This is default featured slide 1 title

Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

This is default featured slide 2 title

Foto Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

This is default featured slide 3 title

Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

This is default featured slide 4 title

Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

This is default featured slide 5 title

Majalah Bersuara LAPMI Cabang Semarang

Sabtu, 28 Desember 2013

TRAINING INTEGRITAS JURNALIS PENGGAGAS PERUBAHAN



TRAINING INTEGRITAS JURNALIS PENGGAGAS PERUBAHAN
           
          
KELOMPOK 1
 
SEMARANG. Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) HMI Cabang Semarang bekerja sama dengan HMI Cabang Semarang mengadakan Training Jurnalistik pada tanggal 27-29 Desember 2013  dengan tema “ Pengembangan Skill Jurnalistik Upaya Membentuk Integritas Jurnalis”. Pelatihan yang bertempat di Ungaran, Semarang ini diikuti oleh 17 peserta yang berasal dari berbagai Universiatas se-Kota Semarang.
            LAPMI merupakan salah satu lembaga kekaryaan yang berada dibawah naungan Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Semarang, sebagai wadah untuk menampung potensi budaya menulis yang dimiliki oleh tiap kader. “Kegiatan ini bertujuan  untuk mengembangkan skill jurnalistik mahasiswa” , ujar Noor Rochman selaku Direktur LAPMI HMI Cabang Semarang
Kegiatan ini dibuka oleh Akhina Nur Khasan selaku ketua HMI Cabang Semarang pukul 20.00 WIB.  Beliau menegaskan untuk menjadi seorang jurnalistik dibutuhkan komitmen yang kuat. “jangan menjadi jurnalis bodrek !” alias jurnalis yang tak mempunyai integritas,  merupakan jargon yang sering di lontarkan untuk membangkitkan rasa semangat para peserta Training.  .
Peserta Training, nampak antusias mengikuti acara ini yang dilihat dari banyaknya pertanyaan, opini dan kritisan dari materi yang disampaikan oleh pemateri. Lukman Wibowo selaku pemateri menyatakan untuk menjadi seorang penulis, salah satunya harus memiliki imajinasi yang tinggi dan liar, hal tersebut dapat dilihat  pada penyampaian materi peserta training diminta untuk menggambarkan sosok Adam dan Hawa, dari beberapa gambar tersebut  pemateri mengetahui tingkat imajinasi yang ada pada setiap peserta yang rata-rata masih terkonsep dan belum berfikir secara liar.
Ulil Albab selaku ketua panita memberikan apresiasinya kepada seluruh panitia atas kerjasamanya yang sangat maksimal. Meskipun hanya beberapa orang saja yang membantu terlaksanyanya acara tersebut, namun pada akhirnya semua berjalan dengan lancar tanpa suatu halangan apapun.
Dengan adanya pelatihan jurnalistik ini, harapan saya mudah-mudahan dapat memberikan manfaat dan mengembangkan potemsi jurnalis dalam diri saya, ujar Welas selaku peserta Training Jurnalistik.
Semoga saja, harapan semua peserta dapat terealisasikan dengan baik sesuai dengan apa yang diinginkan.

Reporter : Mas'ud, Masrokan, Anggi Soesilo, Septi D.S, dan Nurul Umi M

Menciptakan Integritas dan Skill Jurnalistik




Ungaran – Jum’at-ahad, 27-29 Desember 2013, bertempat di yayasan Yatim piatu salimna ungaran, Lembaga Pers Mahasiswa Islam HMI MPO Cabang Semarang menyelenggarakan Training Jurnalistik dengan mengusung tema “Pengembangan Skill Jurnalistik upaya Membentuk Integritas Jurnalis” bertujuan untuk mengembangkan potensi kader HMI dalam hal tulis menulis dan pemberitaan , Ungaran berlangsung lancar. Acara ini diikuti oleh 20 mahasiswa dari lima kampus se-Semarang, yakni IAIN Walisongo, IKIP Veteran, IKIP PGRI,STIE BPD Jateng, Akbid widya husada, Sabtu.
“Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) merupakan sebuah lembaga pers mahasiswa yang dimiliki oleh Himpunan Mahasiswa Islam cabang semarang yang eksistensi perannya sebagai sarana pengembangan potensi atau bakat kader HMI agar mampu dan mau menjadi penulis atau jurnalis penerus LAPMI selanjutnya.”, demikian penuturan Noor Rochman, Direktur LAPMI HMI Cabang Semarang. Melalui kegiatan training ini diharapkan mahasiswa mampu kritis dalam menganalisis setiap kejadian dan peristiwa yang berkembang di masyarakat.
“Diharapkan peserta memiliki seni publikasi dalam berkomunikasi sehingga dapat menulis dan menyajikan berita berdasarkan validitas dan objektifitas data dan fakta  yang berorientasi kepada kemaslahatan masyarakat serta dilandasi independensi”
Disamping itu kegiatan training ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa LAPMI  HMI MPO Cabang Semarang mengalami krisis keanggotaan, sehingga diharapkan dengan adanya training ini keanggotaan lapmi akan semakin produktif baik secara kuantitas maupun kualitas.  




Reporter: Dukan, Irna, Welas, Adi

TRAINING JURNALIS BERINTEGRITAS



Training jurnalistik tingkat dasar yang diadakan oleh LAPMI HMI Cabang Semarang,  yang tepatnya diselenggarakan di Yayasan Salimna Ungaran telah resmi dibuka oleh Ketua Umum HMI Cabang Semarang Nur Hasan pada kamis 27 desember 2013 pukul 19.00 dengan  tema “Pengembangan Skill jurnalistik upaya membentuk integritas jurnalis”  dengan maksud untuk membentuk jurnalis yang pro dengan kepentingan publik yang dijabarkan oleh Direktur LAPMI Nur Rohman. Acara tersebut dihadiri oleh 25 orang delegasi tamu undangan dan 16 peserta yang terdiri dari berbagai komisariat dan pengurus cabang diantaranya STIE BPD Jateng, IKIP Veteran, Syariah IAIN Walisongo, FPBS, FIP.
Adapun pembahasan dalam Training Jurnalistik itu, meliputi Pengantar Jurnalistik dan ke-LAPMI-an yang diisi oleh Kanda Lukman Wibowo yang merupakan penulis buku DOKEIN, dan pernah menjadi wartawan Tempo, ia menyatakan “seorang jurnalis harus mempunyai daya imajinasi liar dan keluar dari pakem-pakem yang telah ada”; Teknik Reportase disampaikan oleh salah satu anggota AJI Semarang kanda Rafi Udin; Penulisan Berita, Analisis Kritis, oleh Bhima Yudistira (KORNAS LAPMI); Opini, oleh kanda Ahmad Sahide (editor);  dilanjutkan Kunjungan ke media (News Room Jawa Pos); dan Hunting News; Pemaparan Hasil Hunting sebagai tindak lanjut dari materi yang sudah dipaparkan.
Training ini terselenggara dengan dipanitiai oleh; ulil albab (pembantu umum), Nafisah (sekretaris) dan Indah Pertiwi (seksi konsumsi), serta pengurus LAPMI. Acara ini didukung oleh HMI Cabang Semarang; LAPMI Cabang Semarang, Official Media; majalah bersuara; media transformasi intelektual, HMI News.com


