This is default featured slide 1 title

Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

This is default featured slide 2 title

Foto Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

This is default featured slide 3 title

Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

This is default featured slide 4 title

Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

This is default featured slide 5 title

Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

Senin, 23 Februari 2009

MUSYAWARAH KORP PENGADER CABANG (KPC) HMI CABANG SEMARANG

HADIRILAH MUSYAWARAH KORP PENGADER CABANG (KPC) HMI CABANG SEMARANG
Hari/tanggal : Sabtu, 28 Februari 2009
Tempat : Wisma Perjuangan Jl. Lemah Gempal No. 59 Bulu Stalan Bulu Semarang

Training For Trainer KPC HMI Semarang


SEMARANG (22 Februari 2008). Tepat di Wisma Kedamaian dan perjuangan HMI Cabang Semarang di Jl. Lemah Gempal IV Bulu Stalan Semarang , berlangsung acara Training For Trainer dengan tema "Mencetak Pengader Profesional Kreatif Menuju Pengader yang kondusip". Acara tersebut di adakan oleh Korp Pengader Cabang Semarang dalam rangka pembekalan para calon pengader untuk menjadi pengader yang profesional dan membekali mereka dengan berbagai materi pelatihan di HMI. Pada dasarnya acara tersebut terselengara supaya pengader di wilayah HMI Semarang dapat membangun citra diri dan memberikan konsep pelatihan umum di HMI serta mengetahui fungsi multimedia, tegas Tasropi sekaligus sebagai Ketua KPC Semarang.

Kemeriahan nampak pada acara kali ini yang di hadiri para ekstrainer Senior Course dari Wonosobo yang berjumlah 8 orang (Nesfi, Siti, Sugi, retno, Akrom, Rohmad, Gunadi dan Sigit. Sedangkan pelatihan kali ini di pandu oleh tiga orang mereka yaitu Lukni Maulana, Ahmad Khunaifi dan Muhammad Zaid.

Acara semacam ini sangat penting bagi para calon pengader untuk membekali diri supaya menjadi pengader profesional. Dengan pelatihan ini kita akan mendapatkan paradigma baru dan mampu menyajikan konsep pelatihan yang menarik serta dapat memberikan nilai-nilai ke-HMIan untuk para kader, tegas Akrom salah satu pesert Trining For Trainer.

Selasa, 17 Februari 2009

EKSISTENSIALISME KOHATI


Oleh: Lukma Wibowo

Dalam sekapur sirih “The Tao of Islam”, Ratna Megawangi menceritakan pada periode 1960 dan 1970-an terjadi aksi pemberontakan besar-besaran kaum feminis barat yang diwarnai tuntutan kebebasan dan persamaan hak antara kaum lelaki dan permpuan dalam hal kekuasaan. Gerakan feminisme ini nyaris sepenuhnya di pengaruhi oleh filsafat eksistensilisme yang dikembangkan oleh seorang pemikir perancis Jean Paul Sartre. Dalam pandangan Sartre, bahwa manusia tidak mempunyai sifat alamiah, melainkan esensi manusia dibentuk oleh “socially created” atau dipengaruhi oleh lingkungan dimana manusia berada. Eksistensilaisme menolak eksistensi perbedaan stereoptip gender lelaki dan wanita. Akhirnya filsafat ini menekankan para perempuan untuk harus melepaskan diri dari norma-norma patriarkhi, agar kaum permpuan dapat menentukan eksistensinya sendiri.

Feminisme liberal misalnya, lebih bergerak dalam usaha mengubah undang-undang, hukum agama, peraturan atau apapun yang dianggap merugikan kaum perempuan. Sementara feminisme-marxisme menuntut pembebasan perempuan dari fungsi domestik untuk menunjang terciptanya masyarakat tanpa kelas.

Hebatnya secara cepat isu-isu ini berkembang kepada berbagai masyarakat dunia, dengan dalih emansipasi dan kesetaraan gender.

Tanpa hambatan yang berarti, feminisme juga pelan-pelan menyusup ke Indonesia anehnya, bersamaan itu HMI sedang memulai aktivitas-aktivitas khusus keputrian. Sehingga muncul dugaan jika HMI juga terkena imbas gerakan emansipasi. Meski tak mudah bisa dipertanggung jawabkan argumentasinya, hal ini bisa diamati dengan dilakuikannya latihan kepemimpinan khusus Hmi Putri Se-Indonesia. Serta tiga tahun kemudian terpatnya 17 September 1966 terbentuklah Lembaga Corp HMI-Wati atau KOHATI.

