisasi jika kerusakan di muka bumi terus berkelanjutan Atas keberhasilan neo- liberalisme ini.
REVOLUSI BUDAYA DAN KETERJEBKAN DALAM GELOMBANG MARKETISME MENIMBANG KESEJAHTERAAN BANGSA.
Dampak global yang ditunai dari globalisasi telah merambah berbagai segi kehidupan yang semakin hari semakin akut kondisinya. Kebijakan ekonomi dan politik telah dikuasai oleh lembaga donor internasional bahkan orang-orang lokal terjebak dengan ideologi ini. Yang kaya akan menjalin hubungan semakin mesra dengan konsep transnasionalisasi melupakan sebuah lokalitas nasional (Baca: kebangsaan) karena secara individu telah menguntungkan sepihak.
Kategori abstrak diatas telah menjebak negeri ini pada penguasaan negeri terhadap keuntungan pribadi atau kelompok yang terus mengatur negeri ini dengan berbagai kebijakan sanfat merugikan rakyat . kita dapat mengidentifikasi , sebagian pemerintah saat ini selain menjadi pejabat negara, mereka adalah pengusaha besar komprador (industri maupun sebagai pedagang), tuan-tuan tanah besar dan juga banyak dari mereka menjadi spekulan mata uang.
Kita dapat memetakan aktor-aktor pasar itu adalah Menteri KESRA Abu Rizal Bakrie adalah pemilik sejumlah Perusahaan, Perkebunan, konstruksi, pertambangan dan juga eksplorasi minyak besar. Demikian pula Yusuf Kalla. Dia menguasai perusahaan pelayaran,, pabrik semen, elektronika, konstruksi, pertambangan, dan tuan tanah besar yang menguasai konsesi sejumlah tanah dan perkebunan dan HPH. Sementara para menteri yang lain meperoleh pendapat tidak sah dari kebocoran proyek-proyek asing dan proyek yang mengada-ada yang tidak diperlukan rakyat seperti pembangunan jalan tol, dan lain-lain.
Sri Mulyani menteri perekonomian adalah bekas direktur IMF asia pasifik dan Bank Dunia, yang sangat pro terhadap kebijakan lembaga IMF dan Bank Dunia. Mereka orang-rang yang menguasai kebijakan perekonomian indonesia saat ini, bekerja dengan kawan dekatnya DPR, yang selalui senantiasa menyetujui kebijakannya.
Maka kategori miskin dalam lingkup lokal adalah meraka yang terjebak dalam lingkup struktual yang mencederai tradisi kemakmuran bangsa yang sebenarnya berdaya, budaya adat telah dihancurkan oleh sistem global yang berorientasi pasar itu semua yang sebenarnya dapat menolak keutuhan bangsa kita .
Kita mencoba keluar dari lingkaran setan penjajahan untuk merieview potensi yang ada di lokal bangsa kita., dengan mengembalikan maintream budaya yang ada dalam masyarakat kita, secara definisi budaya berarti Cipta, Rasa, Karsa manusia yang dapat diberdayakan secara lokal agar produk maupun budaya asing dapat terpetakan secara real apakah menguntungkan bangsa kita (Suryono Soekanto:1970). Kalau tidak menguntungkan mengapa mesti di bela keberadaanya? seperti imbas global budaya asing yang masih menghiasi. Corak Pasar, Stayle, Makanan, atapun liberalisasi BUMN ke Swasta, itu semua dampak global yang memakai sistem Marketisme yang kondisinya makin hari makin menyengsarakan rakyat. Tentu kebudayaan lokal semakin tergerus searah dengan pembangunan bangsa ataupun karakter bangsa yang unik yang telah melibatkan diri bergambung dengan kebudayaan global yang sangat eksploitatif pro liberal. Budaya gotong royong yang dimilki bangsa telah tergadai dengan budaya KKN yang tidak tebendung akibat maistream asing yang berdampak lokal. dimanapaun berada.