team riset; Rinwantin, Anis Sholihah, Ulil Albab, Ibnu Himawan,  

Minggu, 15 Desember 2013

LAPMICS AKAN SELENGGARAKAN TRAINING JURNALISTIK TINGKAT I



Ikutilah Training Jurnalistik Tingkat I yang akan diselenggarakan Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) HMI Cabang Semarang. Training diagendakan berlangsung tanggal 27-29  Desember 2013 di Graha Pena (Jawa Pos), Banyumanik Semarang. Training ditujukan khususnya untuk anggota LAPMI Cabang Semarang maupun Kader HMI pada umumnya dengan batasan maksimal peserta 40 orang. Dimaksudkan untuk memberikan keterampilan jurnalistik bagi pemula dengan materi: Pengantar Jurnalistik dan Ke-LAPMI-an, Teknik Reportase dan Penulisan Berita, Analisis Kritis, News Room (Kunjungan ke Media), dan Opini, dengan pemateri yang kompeten di bidang jurnalistik.
Mengusung tema, “Pengembangan Skill Jurnalistik upaya Membentuk Integritas Jurnalis”. Hal ini dilatarbelakangi saat ini pada jurnalis-jurnalis adalah lemahnya skill yang berpengaruh pada integritas yang disebabkan oleh faktor persaingan antar media sehingga banyak munculnya jurnalis-jurnalis muda yang belum tentu memahami ataupun memiliki skill jurnalistik. Hal tersebut berpengaruh pada berita atau laporang yang ditulis. Sebagai contoh sederhana, seorang jurnalis dituntut untuk memiliki skill reporting and writing original story. Ketidakpahaman mengenai hal tersebut akan berpengaruh pada lemahnya integritas dari seorang jurnalis sehingga membelokkan fakta dari sumber berita serta tidak bersifat publish karena suatu kepentingan.

Jurnalis harus konsisten dan mentaati kode etik jurnalistik dalam menjalankan tugasnya dengan baik (berkompetensi) dan amanah (berintegritas). Iman, ilmu, dan amal merupakan etos untuk meningkatkan integritas sekaligus kepekaan hati nurani. Keterpaduan ketiganya membuat seorang jurnalis tidak tergoyahkan oleh berbagai kepentingan partisan, pengaruh, tekanaan, dan godaan. Oleh karena itu, melalui Training Jurnalistik ini diharapkan dapat menempa kader-kader menjadi insan pers (jurnalis) yang berintegritas dalam bertugas.
Pendaftaran dan keterangan lebih lanjut bisa hubungi Ketua Pelaksana di nomor 089630014635 (Ulil Albab) atau 085640281855 (Noor Rochman).

Download TOR Training Jurnalistik Tingkat I 2013 
Download Kisi-kisi Training Jurnalistik Tingkat I 2013

Selasa, 10 Desember 2013

ANIS BASWEDAN AJAK PEMUDA TURUN TANGAN DI SEMINAR KEPEMUDAAN HMI CABANG SEMARANG


Edy Darmoyo (Kiri), Muhammad Nur (Tengah), dan Anies Baswedan (kanan) di Seminar Kepemudaan

HMI Cabang Semarang mengadakan Seminar Kepemudaan dengan tema “Saatnya Pemuda Memimpin Indonesia, Membangun Idealisme dalam Menyongsong Masa Depan Bangsa” pada Minggu (3/11/2013) bertempat di Hotel Grasia Semarang. Seminar Kepemudaan kali ini diikuti oleh 300 peserta yang terdiri dari mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kota Semarang dan umum.

Pembicara dalam seminar kali ini adalah 1) Anies baswedan, Ph.D (Rektor Universitas Paramadina & Penggagas Indonesia Mengajar), 2) Dr. Muhammad Nur, DEA (Fisikawan dan Dekan Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro), dengan Keynote Speaker dari Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah), dan dimoderatori oleh Edy Darmoyo (Trainer & Motivator, Mantan Ketua HMI Cabang Semarang).

Pembukaan seminar dimulai pukul 09.00, diawali dengan penampilan seni gamelan karawitan dari mahasiswa IKIP Veteran Semarang dan pertunjukan tari saman dari mahasiswa UNDIP Semarang, serta pembacaan monolog puisi menolak korupsi oleh Lukni Maulana (Direktur Sciena Madani).

Dalam laporan ketua panitia seminar, Ibnu Himawan (Kader dan Ketua HMI Komisariat Syariah IAIN Walisongo) mengatakan “Sayidina Ali masuk Islam saat muda, Soekarno juga menginginkan sepuluh pemuda utuk memimpin dunia, Syekh Yahya, ketika muda bertekat kuat maka bisa memipin dunia. Kemudian dari pendapat-pendapat tersebut diturunkan dalam Tema seminar kali ini, untuk membangun Idealisme Pemuda”, kata Ibnu.

Selanjutnya, dalam sambutan-sambutan, Ketua Umum HMI Cabang Semarang, Nur Khasan, mengucapkan “Selamat datang dan terimakasih kepada narasumber, dan pihak Gubernur, Komunitas Kaki, Komunitas Turun Tangan”. Nur Khasan, menyampaikan keprihatinannya dengan kondisi pemuda saat ini, yang cenderung mengadopsi budaya barat seperti boyband.

Sambutan ditutup dengan Keynote Speaker dari Ganjar Pranowo sekaligus membuka acara, diwakili oleh staff gubernur Jawa Tengah. Dalam catatan Ganjar Pranowo khusus untuk membuka Seminar Kepemudaan yang dibacakan, Ia menyampaikan “Tema seminar kali ini pas, karena momennya adalah Sumpah Pemuda.  Idealisme yang harusnya menjadi semangat pemuda saat ini pudar, cenderung egosentris, dan studi oriented yang rela memperjualbelikan  idealisme demi kepentingan praktis dan ekonomis. Kondisi ini berbeda dengan semangat idealisme pemuda pada era perjuangan kemerdekaan bangsa. Semangat idealisme harus mencul pada pemuda saat ini, seperti HMI yang selalu menjunjung tinggi idealismenya, dan sejarah telah mencatat para alumni HMI yang menjadi pemimpin dengan tetap memperjuangkan idealismenya”, paparnya.