Cikal bakal pelarian Kohati, menurut Mastur Thoyyib mengandung beberapa kelemahan, misalnya dalam hal gender pola pemikiran yang mendominasi banyak terkotaminasi idealisme barat-sekuler yang kurang memahami spirit Islam tentang wanita.

Nah, persoalannya apakah betul kohati juga “lahir” dari filsafat eksistensialisme, emansipasi sekuler atau isu kesetaraan gender ala barat ?. pertanyaan ini jelas amat terlambat!. Karena saya sadar sepenuhnya, saya hanyalah “anak kecil” dihadapan kohati yang sudah berumur 39 tahun.

Kohati, selmat ulang tahun

Semarang, 01/09/05

Tatapan mata, Mata-nya, Mata hati

-->
Tatapan mata
Ketika aku berbicara didepan mimbar, semua mata tertuju padaku. Sorot-sorot mata mereka begitu tajam seolah ingin menerkamku saja. Aku jadi merinding, ku coba untuk menatap balik mereka satu persatu ku pandangi mata mereka tenyata tatapan mereka tidak segalak yang aku duga. Itu semua hanya perasaanku saja.
Kini aku jadi terbiasa menatap audiens. Menatap mata mereka yang penuh dengan keingin tahuan. Yah...tatapan mereka ternyata tatapan ingin tahu, ingin tahu apa yang ku katakan. (Sugiarti)

Betapa nikmatnya hidup yang dapat dirasakan ini, kita telah diberi banyak sekali kelebihan yang ada pada diri kita, kadang orang lain tidak memilikinya. Kita harus bersyukur atas semua ini, terutama betapa dasyatnya dunia ironi adanya mata. Kita bisa melihat dengan ke dua mata dan makan dengan rizki yang tidak bisa kita hitung dari nikmat-nikmat lain yang tidak bisa kita ukur dengan harta maupun benda apapun. Oh...mata’ betapa bersyukurnya aku telah memilikimu sehingga aku dapat melihat dirimu (Istifaizah)

Mata-nya
Sayu...
Lebam...
Seakan deriota nestapa tertumpah hanya untuknya
Bukan Tuhan tidak adil,
Lihatnlah kengerian itu
Begitu terpancar dari sorot mata-nya
Pekar,
Seperti gelap malam
Lusuh,
Seperti tak pernah tersentuh
Mata itu
Telah kehilangan pancaran kebinaranya
Kembali tertusuk
Sakit, perih...
Seolah bening yang selalu menggenang di sela-selanya
Sudah menjadi bagian dari keberadaanya...
Siapa yang peduli dengannya!
Tangan siapakah yang mauy meraihnya?
Tuhan...
Ijinkan aku menyeka air mata-nya
Jika tidak,
Lebih baik dihilangkan mata ini saja
Agar tak pernah lagi melihat
Perih nestapa dan derita
Yang terus terpancar dari
Mata bisunya...
(Present To Someone (Awam) In Blue Sky) Umi Latifah ”Minory”.

Mata hati
Berbicara tentang hati dan perasaan memang tidak akan pernah ada penyelesaian tuntas. Begitu komplek dan rumit, bahkan mungkin membingungkan., bagaimana tidak, karena semuanya berawal dari satu kata itulah ”mata hati”.
Kata inilah yang menjadi poros dari segala fenomena dalam kehidupan manusia. Terbaik ketika kita kuatkan dengan fenomena yang dialami para remaja saat ini, entah itu ikhwan maupun akhwat. Semuanya seakan tak terasa untuk menahan gejala hati.
Sekali lahi hati adalah hati. Banyaknya hal yang timbul dari karena hati. Banyak kasus yang bersumber dari hati. Maka tidak heran jika kita tiba-tiba melihat atau mendengar orang yang terjatuh karena tak kuasa menahan hati.
Adkah yang tahu rahasia mata hati ?. tempatnya yang tersembunyi inilah yang justru berefek besar terhadap sesuatu hal. Orang yang korupsi karena hati, seorang menjadi ulama karena hati, seorang menjadi penulis terkenal karena hati. Maka tidak heran seorang penulis terkenal menjadi piawai dalam kepenulisan,mengangkat mata dan perasaan untuk mengawali menulis, janganlah kamu meremehkan pikiranmu. Tapi cukup kau menulis apa yang kau rasakan dimata hatimu. Sungguh luar biasa mata hati memang dirimu vital yang dimiliki pada diri seseorang.
Tentu kita ingat apa yang dikatakan ustas AA. Gym, yang paling familiar ”jagalah hati”. Kata mata memang biasa, tapi ketika kita kaitkan dengan hati alias ”mata hati” maka hasilnya akan jadi luar biasa.
Mata hati tidak bisa dibohongi. Entah itu rasa suka maupun duka. Sungguh luar biasa bukan! Antum! Semuanya tahu, segala masalah mengodanya dari nama ? dari hati! Bukan!. (Zahroh Latifah)

