Kamis, 15 Januari 2009

NEW SPIRIT IN 1430 H

Hijrah di Tahun Baru

Telah berlalu tahun 1429 H dan selamat datang tahun baru 1430 H. Tahun baru Islam 1430 H ini lebih awal dari tahun baru masehi. Namun, sadarkah kita akan hal ini. Mungkin penyambutan tahun baru islam tidak semeriah dan gegap gempita seperti tahun baru masehi. Karena dalam Islam sendiri pun tidak mengajarkan sesuatu yang berlebih-lebihan. Akan tetapi, apa yang bisa kita maknai dari pergantian tahun? Mungkin saja sebagian dari umat Islam tidak begitu “ngeh” (baca: peduli) dengan pergantian tahun baru umatnya (hijriyah). Beberapa agenda besar telah dipersiapkan dan beberapa pesta kembang api pun telah siap dilaksanakan dalam penyambutan tahun baru masehi. Astagfurillahaladzim. Penyambutan sesuatu secara berlebihan tidaklah membawa madharat kemungkinan mudhorotnya juga semakin besar.

Di sebagian besar kota, pusat-pusat kota telah dipadati banyak orang yang menunggu pergantian malam tahun baru masehi dengan berbagai kegiatan lainnya seperti konser musik. Tapi ingatkah kita ketika malam pergantian tahun Hijriyah???

Apa yang kita lakukan? Ingatkah kita atas keAgunganNya? Sadarkah kita atas kesengsaraan dan ketidakadilan yang menimpa saudara-saudara lainnya (muslim)? Di luar sana masih banyak rakyat kecil yang kekurangan, kelaparan bahkan tertindas. Daripada kita mengadakan pesta pora kenapa tidak kita perbantukan saja alokasi dana itu untuk mereka yang membutuhkan. Atau kita adakan kegiatan lain yang lebih bersifat social sehingga kebahagiaan pun bisa dirasakan rakyat kecil. Berapa puluh juta yang dianggarkan untuk pengadaan sebuah konser musik? Alokasi dana tersebut lebih diharapkan bagi mereka golongan ELIT (baca : Ekonomi Sulit). Krisis global yang menghadang dunia semakin mencekik leher rakyat kecil untuk mampu bertahan hidup. Harga barang logistic mahal, bahan bakar yang mahal dan semakin sulit di dapat karena permainan para tengkulak. Para petani yang kesusahan mendapat pupuk, dengan harga mahal pula. Tergugahkah kita dengan segala fenomena semua ini?

Tahun baru mari kita maknai sebagai hijrah. Sebagaimana kita runut tentang penanggalan Islam (Hijriyah). Ada peristiwa apa di jaman Rasulullah dan para sahabat dulu. Bulan muharram adalah bulan pertama penanggalan Islam (Hijriyah). Di tetapkan pertama kali oleh Khalifah Umar Ibnu Al-Khattab atas saran menantu Rasulullah SAW, Imam Ali Bin Abi Thalib. Nabi Muhammad SAW sendiri atas perkenaan Allah dalam firmanNya menetapkan bahwa bulan Muharram salah satu dari bulan mulia (Rajab, Dzulqoidah, Dzulhijjah, Muharram). Dan didalamnya dilarang untuk melakukan peperangan dan tindak kekerasan lainnya walaupun kemudian beberapa ulama memansukh kan bahwa telah terjadi banyak pembantaian dan peperangan di bulan ini. Seperti halnya pembantaian atas diri Imam Huseyn Bin Ali di Padang Karbala, 10 Muharram, 61 Hijriyah. Rasulullah SAW juga menetapkan bahwa bulan Muharram adalah bulannya Allah (shahrulLah) dan merupakan bulan mulia sesudah Ramadhan.