Pada sesi seminar, pembicara yang pertama, Dr. Muhammad Nur, DEA, menyampaikan “Pemuda, itu harapan pemimpin di masa depan, yang harus mampu membawa bangsa Indonesia menghadapi pasar bebas ASEAN dan Asia Pasifik kedepan serta persaingan bangs-bangsa dalam era Global. Pemimpin tersebut adalah seorang pribadi utuh dan penganut paham kepemimpinan kuantum
(Quantum Leadership). Dalam sejarah fisika muncul teori fisika kuantum seperti munculnya teknologi HP, karena metode kuantum yang menemukan untuk berkomunikasi dengan cara lain. Dalam pandangan Kuantum, segala susuatu  awalnya tidak mungkin  terjadi, jika diperoleh suatu kondisi saling mendukung, yang tidak mungkin menjadi mungkin,” paparnya.

Menurut Muhammad Nur, Quantum leadership adalah kepemimpin yang menginginkan terobosan dan secara efektif memenuhi kebutuhan organisasinya. Pengembangn diri seseorang yang menganut quatum leader adalah self prerparation, belajar dari pemipim lain, secara konstisten mengatur waktu untuk mencapai tujuan, menigkatkan komitmen, secara efektif menganalisis sebuah perubahan, Man Shobaru Zhafira,  anak-anaka muda yang sukses adalah anak muda yang sabar dan melakukan sesuatu yang benar dengan taat asas, menafkahkan sebagian rezeki, orang yang beristighfar sebelum shubuh, insyallah diri kita mampu.

Senada dengan pembicara sebelumnya, pembicara kedua Anies baswedan, Ph.D mengajak pemuda berganti perspetif dari perspektif orang tua yang menganggap pemuda sekarang bermasalah menjadi percaya pemuda sekarang mampu menjadi pemimpin dunia. Menurut Anies, seorang disebut pemimpin jika ia memiliki pengikut contoh sederhananya seperti ketika menjadi imam sholat. Seorang diikuti karena dipercaya.  Anies, merumuskan trust (kepercayaan)= kompetensi+integrity (integritas) +intensity (kedekatan)-self interest (kepentingan individu). Tiga hal pertama akan menambah kepercayaan tetapi ketika kepentingan individu ditambahkan maka kepercayaan akan turun.

Pemuda Harus Turun Tangan
Anies menyampaikan tahun depan bangsa Indonesia akan menghadapi pemilu 2014, saat ini memang ada pemuda yang bermasaah, tetapi masih ada pemuda yang lain yang lebih baik. Namun, pemuda yang lain tidak ikut turun tangan  hanya ikut angan. Pemuda tahun depan harus ikut turun tangan, dan jangan diam, dan apabila tidak ikut turun tangan maka jangan berkomentar dalam twitter. Sekarang orang baik yang ingin maju  tidak punya teman, karena orang yang lain yang baik memilih diam saja. Jika hanya pemuda hanya menonton dan berdiskusi jangan harap perubahan dalam politik sebuah bangsa. Anies menantang untuk pemuda, untuk ikut turun tangan. Untuk menjadi pemimpin, pemuda Indonesia harus ikut memilih turun tangan dan berjuang.

Sebagai penutup, Moderator Edy Darmoyo menegaskan “kita telah mendapat sebuah nutrisi semangat untuk menerima tantangan, seperti dalam  kondisi sejarah yang dihadapakan permasalahan, maka pilihannya adalah dua, diam atau turun tangan?”, serentak peserta menjawab “ikut turun tangan”.  Moderator menegaskan untuk turun tangan maka pemuda harus merapatkan barisan, dan jangan diam.

Acara seminar ditutup pada pukul 12.30. Penutupan diisi dengan penyerahan kenang-kenangan kepada narasumber, dan para peserta langsung menyerbu Anis untuk ikut foto bersama. (NR)


Anies Baswedan (kanan), Ketua Panitia Seminar (Kiri) dan Peserta Seminar Kepemudaan HMI Cabang Semarang

Jumat, 29 November 2013

SEMANGAT HIJRAH DALAM PELANTIKAN HMI STIE BPD



HMI Komisariat STIE Bank BPD Jateng adakan Pelantikan Pengurus pada Sabtu (16/11/2013)  bertempat di Sekretariat HMI Komisariat STIE BPD, Jl. Kesehatan I No. 96, Kuningan Semarang dan dihadiri oleh 30 Kader HMI se-Semarang. Prosesi acara dimulai dengan ikrar pelantikan pengurus dan dilanjutkan diskusi bersama Kanda Nurwan, S.Ag. (Dosen STIE Bank BPD Jateng, Mantan Sekum HMI Cabang Semarang, Alumni Fak. Dakwah IAIN). Diskusi ini membahas tema “Semangat Hijrah, Pemuda & HMI”.

Pengurus HMI Komisariat STIE Bank BPD yang dilantik berjumlah 8 orang antara lain Rin Wantin sebagai Ketua Umum dan Nonniv Febri Astuti sebagai Sekretaris Umum, serta M. Atik, Nafisah, Farouk Al Huda, Yuliyana Puspitasari, Monica Ashary, Dwi Indari dan dilantik oleh Ketua Umum HMI Cabang Semarang.

Setelah dilantik, dalam sambutannya Ketua Umum HMI Komisariat STIE Bank BPD Jateng, Rin Wantin mengatakan “Semangat itu tidak dilihat dari kuantitas pengurus, meskipun jumlahnya hanya ber-8 tetap semangat”, kata Ririn.

Sedangkan Nur Khasan, Ketua Umum HMI Cabang Semarang dalam sambutannya mengatakan “HMI Komisariat STIE BPD spesial karena menjadi HMI satu-satunya yang berani menyebar pamflet ke kelas-kelas, karena masih banyak alumni dan dosen yang mendukung. HMI STIE BPD adalah gudangnya para Ekonom, HMI masih membutuhkan para Ekomon yang beriman”, ujarnya.