-->
SAAT CERMIN…
TAK LAGI PANTAS UNTUK BERHIAS
Asthagfirullahal’adzim
Hanya kata ini yang tidak afdhol ku ucapkan. Saat terlebih lagi tiada pernah diprediksi kehadirannya. Seakan semua datang silih berganti susul-menyusul hingga terkadang tak jarang diri ini kelabakan untuk menghadapinya.
Dan...
Berkali-kali hanya kata ”Asthagfirullahal’adzim”.
Bukan saatnya lagi menyalahkan keadaan sekitar.
Karena jikapun keadaan itu sendiri balik menyalahkan, ”apakah ia menghendaki hal demikian ?”.
HMI...
Entahlah jika aku mengharapkan semua yang baik-baik padamu. Rasa-rasanya menafik sekali. Toh, kau hanyalah sebuah lembaga, wadah atau sesuai kepanjanganmu ”Himpunan”. Yang dalam keberadaanmu hanya sebagai fasilitator untuk membangunkan tempat berperoses dan bukalah pula tempat satu-satunya kebaikan, melainkan bagian kecil dati tempat untuk mengenyam menjadi diri lebih baik.
Namun, saatku temui secuil kecacatan yang ada padamu. Seakan mengabsudkan segala kebaikan yang coba kau rajut selama ini.
Bukan salahmu, karena kau hanya benda mati dan...bukan pula menyalahkan yang saat ini tengah bernaung didalammu sebagai tempat berteduh ataupun tempat singgah untuk menghilangkan kepenatan sesaat.
Apapun yang terjadi ku bangga padamu. Yang telah mengajari diri untuk coba menerima dan melihat jelas realita. Bahwa:
”dunia ini tak selamanya indah dan tak sempurna keberadaanya”
Karena dakan tiap diri penuh nokhtah hitam dan putih
Sekarang barulah ku paham
Cermin ini bukanlah HMI...
Melainkan hikmah,manusia pelajaran, realita kehidupanlah yang pantas untuk berhias dan menata diri menjadi lebih baik. Dengan mencoba legawa dan penuh kesabaran dalam menapakinya
Allah...
Telah kau ajari diri memandang dan bercermin dari banyak hal, tak terkecuali melalui perantara HMI juga.
Semoga dengan banyaknyalah pelajaran yang saat ini tengah ada dihadapkan mata ini, menjadikan cermin dari untuk tetap komitmen berjalan di risalah-Mu sebagaimana orang-orang yang tunjuki dijalan-Mu. (Widya Nur Wibawanti)

Kamis, 12 Februari 2009

WORKSHOP FOTOGRAFI KOMPAS GRAMEDIA BOOK FAIR 2009


SEMARANG (10 Februari 2009) – Sedikitnya ada 50 orang memadati kursi yang telah tersedia di acara workshop fotografi, acara ini berlangsung pada pukul tiga sore. Dengan nara sumber Mas Buana dan Mas Rendra dari pihak Kompas. Workshop fotografi yang diadakan oleh kompas ini sebagai rangkaian acara besar yaitu momentum ”Kompas Gramedia Edu Dan Book Fair 2009”, yang diadakan di Java Supermall Semarang selama enam hari.

Acara berlangsung dengan meriah tampak dari peserta yang sangat antusias dalam mengikuti acara ini hingá akhir. Bahkan workhop kali ini diwarnai dengan hubungan timbal balik antara peserta dengan pembicara. Paling menariknya selain mendapat suguhan workshop jurnalistik gratis, para peserta juga mendaptkan kartu undangan dan setiap sesen acara mendapatkan doorprize menarik dari panitia penyelengara. Hal tersebut menjadikan kegiatan ini semakin diminati, bahkan bagi mereka yang belum paham dunia fotografi sekalipun.

