Selasa, 18 Februari 2014

RUH HMI*

Oleh: Hasan Fuadi



Sudah menjadi lumrah setiap komunitas atau yang lebih canggih lagi “organisasi” mempunyai nama, apapun namanya. Karena mungkin kurang nyaman jika dianggap abstrak, kabur, dan mudah menimbulkan multipersepsi, maka timbul hasrat untuk menyatakannya dengan nama. Sesuai namanya, HMI (himpunan mahasiswa islam) mengembangkan, membina dan menyatukan dua hal sentral yang menjadi usaha perkaderannya; mahasiswa (kampus/simbol intelektual tertinggi) dan islam (masjid/simbol pusat spiritual) dengan output perjuangannya melanjutkan jejak keberhasilan akal dan hati mewujudkan puncak-puncak peradaban manusia yang diridhoi Allah SWT.


Dengan materi seperti itu, perlu sejumlah upaya agar tujuan perkaderan dan perjuangannya dapat dicapai. Kemampuan orang-orang yang berada didalamya (kader, pengurus, pengader) dalam menyerap dan menguasai materi mesti didorong sampai maksimal. Bayangan kerumitan dan kesukaran ditembus melalui berbagai cara. Dengan memanfaatkan buku-buku, diskusi dan berfikir tekun seakan tak pernah berhenti.


Sering terasa begitu susah mencari strategi yang pas untuk melakukan perkaderan dan perjuangan ditengah arus pragmatisme dan hedonisme yang begitu kuat melanda dunia mahasiswa. Dalam kondisi seperti itu, sebagai penghuni kampus yang sarat tradisi ilmiah, kita pun perlu melakukan pembacaan kembali, riset, membuat kesimpulan, dan berfikir lebih terbuka dalam mencari strategi-strategi baru yang kontekstual. Sudah hal yang biasa kalau tawaran-tawaran baru akan menimbulkan kontra, namun hal tersebut dapat diselesaikan dengan sikap mulia untuk saling menghormati, rendah hati, namun tetap objective, kritis, dan ilmiah. Ini semua hanyalah sebagian  sikap dan suasana yang seharusnya berkecamuk di lingkungan HMI, sukar dijabarkan secara utuh dan lengkap dalam sebuah visi, misi apalagi nama. Namun sangat penting sebagai ruh yang menjiwai kehidupan HMI.


Yang menjadi pertanyaan adalah seberapa kuat nafas ruh yang disebut diatas dihirup oleh orang-orang yang berada di HMI? Di HMI lazim berlangsung pertukaran pikiran yang bisa mendalam dan sungguh-sungguh, di sekretariat, di kampus, saat minum kopi di kucingan, angkutan umum, atau kesempatan lain. Dari situ kerap diperoleh ide guna menembus kemacetan perkaderan dan perjuangan yang ada di HMI atau sekedar sekelumit pencerahan. Inilah kehidupan HMI, bukan saja ada peningkatan kualitas diri, melainkan juga menciptakan atmosfer kondusif, suasana yang bisa membuat kader serasa berdosa jika tidak ikut “berdarah-darah” menggarap kualitas diri dan ikut dalam perjuangan HMI.


Namun dikaitkan dengan kriteria keberhasilan dan pertanggungjawaban, bisa saja tradisi di atas tak dinilai, yang dinilai adalah seberapa kali menyelenggarakan agenda formal ini atau itu,yang harus ada undangan tertulis, daftar hadir dan pesan perjuangan, maupun laporan. Bukan yang informal meski bermanfaat besar. Mungkin ini salah satu penyebab jika sekarang terasa susut nilai-nilai kader HMI yang unggul.


*Tulisan pernah dimuat di Majalah "BerSUARA" Lapmi Cabang Semarang Edisi XXV Oktober 2013/1434

0 komentar:

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com