Pembicara dalam diskusi kali ini, Nurwan, S.Ag. mengatakan “Semangat itu dapat dicapai dengan 5 kata kunci antara lain Self Talk yakni ucapan yang harus positif, Maknai semua hal dengan positif, Gerakan hati dan kaki secara seimbang untuk mencapai tujuan, dan yakini Allah adalah Tuhanku (amantu billah). HMI STIE BPD adalah salah satu contoh dari inspirasi hijrah Rasulullah, yang mendapat pengikut yang banyak setelah hijrah ke madinah. HMI MPO yang tadinya dibatasi  geraknya kini bisa mudah masuk ke kelas-kelas setelah hijrah ke STIE BPD”, paparnya. (NR)

Selasa, 26 November 2013

BANK INDONESIA DAN KRISIS KEUANGAN





 Oleh: Redha Vahlevi (HMI MPO UNDIP)
Untuk kepentingan artikel ini, kita bagi pembahasan kita pada 3 tahap. Pada tahap yang pertama kita akan membahas Bank sentral dan fungsi-fungsinya, pada tahap kedua kita akan membahas kondisi ekonomi saat ini. Selanjutnya pada tahap ketiga, kita akan membahas tanggung jawab Bank Indonesia dengan kondisi ekonomi yang terjadi saat ini agar tidak menyimpang dari fungsi-fungsinya.
            Bank Sentral adalah aktor utama yang terpenting diantara para aktor-aktor dalam pasar keuangan yang penting di dunia. Bank sentral dapat melakukan tindakan-tindakan yang akan mempengaruhi tingkat suku bunga acuan bank, jumlah penyaluran kredit, dan jumlah uang yang beredar yang dimana memiliki pengaruh langsung tidak hanya terhadap pasar keuangan, tapi juga berpengaruh langsung terhadap inflasi dan pengeluaran agreggat.
Bank Indonesia adalah Bank Sentral Negara Republik Indonesia yang memiliki beberapa tujuan utama yaitu untuk mencapai stabilitas harga, mengawasi lalu lintas Neraca Perdagangan, Penyediaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi,stabilitas suku bunga, stabilitas kurs, dan stabilitas pasar keuangan melalui kebijakan moneternya.
            Bank Indonesia menjalankan operasi moneter demi mencapai tujuan-tujuan utamanya, yaitu operasi pasar terbuka dimana Bank Indonesia membeli surat berharga di bank-bank agar menambah jumlah uang yang beredar dan memutar roda investasi. Kebijakan diskonto yang merupakan kebijakan dimana bank yang mengalami kesulitan pendanaan akan dibantu oleh bank sentral untuk menghidnari kebangkrutan bank yang berdampak sistemik bagi perekonomian, dan kebijakan giro wajib minimum.
            Kita akan membahas kondisi keuangan negara Indonesia. Dalam sebulan terakhir, perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS makin mengkhawatirkan. Sepanjang tahun 2013, nilai rupiah telah terdepriasi lebih dari 10%. Di pasar spot antarbank, rupiah bahkan menyentuh level Rp. 11.650 per Dolar AS. Sementara itu, beberapa bank nasional sudah mematok nilai tukar rupiah pada level lebih tinggi. Pada kurs tengah Bank Indonesia, rupiah telah mencapai level Rp. 11.125 per Dollar AS. Kenaikan Dollar akan menyebabkan kenaikan tingkat suku bunga, apabila tingkat suku bunga naik, maka sektor riil akan terpukul dan agregat economy activity akan runtuh. Tingginya tingkat suku bunga juga akan membuat sentimen negatif menyerang negara kita, karena tingginya tingkat suku bunga mengindikasikan tingginya tingkat ketidak pastian dan risiko di negara kita.
            Berbagai sentiment negatif telah menyelimuti perekonomian Indonesia sehingga memicu pelemahan rupiah. Namun, kekhawatiran utama pasar adalah pada empat defisit neraca perdagangan yang terjadi pada neraca transaksi berjalan, neraca jasa dan neraca pembayaran, defisit APBN, dan defisit perdagangan. Belum lama ini, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laporan neraca perdagangan bulanan Indonesia yang defisitnya makin membesar.
            Defisit neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2013 membengkak menjadi US$ 2,31 miliar, lebih dari dua kali lipat defisit di bulan sebelumnya sebesar US$ 880 juta. Menurut data BPS, sepanjang 2013, sampai dengan Juli, neraca perdagangan bulanan Indonesia hanya sekali mencatatkan surplus yaitu pada bulan Maret, dan baru sampai Juli defisit perdagangan 2013 sudah mencapai 3,5 kali lipat defisit 2012.
            Secara teori, seharusnya pelemahan kurs rupiah terhadap US dollar akan memberikan pengaruh positif terhadap ekspor Indonesia. Namun, dengan struktur ekspor Indonesia yang masih didominasi oleh bahan mentah, pelemahan nilai tukar tidak mampu mendorong ekspor Indonesia. Hal itu karena bahan mentah tidak memiliki nilai tambah yang besar untuk dijual, berbeda dengan barang jadi yang dapat dijual dengan nilai tambah yang tinggi.
            Dalam teori ekonomi internasional, pertumbuhan ekonomi untuk negara yang memiliki struktur ekspor bahan mentah akan menghancurkan negara itu sendiri dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi pada negara industri yang memiliki struktur ekspor barang akhirlah yang akan berdampak baik pada negara itu. Sementara itu Indonesia mengimpor barang jadi yang telah memiliki nilai tambah yang besar, sehingga hal ini menyebabkan defisit neraca perdagangan, neraca pembayaran, dan neraca transaksi berjalan.
            Selain tekanan neraca perdagangan, berbagai sentimen negatif lainnya juga turut menyebabkan pelemahan rupiah. Rencana The Fed, Bank Sentral AS, untuk mengurangi stimulus moneternya secara berkala telah mengguncang nilai tukar dan pasar keuangan di banyak negara. Kebijakan stimulus ini mengakibatkan penarikan dana besar-besaran karena takut bahwa The Fed akan melaksanakan kebijakan tappering off-nya.
            Isu-isu global seperti penyerangan terhadap Suriah juga turut menyebabkan nilai rupiah merosot, karena penyerangan Suriah akan mengakibatkan harga minya bergejolak, apabila harga minyak bergejolak atau naik, maka inflasi akan semakin tinggi yang mengakibatkan nilai rupiah semakin melemah lagi.
            Selanjutnya kita akan membahas paket-paket kebijakan Bank Indonesia dalam mengatasi kondisi keuangan negara yang sedang mengalami gejala yang tidak stabil. Ada Enam kebijakan yang dibuat oleh Bank Indonesia ;
1.    Memperluas tenor instrument term deposit valas dari sebelumnya 7 hari, 14 hari, 30 hari menjadi 1 hari sampai 1 tahun. Perluasan ini dimaksudkan untuk pendalaman pasar keuangan, khususnya valuta asing. Namun kebijakan ini kurang efektif karena deposit bisa ditarik keluar dalam waktu 1 hari, jadi sewaktu-waktu bisa dana asing yang masuk melalui deposito dapat keluar kembali dengan mudah. Jadi hal ini kurang efektif untuk menahan valuta asing yang ditarik melalui deposito. Padahal cadangan devisa kita sedang mengalami penurunan yang hampir sama kondisinya dengan kondisi cadangan devisa pada krisis tahun 1997. Pada tahun 1997 cadangan devisa kita senilai 21 miliar dollar yang dapat digunakan untuk 5,3 bulan impor. Saat ini cadangan devisa kita senilai 94 miliar dollar US yang dapat digunakan hanya untuk 5,2 bulan impor.
2.   Kedua memperluas underlying atau jaminan dalam pembelian valas di atas 100 ribu dollar AS bagi para eksportir. Perluasan tersebut diaplikasikan dalam bentuk perpanjangan masa berlaku underlying pembelian valas menjadi maksimal enam bulan. Underlying itu bisa digunakan untuk beberapa kali transaksi pembelian valas dengan nilai maksimal sesuai underlying.
3. Memperluas ketentuan utang luar negeri (ULN) jangka pendek bank. Dalam aturan sebelumnya, saldo harian ULN jangka pendek dibatasi maksimal 30 persen dari modal bank.
4. Bank sentral akan merelaksasikan aturan instrumen derivatif khususnya swap dengan membolehkan bank meneruskan transaksi pihak terkait ke bank sentral. Dimana sebelumnya bank hanya bisa melakukan reswap ke bank lain. Hal ini akan menginovasi instrumen derivatif.
5.  Bank Sentral akan menerbitkan instrumen sertifikat deposito Bank Indonesia (SDBI), yang merupakan instrumen moneter rupiah yang dapat diperdagangkan antar bank. Instrument SDBI diharapkan memperdalam pasar uang khususnya denominasi rupiah ditengah kondisi keuangan negara saat ini.
6.      Bank Indonesia menaikkan tingkat suku bunga acuan Bank menjadi 7,5%. Hal ini dilakukan untuk menahan Dollar AS yang ingin ditarik kembali oleh pemiliknya di AS.