Workshop fotografi ini menyajikan pelatihan dan pengenalan seputar fotografi jurnalistik. Dalam artian visualisasi yang dapat di interprestasikan kedalam tulisan berita, sehingga para pembaca mendapatkan informasi yang benar, akurat, dan menjadikan kesan indah pada koran atau majalah.

Pada setiap kegiatan fotografi perlu ketelatenan dan kepekaan dalam setiap pengambilan gambar, sebab jika seorang fotografer tidak dapat memanfaatkan momentum maka ia akan kehilangan hasil yang memuaskan. Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan bagi mereka yang suka dunia fotografi khususnya fotografi jurnalistik. Pertama, dapat memafaatkan momentum yang sekiranya sangat menarik dan pantas untuk diberitakan. Kedua, membutuhkan kepekaan dan kepercayaan diri pada setiap pengambilan gambar. Ketiga, pada saat pengambilan gambar hendaknya pilih yang kiranya menarik dan sangat terkesan. Keempat, setiap detik adalah peluang untuk pengambilan gambar, maka jangan lengah. Kelima, kita harus pandai dalam pengambilan gambar, hal ini perlu pelatihan mendalam untuk mengambil gambar yang indah.

Untuk menjadi fotografer profesional khususnya bidang jurnalistik kita harus terus berusaha berkelanjutan dan kamera sekiranya selalu ada ditangan kita. Karena setiap orang memiliki potensi untuk menjadi fotografer yang handal. Maka hal itu bagi fotografer pada setiap waktu selalu ada hal yang menarik dan perlu ada konskwensi untuk terus belajar. (redaksi)

SELAMAT UNTUK FORMATUR TERPILIH HMI CABANG SEMARANG



















SEMOGA DAPAT MENGEMBAN AMANAH SATU PERIODE DENGANPENUH TANGGUNG JAWAB

MENGENANG KONFRENSI HMI CABANG SEMARANG KE- XLIX


Team penyusun:

  1. Desi (HMI FPBS IKIP PGRI Semarang)
  2. Syarif (HMI AKP Widya Buana Semarang)
  3. Muslimah (HMI Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang)

Konfrensi merupakan struktur kekuasaan tertinggi di tingkatan HMI Cabang. Di dalamnya terdapat pembahasan tentang Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) kinerja pengurus cabang selama satu periode kepengurusan dan pembahasan program kerja umum untuk periode selanjutnya. Konfrensi dilakukan setahun sekali dan dihadiri oleh utusan-utusan komisariat (perwakilan), kemudian dilakukan evaluasi sejauh mana keberhasilan pengurus cabang dalam menjalankan amanah satu periode kepengurusan.

Ada beberapa hal tidak tertulis namun telah menjadi kesepakatan bersama, yaitu konfrensi dijadikan sarana komisariat untuk ”unjuk gigi” dan ”ajang latihan mental” kader sebagai latihan bicara di depan publik. Makanya ”debat kusir” sering kali mewarnai jalanya konfrensi. Wajar pro kontra mewarnai setiap pembahasan baik tata tertib maupun dalam evaluasi cabang. Namun ”perang mulut” sering tidak terhindarkan sebab perbedaan tafsir pada setiap kader.

Di HMI ”bantai – menbantai” untuk mencapai mufakat memang sudah mendarah daging. Kader selalu di didik bagaimana menjadi seorang muabbid, mujahid, mujtahid dan mujaddid sehingga oto kritik sangat melekat pada diri kader. Membuat, mengkonsep, melaksanakan, dan evaluasi sendiri, itulah yang menjadikan kader HMI memiliki konskwensi dengan apa yang diucapkan. Bertanggun jawab dalam setiap hal dan amanah kepengurusan serta terus berjuang untuk orang lain, berusahan menegakan kebenaran dan keadilan. Meski pahit rasanya ”Qulil haqqa walaw kanna murran”, dimanapun berada selalau menjadi ”rahmnatal’lil alamin”. Jika benar-benar kader sejati artinya kader yang benar-benar mencintai HMI dan melaksanakan nilai-nilai ke-HMIan.

Selama setahun ini cabang sudah cukup baik dalam menjalankan amanahnya terhadap HMI (organisasi) itu sendiri. Namun perlu di garis bawahi dalam teknis atau pelaksanaannya belum ada suatu ke-optimalan terhadap sistem yang sudah dibangun baik itu struktural maupun teknisnya. Intinya masih ada beberapa kekurangan yang mestinya sebagai bahan acuan bagi kepengurusan cabang mendatang. HMI Cabang Semarang masih cacat dalam mengemban amanahnya sebagai organisasi perkaderan dan perjuangan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa faktor yang menyebabkan hal itu bisa terjadi.