Budaya transfer nilai sudah tidak lagi menjadi panutan yang harus ditiru. melainkan hanya menawarkan konsep belaka dengan memakai jejaring market berwatak kapital liberal. Entah berwujud pesan agama atapun iklan ekonomis. Tokoh panutan sudah berbudaya asing liberal. Bukan lagi sebagai panutan ataupun memberi dalam masyarakat serta nguri-nguri budaya lokal yang harus dilestarikan dengan tidak terjebak pada mainstream pasar. Melainkan maintream bisnis atau market yang ada dalam benak mereka.. MARKETISME telah merasuki relung bangsa kita sehingga. kebangkitan memang harus dimulai dari sisi budaya yang arif yang dimulai dari lokal-lokal( daerah-daerah) keindonesiaan tentu untuk menjaga dari eksplorasi secara kebablasan.
Campur tangan lembaga transnasionalisasi dan Invisible Hand (Pro-asing) yang menjadi actor local telah merambah di berbagai instansi siap mengantarkan dari cara pandang individu yang bermain dalam local bangsa yang siap tergadai dengan perilaku destruktif yang membawa kepada keterbelakangan , kemiskinan , despotisme dan kebodohan sistemik. Hal itu berimbas pada terputusnya pada pembebasan misi kemanusiaan dan kerakyatan seperti tingkah korup dan rutinitas prosedur demokrasi yang hanya bersistem pasar . berpedoman pada mindset untung rugi dalam arti mengembangkan visi pasar itu sendiri.
Saatnya kita menyuarakan keagungan dalam perubahan sosial kebangsaan yaitu menyulut api revolusi, yang selama ini dimatikan oleh kaum neo-kapitalis, berwujud agamawan, Intelektual, Politisi, Ekonom, Lembaga Swadaya yang pro terhadap ideologi kapitalisme global. Mereka telah menjadi hamba kontra revolusioner. Jika kita memaknai revolusi sebagai anti thesis terhadap mainstream neo- kolonialis yang melanda pada negar-negara berkembang.
Term Revolusi dalam analisa social Negara berkembang dapat diterjemahkan dalam arti perubahan teknis yang hanya mendasarkan pada perubahan teknis semata. Melainkan mendasarkan pada teknis memindahkan dari institusi politik yang mapan yang tidak mampu menyalurkan saluran yang dituntut untuk mengakomodasi kelompok-kelompok social yang baru di dalam pemerintahan yang ada, atau kekuatan social baru yang sebelumnya secara langsung tidak terlibat terlibat dalam politik. kini memutuskan untuk berpartisipasi (Samuel P. Huntington:1968).
Bahkan Revolusi bisa berbalik ulang, Revolusi hanya berkembang pada periode bulan madu “Revolusioner”, yang mungkin melibatkan gelombang kritik dari kalangan moderat, aksi-aksi reaksioner dan anti revolusi, bermunculan kalangan radikal, suasana teror dan damai terjadi dan akhirnya pengahancuran lini salah satu masyarakat tidak menyentuh akar.
Bangsa kita telah kecologan aksi dari pihak yang dikecewakan secara sepihak. tidak integral dalam memahami masalah kebangsaan (baca: Keindonesiaan) Revolusi bukanlah mengulang pada Negara yang bertumpu gelombang materialisme sebagaimana yang terjadi di Rusia, Perancis, Jerman atau Rusia. Hendaknya Revolusi merupakan perlawanan atas kendaraan budaya modernitas menjadi budaya local yang arif yang mendasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan yang utuh sehingga secara bertahap perlawanan akan selalu disuarakan sehingga musuh-mush global dapat dipetakan dengan memahami nilai budaya dan lokalitas:
Pertama: Preferensi budaya manusia yang mampu menguasai bumi dengan menyingkirkan segala aspek ketuhanan dan finalitas dalam konteks pribumi masih mendasarkan kepada kepercayaan yang bersifat magic, finalitas. Budaya kapitalis neo-liberal, perlu dienyahkan semua karena budaya yang ada di bangsa kita bersifat transendental dan penuh nilai berbalik arah dengan budaya asing yang berideologi posifistik.