Kenaikan suku bunga secara mendadak akan menghantam sektor riil padahal untuk saat ini sektor ekspor riil memiliki kesempatan untuk memperbaiki neraca pembayaran karena Rupiah melemah dan harga barang ekspor semakin murah sehingga dapat bersaing dengan mudah dengan barang ekspor lainnya.
Suku bunga harus kembali turun perlahan karena kenaikan suku bunga akan mengakibatkan forward discount (Interest rate Parity Theory) yang akan menyebabkan rupiah terdepresiasi tajam karena kesenjangan suku bunga. Kenaikan suku bunga juga merupakan indikasi tingginya ketidakpastian dan risiko di negara tersebut, yang nantinya akan menyebabkan semakin tingginya sentimen buruk terhadap perekonomian dan rupiah.

Sahabat Anda



Redha Vahlevi

Kamis, 07 November 2013

Alhamdulillah, Majalah Ber-SUARA edisi XXV telah terbit



Mengurai Relasi Tuhan, Alam dan Manusia melalui Perspektif Ekofeminisme

Berawal dari sebuah diskusi kecil bersama dengan Kanda Muh. Arbain Mahmud, membahas sebuah tema menarik yakni Ekofeminisme, maka Majalah Bersuara Edisi XXV kali mencoba Mengurai Relasi Tuhan,  Alam dan Manusia melalui Perspektif Ekofeminisme.
Ekofeminisme adalah sebuah istilah baru utuk gagasan lama yakni cabang feminisme gelombang ke tiga, yang tumbuh dari berbagai gerakan sosial-gerakan feminis, perdamaian dan ekologi di akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an. Istilah Ekofeminisme atau Ecofeminism pertama kali dipergunakan oleh Francoise D’ Eaubonne dalam bukunya Le Feminisme ou la Mort (Feminisme atau Kematian), namun baru menjadi populer seiring munculnya berbagai protes dan aktivitas menentang perusakan lingkungan hidup, yang semula dipicu oleh bencana ekologis yang terjadi secara berulang-ulang. Terminologi ini dihadirkan kembali oleh Vandhana Shiva dan Maria Mies dalam bukunya “Ecofeminism, Perspektif Gerakan Perempuan & Lingkungan” sebagai kritik mereka terhadap pendekatan pembangunan dalam proses globalisasi yang tidak memperhatikan keberlangsungan ekologis sekaligus meminggirkan salah satu entitas manusia di dalamnya, yaitu perempuan.
Pergerakan ekofeminis yang pertama dimulai sekitar tahun 1974 oleh sekelompok perempuan di utara India, mereka menamakan dirinya ”Chipko Movement”.  Mereka memprotes penebangan hutan yang dilakukan oleh kolonial Inggris. Gerakan Chipko  terinspirasi dari kepahlawanan perempuan untuk menyelamatkan lingkungan terhadap titah sang raja, Abhay Singh untuk menebang pohon Khejri 300 tahun lalu di Desa Bishnoiu, Rajastan India. Mereka melakukan protes dengan memeluk pohon Khejri, akibatnya 363 (tiga ratus enam puluh tiga) penduduk desa tewas terbunuh.
Ekofeminisme tidak hanya mengaitkan perempuan dan lingkungan, tetapi juga spiritualitas. Spiritualitas ini yang lenyap dalam semua kosa kata feminisme barat. Menurut Vandana Shiva, feminisme barat lahir dari lingkungan pengetahuan modern yang maskulin dan meniscayakan dualism dengan mewajibkan keterpisahan antara subyek yang meneliti  (alam semesta). Karena keterpisahan itulah tercipta jarak antara manusia dan alam. Alam semesta pun akhirnya diperlakukan sebagai obyek, yang bahkan bisa diperlakukan semena-mena. Menurut Sachiko Murata dalam bukunya “The Tao of Islam”, eksploitasi terhadap alam dan kekerasan antar manusia sebagai akibat manusia mengidentifikasi dirinya dengan “The Father God”, sebagai yang kuasa aktif, terpisah, independen, jauh dan dominan. Sebaliknya manusia tidak mengidentifikasi dirinya sebagai The Mother God  sebagai yang dekat, kasih, penerima, pemelihara, pasif, dan berserah diri. Dengan kerangka ajaran ekofeminisme, hubungan antar sesama manusia dengan alam bukan hubungan ekploratif melainkan hubungan kasih sayang dan humanis.
Ekofeminisme adalah kata ajaran baru di dalam kajian keislaman. Secara istilah saja, terdengar asing di telinga umat islam. Akan tetapi, secara ide, konsep ekofeminisme sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran islam sebagaimana termaktub di Quran dan Hadits, Allah telah menjamin kesetaraan antar makhluknya, baik dalam eksistensi, peran, tugas dan tanggung jawab. Perintah untuk menjaga lingkungan hidup dapat kita lihat dalam QS. Al-Qhosos ayat 77 “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi. Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Ayat di atas telah mengabarkan bahwa manusia sebagai Khalifah (al insan), tak layak jika tak melindungi lingkungan. Khalifah (dalam feminisme Islam, diartikan setiap insan, setiap manusia-tidak terbatas “hanya laki-laki”) mengemban amanat di dalam dirinya, tanggung jawab sesama manusia dan terhadap lingkungan, apapun kelas sosial-ekonominya. Dan perempuan merupakan manifestasi dari Bumi, yang tersia-siakan dalam sejarah, dan yang tidak boleh disia-siakan dalam ekofeminisme Islam. Sebagaimana ungkapan dalam Hadits  “Sesungguhnya dunia ini sangat manis dan indah menarik perhatian dan Allah menyerahkannya kepada kamu untuk melihat bagaimana kamu berbuat. Karena itu berhati hatilah dalam menghadapi dunia dan berhati hatilah pada perempuan. Sesungguhnya pertama fitnah ujian Bani Israil karena wanita.” (HR.Muslim).
Semoga edisi Majalah Bersuara kali ini memberikan wawasan tentang konsep ekofeminisme dan menggali nilai-nilai spiritualitas ekofeminisme dalam mengurai relasi antara Tuhan, Alam, dan Manusia dalam perspektif Ekofeminisme. Semoga isu ekofeminisme dapat dikembangkan dalam kajian-kajian khususnya bagi kader HMI MPO sehingga dapat menjadi agen dalam menyelamatkan lingkungan hidup dan menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat muslim. Selamat membaca!!


