Rabu, 17 Agustus 2011

HMI, Kamu Mau ke Mana?

HMI (Himpunan mahasiswa Islam), organisasi mahasiswa yang lumayan cukup lama lahir di belantara dinamika keagamaan dan kebangsaan Indonesia. Bila dibandingkan kelahirannya dengan kelahiran bangsa ini hanya terpaut dua tahun. Umurnya, yang semakin menua terkadang menuntut dia untuk lebih bijaksana dan kuat dalam menghadapi permasalahan kehidupan berbangsa dan beragama. Ia ada bukan karena apa-apa, melainkan adanya dia karena adanya sesuatu yang mengharuskan dia ada. Ia dilahirkan atas kegelisahan yang mendera. Permasalahan kebangsaan adalah ibunya dan permasalahan agama adalah bapaknya.
Ketika dua hal ini bercengkrama bersama maka lahirlah sebuah pergumulan biasa, sebuah pergumulan anak-anak muda yang peka, yang memfungsikan mereka sebagai manusia yaitu sebagai makhluk yang harus berfikir akan realitas dan ber-koeksistensi dengan di luar dirinya. HMI, sebuat saja sebuah organisasi paguyuban (bukan patembayan) yang didirikan oleh Lafran Pane selalu menyuguhkan hal-hal yang berbau kebersamaan, persaudaraan dan kepekaan antar sesama dalam menganalisis kondisi social yang ada dan selalu berfikir apa yang seharusnya ada.
Entah sejak kapan organisasi ini mendeklarasikan dirinya menjadi sebuah entititas yang selalu mendiskripsikan dirinya sebagai organisasi perjuangan dan perkaderan. Mungkin, jargon bak mawar ini tersemat bersamaan dengan lahirnya organisasi ini. Tanpa disadari, dengan seiring berjalannya waktu lambat laun “pergumulan mahasiswa” ini semakin menggemukkan badannya sehingga eksistensinya tetap menjadi daya tarik di luar dirinya. Semakin mapan dengan kader-kader yang militant dan penuh daya juang. Hingga ada hukum sejarah pun memakasa organisasi ini memaksa dia terkapar dan tertatih-tatih mengikuti perkembangan sejarah. Tepatnya 1986 terjadi sebuah polarisasi yang mengharuskan organisasi ini bak Amuba yang siap membelah diri.
Seperti halnya kemajuan HMI tak terlepas dari manusia-manusianya yang selalu meruntuhkan sesuatu yang dianggap merusak. Begitupun juga terjadinya polarisasi dalam tubuh HMI tak terlepas dari manusia-manusia di dalamnya. Ada perbedaan cara pandang akan sesuatu karena sesuatu diluar dari diri mereka sebuat saja “kepentingan”. Tapi apa dikata, itulah gerak siklus sejarah.
Terlepas dari polarisasi yang terjadi di tubuh HMI itu sendiri, HMI tetap menjargonkan sebagai organisasi paguyuban, perjuangan, intelektual dan perkaderan. Apapun yang dijargonkan itu hanyalah penyesak kata-kata dalam sebuah buku ketika manusia-manusia di dalamnya tidak mampu merefleksikan semuanya dalam kebiasaannya. Timbul pertanyaan yang besar sekali ketika organisasi ini tetap mendiskripsikan dirinya sebagai organisasi yang paguyuban, intelektual, perjuangan dan perkaderan. Apakah HMI memang demikian? Ketika memang dijawab,”iya”, apakah yang diperjuangkan dan apakah manifestasi gerakan intelektual dan apakah bentuk paguyuban yang selalu dinyanyikan oleh manusia-manusia di dalamnya? dengan selalu merefleksikan dirinya dengan aktivitas kesehariannya nanti akan diketahui apakah memang benar HMI organisasi adalah paguyuban, intelektual, perjuangan dan perkaderan.
Manusia-manusia yang selalu bergerak di dalamnya merupan gambaran HMI itu sendiri. Ketika manusia-manusia di dalamnya terjebak dalam kubangan “berhalanisasi”, maka mudah ditebak bahwa HmI adalah organisasi yang telah melenceng dari jargon yang sering di dengung-dengungkan. Apa yang “dinyanyikan” tak sesuai dengan apa yang “ditarikan”. Bukan bermaksud menyebut manusia-manusia di dalamnya sebagai orang munafik. Mungkin ini merupakan dinamika keorganisasian yang memang semestinya dirasakan oleh manusia-manusia di dalmnya. Ketika manusia-manusia di dalamnya terjebak dalam ideologi-ideologi yang berbasis rasional-materialisme, pragmatisme, individualisme dan hedonisme tak pelak tarian-tarian manusia di dalamnya turut menggerogoti organisasi sebagai organisasi paguyuban dan intelektual. Sepatutnya, manusia-manusia di HMI tetap mawas diri, harus selalu merefleksikan dirinya dan berkoeksistensi dengan di luar dirinya. HmI mau dibawa dalam paradigma yang menindas atau melawan para penindas adalah tergantung dari manusia-manusia yang ada di dalamnya.
YAKUSA....
Hamba Allah ... Kader HMI 

0 komentar:

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com