Pertama, masalah struktural cabang, dimana banyak terjadi kesemrawutan. HMI Cabang Semarang tidak mampu dalam mempertahankan team yang solid di kepengurusan organisasi. Kedua, masalah eksternal yang melibatkan bidang jeringan dan kajian startegis (Jangkar) ini sedah cukup baik, akan tetapi dalam proses perkaderan ataupun regenerasinya akan mengalami keterpurukan sebab landasan pendidikan yang kurang untuk para kader. Secara umum Laporan Pertangung Jawaban (LPJ) HMI Cabang Semarang periode ini kurang begitu menarik, entah apa sebabnya. Deskripsi dan pengamatan LPJ Cabang Semarang dalam konfrensi XLIX

1. Kekurangan siapan cabang dalam menyelengarakan konferca (LPJ).

2. Konfrensi bukan lagi sebagai ajang evaluasi, akan tetapi menjadi forum paparan setiap pihak yang berkepentingan.

3. Forum LPJ kali ini tidak menjadi solusi unutk HMI kedepan, akan tetapi hanya sebagai ajang kreasi satu periode.

4. Bahwa HMI Cabang Semarang dalam menjalani satu periode kepengurusan, banyak terjadi konflik internal.

5. Forum komisariat se-Semarang menjadi agent penyampaian resolusi ke depan.

6. Konfrensi kali ini tidak adanya pertanggung jawaban yang komprehensif.

Minggu, 08 Februari 2009

HMI Mati Suri

Rintik hujan basahi bumi
Angin malam mulai menusuk relung hati

Hari ini HMI kehilangan 1 jari
Kader kompetisi ego diri

Aku tidak mengerti kenapa ini terjadi

Mungkin hanya mimpi

Atau salah arti


Para pecundang minta di hargai

HMI menjadi roti
di perebutkan sebab nilai atau independensi
HMI mati suri
Dan malampun menjemput pagi (31/1/09)
By: Lukni Maulana (http://lukni.blogspot.com)

Minggu, 01 Februari 2009

Pemboikotan KONFERCA HMI Cabang Semarang

(Semarang/01/02/09). Forum tertinggi komisariat se-Semarang atau biasa disebut KONFERCAB (Konferensi Cabang) Semarang berlangsung meriah dan ramai dipenuhi delegasi komisariat. Kemeriahan KONFERCAB tersebut ditandai dengan Pemboikotan Forum KONFERCAB.

Pemboikotan forum ini dilaukukan komisariat atas dasar ketidak sepakatan pengurus cabang dengan komisariat. Pemboikotan forum tersebut mengakibatkan agenda yang seharusnya untuk merencanakan masa depan HMI Semarang ke depan menjadi tertunda. Hal ini ditengarai dengan pemboikotan 1x24 jam, menunjukan bahwa pemboikotan tersebut tentunya sangat berpengaruh sekali dengan efektifitas dan efisensi waktu dan pendanaan serta kinerja HMI .

Mengapa sampai terjadi pemboikotan tentu ada berbagai alasan. "pemboikotan ini kami lakukan atas dasar citra hmi ke depan, independensi hmi telah di pertaruhkan di gedung partai. Independensi di HMI masih terlalu abstrak jadi perlu pembahasan yang serius", kata Akrom (Ketua HMI FPBS IKIP PGRI).

Sangat jelas sekali aksi pemboikotan kali ini terjadi akibat dari ketidak harmonisan antara pengurus cabang dengan komisariat. "HMI akan kehilangan citra diri jika forum besar ini sampai dilakukan di gedung partai. Sebab HMI adalah organisasi yang independensi maka kita tidak boleh terikat dengan instansi dalam melaksanakan forum besar ini", Kata Nur Rohmad ) Ketua HMI FPMIPA IKIP PGRI).

Setelah dikonfirmasikan ke pengurus cabang bahwa acara yang diadakan di gedung partai sebenarnya tidak menyalahi sistem independensi HMI. Sebab sebelumnya forum konferca pernah dilakukan di gedung partai.

Menurut panitia mengapa hal ini sampai terjadi, "pengurus cabang yang kurang tanggap dan tidak memberikan pengarahan yang jelas mengenai tempat konferca", kata Lutfi
sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com