Sebagai umat Islam, sepatutnya kita menyambut pergantian tahun yang ditentukan Allah SWT sebagai tahun yang dipakai dalam penentuan waktu dalam menjalankan syariat Islam. Cara memperingati tahun baru seperti halnya yang di sabdakan Rasulullah SAW : “Barangsiapa yang berpuasa sehari di akhir bulan Dzulhijjah, dan puasa sehari pada bulan Muharram, maka ia sungguh-sungguh telah menutup tahun yang lalu dengan puasa dan membuka tahun yang akan datang dengan puasa”. Dan Allah SWT menjadikannya kaffarat / tertutup dosanya selama 50 tahun.

Pada awal tahun hijriyah itulah, diawali dengan hijrahya Nabi Muhammad SAW beserta para sabiqulan awwalun dari kota Mekkah ke kota Madinah. Itulah tonggak sejarah Islam, umat Islam dicanangkan ke seluruh dunia. Jika di kontekkan saat ini, hijrah tidak hanya dimaknai secara fisik, tapi bagaimana kita berhijrah dari jahiliyah kepada islam, kufur kepada iman, lemah kepada kuat, sesat kepada kebenaran, kegelapan kepada cahaya, dosa kepada pahala, mundur kepada maju. Untuk memaknai hijrah secara ruh, marilah kita melakukan hijrah secara kaffah atau totalitas dalam semua aspek kehidupan. Sebagaimana kita ketahui, hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah telah membawa perubahan besar terhadap peradaban manusia, dari jaman jahiliyah ke jaman madaniah dengan naungan Cahaya Illahi Robbi. Nabi melakukan perubahan yang fundamental dari kehidupan yang tidak memiliki peradaban kearah kehidupan yang penuh rahmat ampunan dan kasih sayang.

Kita bisa meneruskan teladan dari Rasulullah yaitu senantiasa membangun peradaban baru di masa yang akan datang. Kita dapat belajar dari beliau yang membangun peradaban dari tataran individual menuju tataran social yang lebih baik. Pada tataran individual, beliau menegakkan hakidah nafsiah ke dalam diri setiap insan. Hal ini dapat dimaknai bahwa segala sesuatu yang kita rencanakan untuk berubah justru dimulai dari melakukan perubahan terhadap diri sendiri . Perubahan yang kemudian meluas membangun sebuah komitmen bersama dalam mewujudkan masyarakat yang madani.

Muhammad SAW tidak hanya sukses membangun peradaban baru Islam, tetapi juga mampu mengkombinasikan unsur sekuler dan agama dalam racikan peradaban Madina. Tentunya semangat hijrah, bisa menjadikan semangat umat islam untuk memulai sejarahnya pada detik ini dan masa selanjutnya. Sehingga makna hijriyah harus bisa terinternalisasi dalam diri kita dan diolah menjadi sikap yang luhur dan dinamis dalam menata masa depan yang lebih baik. Sekiranya Bangsa Indonesia bisa memaknai hijrah secara maknawi, Indonesia butuh semangat hijrah dari kemerosotan ekonomi, politik, social dan hukum menuju peradaban yang mencerahkan. Peradaban yang lebih menjamin kesejahteraan masyarakat, keterbukaan dan penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Kita bisa menuju perubahan yang subtantif dengan menuju masyarakat yang berkeadaban. Untuk menuju perubahan yang diharapkan, sudah semestinya semua pihak yaitu pemerintah dan masyarakat bersama-sama menata diri dengan kesadaran pribadi bahwa diluar sana masih ada orang lain. Dan orang lain itu belum semuanya sejahtera, kepedulian terhadap sesama bisa mengangkat derajat mereka menjadi lebih layak. Semoga kita bagian dari perubahan itu sendiri. Wallahu’alam. ( L15 D)

2 komentar:

Arif.Ust mengatakan...

Artikelnya bagus menambah wawasan dan pengalaman saya trims ya…lanjutkan artikelnya saya tunggu. Boleh saya minta komentar dari teman untuk artikel di blog saya? Kalau Boleh Kunjungi blog saya, hari ini saya baru posting artikel tolong komentarnya, komentarnya harus berkaitan dengan artikel yang di pilih teman. Ini alamatnya : http://regedit.blog.telkomspeedy.com/ terima kasih banyak.

Redaksi mengatakan...

haaaaaaaaaaaaaaa

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com