Semarang, Oktober 2013


Noor Rochman 
Direktur Lapmi

Senin, 04 November 2013

GERAKAN LITERASI MEDIA UPAYA MEREDAM TARIKAN KEPENTINGAN POLITIK 2014


Koordinator Nasional (Kornas) Lapmi PB HMI MPO mengadakan Seminar Nasional dengan tema “Mengembalikan Fungsi Kontrol Pers yang Sehat & Meredam Tarikan Kepentingan Politik 2014” pada Sabtu  (26/10/2013) bertempat di Dinas Perijinan Kota Yogyakarta. Seminar Nasional ini merupakan rangkaian kegiatan Musyawarah Nasional (Munas) Lapmi yang diselenggarakan oleh Kornas Lapmi PB HMI MPO bekerjasama dengan HMI Cabang Yogyakarta tanggal 26-27 Oktober 2013 lalu.
Pembukaan seminar ini dimulai pada pukul 13.00. Dalam sambutannya, Koordinator Nasional (Kornas Lapmi) Fathurrahman, mengatakan “Munas Lapmi adalah acara 2 tahunan yang diselenggarakan oleh Kornas Lapmi sebagai lembaga kekaryaan PB HMI MPO dalam menentukan terobosan strategis Lapmi dan menentukan kepengurusan yang baru. Seminar kali ini dilatarbelakangi kondisi media saat ini yang rentan adanya tarikan kepentingan dalam pemilu 2014 karena kepemilikan sejumlah media oleh kader-kader partai politik”, ujarnya.
Ketua Umum PB HMI MPO, Puji Hartoyo mengatakan “Pers adalah pilar keempat demokrasi, yang menjadi satu-satunya harapan masyarakat Indonesia, karena ketiga pilar lainnya kurang dipercaya publik dengan maraknya kasus korupsi yang menimpa lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif.  Maka Lapmi diharapkan dapat memberikan konstribusi nyata untuk melakukan kontrol sosial dan mencerahkan masyarakat”, kata Puji.
Pembicara dalam seminar kali ini adalah Dr. Lucas Suryanto (Ketua Masyarakat Penduli Media); S. Rahmat Arifin (Ketua Bidang Isi Siaran KPI Pusat); Fathurrahman (Koordinator Nasional LAPMI). Dalam paparannya, Dr. Lucas menyampaikan “Pers dalam demokrasi terkonsolidasi harus memiliki kemerdekaan pers yang otonom dan kritis”, ujarnya.  Sedangkan Kanda S. Rahmat (Mantan Pengurus HMI Komisariat Geografi UGM), mengatakan “Maraknya narcisme tokoh-tokoh partai politik yang sering memanfaatkan media untuk menayangkan iklan dan program dalam rangka pencalonan dirinya untuk kepentingan pemilu 2014, karena kepemilikan  beberapa media yang ada baik televisi, koran, majalah maupun radio dikuasai atau dimiliki oleh kader partai politik”. Sedangkan Fathur, mengatakan “Wartawan saat ini ada yang dikenal dengan istilah wartawan bodrex karena menggunakan profesinya hanya untuk mengejar keuntungan bisnis,” papar Fathur.
Pada akhir seminar ketiga pembicara tersebut menyimpulkan pentingnya membangun gerakan literasi media kepada masyarakat agar masyarakat bisa kompak membuat gerakan untuk mengkritisi media yang sarat akan unsur politis, melakukan pengawasan media (media watch), bahkan membuat asosiasi masyarakat untuk menolak atau memboikot program-program tayangan media yang tidak sehat agar mampu mengembalikan lagi  fungsi kontrol pers yang sehat. (NR).

Jumat, 25 Oktober 2013

Merapi membawa HMI Komisariat FPBS semakin Solid



Travel Journalism By Koniatun (staff Lapmics)



Magelang – Bidang Bakat Minat HMI Komisariat FPBS IKIP PGRI Semarang mengadakan agenda muncak bareng ke Merapi pada pada Sabtu-Minggu (19-20/10/2013) yang berakhir dengan rasa solidaritas tinggi antar anggota.

Ketinggian puncak Merapi yang mencapai 2.968 m dpl , per 2006 ternyata tidak membuat gentar para anggota HMI untuk menjelajahi indahnya puncak Merapi. Agenda muncak bareng  yang memang menjadi agenda dari Bidang Bakat Minat HMI Komisariat FPBS ini mampu mengundang apresiasi dari anggota lain, sehingga agenda ini tidak hanya diramaikan oleh internal pengurus HMI Komisariat FPBS saja, namun juga diikuti oleh HMI Cabang Semarang, Lapmi Cabang Semarang, HMI Komisariat FPMIPA, Veteran, dan mahasiswa.