Kedua: Budaya dominasi pasar sebagi satu- satunya pengatur relasi, baik antar individu maupun antar bangsa dalam system ini, ketika individu adalah rival bagi yang lainnya, maka manusia serigala bagi manusia yang lain (Thomas Hobbes). Konteks Indonesia yang local yang masih menjunjung komunitas universal sejati. Dimana setiap anggota memiliki kesadaran untuk bertanggung jawab bagi nasib anggota yang lain. Dalam term kebangsaan ketika mengenal istilah gotong royong dengan semboyan berat sama dipikul , ringan sama dijinjing . mainstream lokalitas inilah yang perlu kita junjung tinggi.
Ketiga: Budaya dalam perspektif terhadap alam. Alam semesta bukan kita memandang sebagai sebuah kekayaan dan wadah yang statis, tetapi koleksi tanda-tanda (ayat) atau sebuah bahasa yang dengannya dapat berbicara kepada kita, dengan simpul jika kita memelihara dengan baik maka klestariannya akan terjaga. Dalam konteks local kita masih mempunya budaya sedekah bumi sebagai wujud pemeliharaan terhadap alam sekitar kita. Dalam bahasa agama menuntut untuk mepertanggungjawabkan dan menghargai alam serta membiarkannya berkembang. Budaya marketisme kontra pemikiran bahwa alam semesta hanya tempat akhir dari limbah yang dihasilkan dari produksi dan konsumsi manusia dan mainstream yang dibangun sangat eksplotatif. Descartes menyebut nya” Menjadi Tuan dan Pemilik alam.
Keempat: penyamaan persepsi bahwa masyarakat Indonesia lahir dari bangsa yang berbudaya. atau lahir dari local masing- masing suku yang perlu melibatkan dalam interaksi dan cara pandang untuk memiliki rasa “nasionalisme” penuh . magar dominasi global yang mengancam eksistensi lokal bdapat teresistensi dengan sikap-sikap local yang arif terhadap kediriaan bangsa tanpa terjebak pada primordialisme. Sempit. Namun menempatkan manusia pada tempatnya adalah yang tepenting, dihargai, dihormati, dimanusiakan bekerjasama, bersikap adal adalah suatu keniscayaan.
Imam Khomeini memberikan sinar harapan baru yang berkiblat pada revolusi Iran, revolusi akan terbangun jika tiga simpul saling menyatu dan berjalan secra sinergis: pertama: adalah kepemimpinan, massa rakyat, dan yang terakhir adalah doktrin islam dalam konteks keindonesiaan kita menterjemahkan dalam optimalisasi budaya-budaya yang berkembang di lokal keindonesiaan karena hal itu merupakan wujud perlawanan secara efektif.
UNIVERSALITAS ISLAM SEBAGAI PEMBANGUN PERADABAN MANUSIA SEPANJANG MASA
Islam hadir untuk memberikan kesejahteraan kepada alam, manusia dan landasan teologis kemanusiaan supaya terbebas dari penghambaan dari hamba kepada pencipta hamba. Dengan konsep ini tauhid sebagai landasan berideologi akan tercipta dan kehidupan akan berjalan secara seimbang. Semua itu akan tercipta ketika prinsip dakwah hadir dalam setiap kedirian kemanusiaan “amr ma’ruf nahi munkar” saling memberi masukan, pengertian ada dalam tatanan social sehingga dalam jangka masa waktu dimana dan kapanpun tercipta. Sehingga cita Baldah Thoyyibah Wa Rabbun Ghofur (negeri yang makmur sejahtera) akan terwujud.
HMI-MPO sebagai salah satu bagian elemen dari masyarakat akan memberikan sedikit pemikiran terhadap kondisi bangsa yang semaikin hari semakin terpuruk terjebak dalam mental “marketisme” yang sempit, terkotak pada individu dan kelompok, sehingga aksi apapun berdampak pada keuntungan ideology kapitalisme global yang semaikin hari semakin menyingkirkan ummat pada akar rumput budaya yang tercerabut dari nilai-nilai Islam yang diharapkan. Harapannya LK II (intermediate Training) menjadi tonggak untuk mengawali mencetak manusia utuh yang dapat memberi pengaruh pada penerapan nilai keadilan manusia. Yang paling utama memberikan manfaat kepada sekitarnya.