Kamis, 12 Februari 2009

MENGENANG KONFRENSI HMI CABANG SEMARANG KE- XLIX


Team penyusun:

  1. Desi (HMI FPBS IKIP PGRI Semarang)
  2. Syarif (HMI AKP Widya Buana Semarang)
  3. Muslimah (HMI Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang)

Konfrensi merupakan struktur kekuasaan tertinggi di tingkatan HMI Cabang. Di dalamnya terdapat pembahasan tentang Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) kinerja pengurus cabang selama satu periode kepengurusan dan pembahasan program kerja umum untuk periode selanjutnya. Konfrensi dilakukan setahun sekali dan dihadiri oleh utusan-utusan komisariat (perwakilan), kemudian dilakukan evaluasi sejauh mana keberhasilan pengurus cabang dalam menjalankan amanah satu periode kepengurusan.

Ada beberapa hal tidak tertulis namun telah menjadi kesepakatan bersama, yaitu konfrensi dijadikan sarana komisariat untuk ”unjuk gigi” dan ”ajang latihan mental” kader sebagai latihan bicara di depan publik. Makanya ”debat kusir” sering kali mewarnai jalanya konfrensi. Wajar pro kontra mewarnai setiap pembahasan baik tata tertib maupun dalam evaluasi cabang. Namun ”perang mulut” sering tidak terhindarkan sebab perbedaan tafsir pada setiap kader.

Di HMI ”bantai – menbantai” untuk mencapai mufakat memang sudah mendarah daging. Kader selalu di didik bagaimana menjadi seorang muabbid, mujahid, mujtahid dan mujaddid sehingga oto kritik sangat melekat pada diri kader. Membuat, mengkonsep, melaksanakan, dan evaluasi sendiri, itulah yang menjadikan kader HMI memiliki konskwensi dengan apa yang diucapkan. Bertanggun jawab dalam setiap hal dan amanah kepengurusan serta terus berjuang untuk orang lain, berusahan menegakan kebenaran dan keadilan. Meski pahit rasanya ”Qulil haqqa walaw kanna murran”, dimanapun berada selalau menjadi ”rahmnatal’lil alamin”. Jika benar-benar kader sejati artinya kader yang benar-benar mencintai HMI dan melaksanakan nilai-nilai ke-HMIan.

Selama setahun ini cabang sudah cukup baik dalam menjalankan amanahnya terhadap HMI (organisasi) itu sendiri. Namun perlu di garis bawahi dalam teknis atau pelaksanaannya belum ada suatu ke-optimalan terhadap sistem yang sudah dibangun baik itu struktural maupun teknisnya. Intinya masih ada beberapa kekurangan yang mestinya sebagai bahan acuan bagi kepengurusan cabang mendatang. HMI Cabang Semarang masih cacat dalam mengemban amanahnya sebagai organisasi perkaderan dan perjuangan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa faktor yang menyebabkan hal itu bisa terjadi.

Pertama, masalah struktural cabang, dimana banyak terjadi kesemrawutan. HMI Cabang Semarang tidak mampu dalam mempertahankan team yang solid di kepengurusan organisasi. Kedua, masalah eksternal yang melibatkan bidang jeringan dan kajian startegis (Jangkar) ini sedah cukup baik, akan tetapi dalam proses perkaderan ataupun regenerasinya akan mengalami keterpurukan sebab landasan pendidikan yang kurang untuk para kader. Secara umum Laporan Pertangung Jawaban (LPJ) HMI Cabang Semarang periode ini kurang begitu menarik, entah apa sebabnya. Deskripsi dan pengamatan LPJ Cabang Semarang dalam konfrensi XLIX

1. Kekurangan siapan cabang dalam menyelengarakan konferca (LPJ).

2. Konfrensi bukan lagi sebagai ajang evaluasi, akan tetapi menjadi forum paparan setiap pihak yang berkepentingan.

3. Forum LPJ kali ini tidak menjadi solusi unutk HMI kedepan, akan tetapi hanya sebagai ajang kreasi satu periode.

4. Bahwa HMI Cabang Semarang dalam menjalani satu periode kepengurusan, banyak terjadi konflik internal.

5. Forum komisariat se-Semarang menjadi agent penyampaian resolusi ke depan.

6. Konfrensi kali ini tidak adanya pertanggung jawaban yang komprehensif.

0 komentar:

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com