Demikian banyak yang berpartisipasi dalam kegiatan ini, tentunya suasana yang tercipta menjadi semakin meriah dan semangat. Medan yang cukup menantang serta cuaca yang kurang mendukung tidak menyurutkan semangat para pendaki. Problematika yang timbul ketika mendaki puncak Merapi justru membawa hikmah tersendiri bagi teman-teman HMI, yaitu bahwa hanya dengan rasa solidaritas tinggi yang melekat pada pribadi masing-masing anggota, kesusksesan dalam mencapai puncak Merapi akan dapat dinikmati bersama. “Tidak hanya untuk satu tapi semua”, demikian kata penulis. 
Fakta di atas tidak hanya menjadi dongeng penyejuk kalbu di kala merasa terpuruk, namun dapat dijadikan sebagai analogi dari tanda-tanda dari alam. Bahwa dalam ber-HMI tidak cukup hanya membangun niat, apalagi ambisi. Rasa kekeluargaan, saling bantu dan bahu yang lebih akrab dengan kata “solidaritas” merupakan harga yang tidak dapat di tawar lagi dalam pencapain dan tujuan dalam ber-HMI. Bagaimana hasil akhir nanti yang akan dipetik? Hal tersebut akan kembali pada pribadi masing-msing ketika menjalani. Dan akhirnya dari penulis mengatakan bahwa, “Mendaki puncak Merapi tidak hanya memberikan pengalaman akan indahnya alam, namun juga memberikan spirit untuk terus menjaga solidaritas demi tercapainya tujuan yang telah diidamkan”. (Andini)

Rabu, 23 Oktober 2013

SEJARAH BARU HMI KOMISARIAT STIE BANK BPD JATENG DI RAK KE-1




Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat STIE Bank BPD Jateng Semarang telah mengadakan Rapat Anggota Komisariat (RAK) ke-1 pada Sabtu (19/10/2013) di Wisma HMI Komisariat STIE BPD, Jalan Kesehatan 1 No. 96, Kuningan Semarang.

RAK yang diikuti oleh kader HMI Komisariat STIE BPD Jateng ini dihadiri oleh kader-kader komisariat se-Semarang, pengurus cabang, seluruh ketua dan direktur lembaga di tingkat HMI Cabang Semarang.

RAK ke-1 kali ini merupakan sejarah baru dalam HMI Komisariat STIE BPD Jateng sejak didirikan  pada tahun 2011 dengan terpilihnya Ukhti Rin Wantin sebagai Formatur Terpilih HMI Komisariat STIE BPD Jateng periode 1434-1435 H/2013/2014 M.

Dalam  sambutan formatur terpilih, Ririn (sapaan akbrabnya) mengatakan “Semoga RAK pada malam ini merupakan awal perbaikan untuk HMI Komisariat STIE BPD Jateng. Semoga bisa Amanah dan menjadi teladan untuk kader-kader”, kata Ririn.

Sedangkan dalam sambutan demisioner Ketua HMI Komisariat STIE BPD Jateng, Agung mengatakan  “Sejarah baru HMI Komisariat STIE Bank BPD karena berhasil  menyelenggarakan RAK ke-1”, ujarnya.

Ketua Umum HMI Cabang Semarang, Nur Khasan dalam sambutannya juga menyampaikan “Perempuan tidak hanya sebagai “koncowingking” (di belakang) tetapi bisa menjadi pemimpin seperti Ratu Balqis,   Ummul Mukminin Khadijah, Siti Aisyah”, kata Khasan. Ia juga menaruh harapan besar semoga dengan dipimpin akhwat, semua yang dicita-citakan dapat terwujud. (NR).

Jumat, 18 Oktober 2013

Falsafah Dibalik Tembang “Gundul-Gundul Pacul” dan “Lir-Ilir”


Falsafah Dibalik Tembang “Gundul-Gundul Pacul” dan “Lir-Ilir”
(Kajian Filsafat, Bidang Wacana, HMI Komisariat Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS) IKIP PGRI Semarang)

Sebagai mahasiswa yang merupakan seorang intelektual seharusnya senantiasa belajar dari berpikir. Maksudnya, keberadaan mengenai sesuatu yang kita ketahui sekarang ini tidak terlepas dari pikiran-pikiran masa lalu. Orang yang selalu berpikir tidak luput dari orang yang sedang berfalsafah. Sebagian besar orang, khususnya mahasiswa sering membicarakan filsafat. Tidak bisa dipungkiri bahwa filsafat-filsafat yang dibahas pada umumnya adalah filsafat barat dan tidak banyak dari filsafat timur (Islam).
Dalam menghadapi kehidupan yang semakin tidak menentu ada baiknya kalau kita mencoba merenung, menggali kembali ajaran-ajaran bijak generasi pendahulu kita berguna bagi kehidupan masyarakat sekarang ini. Ajaran-ajaran bijak generasi pendahulu salah satunya adalah falsafah Jawa.

Jika kita berbicara mengenai Jawa, di dalamnya mengulas serta memberikan gambaran (patuladhan) yang menurut ajaran budaya Jawa semuanya harus dituangkan dengan Sasmita Semu (teka-teki). Artinya, segala ajaran dan petuah tidak  ditunjukkan atau disampaikan secara nyata (konkret) istilah Jawanya blaka suta. Oleh karena itu ajaran kejawen tidak dapat langsung dicerna begitu saja. Harus dijabarkan secara pratitis. Kajian mengenai kejawen dalam perspektif relasi antara manusia dan dunia serta cosmos dituangkan dalam beberapa konsep. Begitu pula dengan hukum pinasthi guna, pembuktian hukum pepastian yang berlaku atas kehendak Hyang Widhi sesukanya.

Kehidupan bagi orang Jawa adalah gambaran urip/panguripan yang terdapat dalam lahir dan batin merupakan suatu kenyataan yang tak terpisahkan. Eksistensi Hyang Widhi tergambar dalam alam pikir “ana tan ana” yang kemudian menjadi pengertian Sangkan Paraning Dumadi. Saat menggambarkan kehidupan, orang Jawa memberi gambaran watak seperti lakon dalam dunia pewayangan. Parameter moral budaya Jawa yang tidak jelas karena bergantung konteks penggunaannya. Untuk memahami watak orang Jawa kita tidak dapat menggunakan penilaian dari budaya lain. Watak orang Jawa mempunyai keunikan yang bersifat sebagai relativisme Jawa yang Pluralis moralitas dengan budaya lain.

 Filsafat Jawa dengan pembahasan falsafah Jawa dasar dimulai dari falsafah dari tembang dolanan. Tembang “Gundul-Gundul Pacul” dan “Lir-Ilir” sudah tidak asing lagi bagi telinga orang Jawa pada khususnya. Dua lagu tersebut kelihatan sangat sepele padahal jika ditelusuri secara mendalam, dua lagu itu memiliki makna yang sangat luas. Landasan Tembang Jawa ini diciptakan tahun 1400 an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya yang masih remaja dan mempunyai arti filosofis yang sangat dalam dan sangat mulia.


