Rabu, 19 November 2008

Pesan Etik Punakawan untuk Idul Fitri


Pesan Etik Punakawan untuk Idul Fitri

Lukman Wibowo
*


Ini kali yang ke 1429 umat Islam merayakan idul fitri. Di seluruh dunia, kaum muslim gegap-gempita memakmurkannya. Setelah penaklukan kemaksiatan diri melalui ritual ramadan, tiap orang berhak merasa menang di hari itu, kendati “sang juara” ditentukan Tuhan secara tak kasat mata.
Ironisnya (bagi banyak orang), tiap kali idul fitri dinikmati, tiap kali itu pula pintu awal kegagalan dibuka. Gagal menjadi pribadi yang saleh; gagal mewujudkan masyarakat yang unggul.
Idul fitri seyogyanya menjadi tapal batas bagi masa silam yang nir-kebajikan menuju masa mendatang yang penuh perbaikan. Bukankah idul fitri semacam jeda tahunan dalam perjalanan jihad sepanjang hidup? Seharusnya, kaki pencerahan umat, melanjutkan langkah ke depan di hari tersebut. Bukan justru sebaliknya: kembali ke pemaksiatan diri seperti tempo sebelumnya!
Pesan etik punakawan
Pesan etik yang berbunyi fatruk ma bagha nala samirana--tinggalkanlah yang durjana (maka engkau akan) memperoleh yang baik--barangkali berguna untuk diapresiasi dalam konteks idul fitri.
Konon, frase tersebut berasal dari semenanjung Arab yang dibawa oleh Sunan Kalijaga, lalu diadaptasikan ke dalam epik kebudayaan Hindu-Jawa, menjadi wayang punakawan. Para punakawan--empat serangkai yang terdiri dari Petruk, Bagong, Gareng, dan Semar--merupakan orang-orang yang menempuh metaformosis atau perubahan karakter hingga menjadi sosok yang sempurna.
Petruk dimodifikasi dari kata fatruk yang artinya tinggalkanlah. Fatruk adalah hulu dari nasehat dalam dimensi makrifat, yaitu fatruk kulla maa siwallaahi, tinggalkanlah semua kecuali Allah. Dalam pewayangan, Petruk bergelar Prabu Kantong Bolong. Kantong bolong (kosong) adalah sebentuk makna bahwa manusia mestilah menzakatkan harta serta raga, dan menyerahkan seutuhnya jiwa kepada Tuhan. Sosok Petruk adalah pesan pemurnian diri di momen idul fitri.
Bagong dinukilkan dari istilah bagha yang berarti ketercelaan. Layaknya semua gejala alam di kolong langit, “bagong (laku tercela)” adalah satu sisi yang mafhum ada dari eksistensi prilaku manusia. Pemahaman ini sejalan, mengingat Bagong tercipta dari bayangan Semar yang bijak. Bagong merupakan semacam satire, agar manusia meninggalkan kebatilan. Terlebih di lembaran baru, saat dan paska idul fitri ini.
Gareng, lengkapnya Nalagareng, adalah kodifikasi dari nala dan qorin yang artinya memperoleh teman. Alkisah bahwa Gareng adalah figur yang tak piawai berbicara, namun ia cerdik juga sakti mandraguna. Kevisian Nalagareng memberikan amanat kepada umat muslim untuk senantiasa menumbuhkan persaudaraan. Idul fitri sepatutnya dibawa ke dalam hakikat membangun perdamaian (friendship and familial relationship) intern dan antar umat beragama.
Penamaan Semar dirujuk dari kata samir alias teman yang dekat. Paras jelek Semak, berbalik dengan keluasan ilmu dan budinya. Dalam tradisi adiluhung Jawa, semantik samir disepadankan dengan istilah ismar, sang pengokoh.
Ketika esensi Semar masuk ke dalam idul fitri, ia mengajarkan adab bagaimana berkomunikasi secara dekat, menyentuh hati, dan merintis pertemanan tanpa jarak. Martabat Idul fitri tidak harus melulu dibangun dengan suasana fisik yang cantik dan meriah, tetapi yang penting adalah tumbuhnya komitmen moral dan budi pekerti, rekonsiliasi sosial, serta mengokohkan insiasi (niat) di titik nol idul fitri; pijakan untuk memulai langkah selanjutnya dalam prosesi mencapai pribadi yang purna.
Bagi para penghormat jasad, menghargai idul fitri dengan segala bentuk material (seperti perangkat busana atau penampilan) baru, tidaklah salah sepenuhnya, namun sesungguhnya yang utama adalah pembaruan jiwa.
Idul fitri bukanlah perayaan rutin yang dibiarkan selalu hampa nilai. Ucapan maaf dan pertaubatan ibarat patah tumbuh hilang berganti bagi para pendosa di jagat semesta. Idul fitri bukanlah “politik” pengampunan untuk sang penindas, melainkan wahana menuntut keadilan bagi yang tertindas. Idul fitri tidak pantas dihadirkan sebagai ruang tertawa bagi kaum pembual kata.
Tuhan menjadi saksi atas pernyataan maafmu di hari ini: Maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang membuat-Nya sakit hati.
* Dosen AKP Widya Buana;
penekun di majelis Kenduri Hani

0 komentar:

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com