Lirik Lagu "Gundul-gundul Pacul" 

Gundul-gundul pacul cul gembelengan

Nyunggi-nyunggi wakul kul gembelengan

Wakul ngglimpang segane dadi sak latar

Makna

Gundul adalah kepala plonthos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Maka gundul artinya kehormatan yang tanpa mahkota. 

Pacul adalah cangkul yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat. Pacul adalah lambang kawula rendah yang kebanyakan adalah petani. 

Gundul Pacul artinya bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul untuk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya. Orang Jawa mengatakan pacul adalah papat kang ucul (empat yang lepas). Artinya bahwa: kemuliaan seseorang akan sangat tergantung empat hal bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya.

1.      Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat.

2.      Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.

3.      Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.

4.      Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil. Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya. 

Gembelengan artinya, besar kepala, sewenang-wenang. Banyak pemimpin yang lupa bahwa dirinya sesungguhnya mengemban amanah rakyat. Tetapi dia malah:

1.      Menggunakan kekuasaannya sebagai kemuliaan dirinya.

2.      Menggunakan kedudukannya untuk. berbangga-bangga di antara manusia.

3.      Dia menganggap kekuasaan itu karena kepandaiannya.       

Nyunggi wakul, gembelengan Nyunggi wakul artinya membawa bakul (tempat nasi) di kepalanya. Banyak pemimpin yang lupa bahwa dia mengemban amanah penting membawa bakul dikepalanya. Wakul adalah simbol kesejahteraan rakyat. Kekayaan negara, sumberdaya, Pajak adalah isinya. Artinya bahwa kepala yang dia anggap kehormatannya berada di bawah bakul milik rakyat. Kedudukannya di bawah bakul rakyat. Siapa yang lebih tinggi kedudukannya, pembawa bakul atau pemilik bakul? Tentu saja pemilik bakul. Pembawa bakul hanyalah pembantu si pemiliknya, dan banyak pemimpin yang masih gembelengan (melenggak lenggokkan kepala dengan sombong dan bermain-main).

Akibatnya wakul ngglimpang segane dadi sak latar, Bakul terguling dan nasinya tumpah ke mana-mana. 

Jika pemimpin gembelengan, maka sumber daya akan tumpah ke mana-mana. Dia tak terdistribusi dengan baik. Kesenjangan ada dimana-mana. Nasi yang tumpah di tanah tak akan bisa dimakan lagi karena kotor. Maka gagallah tugasnya mengemban amanah rakyat.





Lirik Lagu "Lir-Ilir"

Lir ilir lir ilir tandure wong sumilir

Tak ijo royo royo

Tak sengguh penganten anyar

Bocah angon bocah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro

Dodotiro dodotiro kumintir bedah ing pinggir

Dondomono jrumatono kanggo seba mengko sore

Mumpung padang rembulane
Mumpung jembar kalangane Yo surak’
o surak hiyo

Makna

Lir-ilir, Lir-ilir (Bangunlah, bangunlah)

Tandure wus sumilir (Tanaman sudah bersemi)

Tak ijo royo-royo (Demikian menghijau)

Tak sengguh temanten anyar (Bagaikan pengantin baru)

Sebagai umat Islam kita diminta bangun. Bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk lebih mempertebal keimanan yang telah ditanamkan oleh Alloh dalam diri kita yang dalam ini dilambangkan dengan Tanaman yang mulai bersemi dan demikian menghijau. Terserah kepada kita, mau tetap tidur dan membiarkan tanaman iman kita mati atau bangun dan berjuang untuk menumbuhkan tanaman tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin baru.

Cah angon, cah angon (Anak gembala, anak gembala)

Penekno Blimbing kuwi (Panjatlah (pohon) belimbing itu)

Lunyu-lunyu penekno (Biar licin dan susah tetaplah kau panjat)

Kanggo mbasuh dodotiro (untuk membasuh pakaianmu)

Disini disebut anak gembala karena oleh Alloh, kita telah diberikan sesuatu untuk digembalakan yaitu HATI. Bisakah kita menggembalakan hati kita dari dorongan hawa nafsu yang demikian kuatnya? Si anak gembala diminta memanjat pohon belimbing yang notabene buah belimbing bergerigi lima buah. Buah belimbing disini menggambarkan lima rukun Islam. Jadi meskipun licin, meskipun susah kita harus tetap memanjat pohon belimbing tersebut dalam arti sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam apapun halangan dan resikonya. Lalu apa gunanya? Gunanya adalah untuk mencuci pakaian kita yaitu pakaian taqwa.

Dodotiro, dodotiro (Pakaianmu, pakaianmu)

Kumitir bedah ing pinggir (terkoyak-koyak dibagian samping)

Dondomono, Jlumatono (Jahitlah, Benahilah!!)

Kanggo sebo mengko sore (untuk menghadap nanti sore)

Pakaian taqwa kita sebagai manusia biasa pasti terkoyak dan berlubang disana-sini, untuk itu kita diminta untuk selalu memperbaiki dan membenahinya agar kelak kita sudah siap ketika dipanggil menghadap kehadirat Alloh SWT.

Mumpung padhang rembulane (Mumpung bulan bersinar terang)

Mumpung jembar kalangane (mumpung banyak waktu luang)

Yo surako surak iyo!!! (Bersoraklah dengan sorakan Iya!!!)

Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)    

Kita diharapkan melakukan hal-hal di atas  ketika kita masih sehat (dilambangkan dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak waktu luang dan jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan Iya!!!……

Lir ilir, judul dari tembang di atas. Bukan sekedar tembang dolanan biasa, tapi tembang di atas mengandung makna yang sangat mendalam. Tembang karya Kanjeng Sunan ini memberikan hakikat kehidupan dalam bentuk syair yang indah. Carrol McLaughlin, seorang profesor harpa dari Arizona University terkagum kagum dengan tembang ini, beliau sering memainkannya. Maya Hasan, seorang pemain Harpa dari Indonesia pernah mengatakan bahwa dia ingin mengerti filosofi dari lagu ini. Para pemain Harpa seperti Maya Hasan (Indonesia), Carrol McLaughlin (Kanada), Hiroko Saito (Jepang), Kellie Marie Cousineau (Amerika Serikat), dan Lizary Rodrigues (Puerto Rico) pernah menterjemahkan lagu ini dalam musik Jazz pada konser musik “Harp to Heart“.



Disampaikan oleh: Edi Purwanto (Komunitas "Cah Angon" IKIP Veteran Semarang)

pada Kajian Filsafat, Bidang Wacana, HMI Komisariat Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS) IKIP PGRI Semarang, Kamis, 03 Oktober 2013 di Masjid Nurul Huda IKIP PGRI Semarang.



KUA Bidang Wacana: Welas
      Staf : Sukarno, Siti Koirotun Nisa, Musta’anah, Nanda
sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com